Suamiku Sangat Perhitungan

Suamiku Sangat Perhitungan

Oleh:  Nabila Fahrezi   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
11Bab
353Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Marni sudah menikah dengan Arman selama 6 tahun lamanya. Dan selama mereka menikah Marni selalu mendapat perlakuan yang tidak baik dari suaminya. Bukan hanya Marni saja , anak mereka Nindy pun menjadi korban keegoisan Arman. Apakah Marni akan tetap diam dengan perlakuan Arman padanya dan anaknya? Kita simak yuk kisah pilu Marni.

Lihat lebih banyak
Suamiku Sangat Perhitungan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
11 Bab
Kesabaran
"Mas , besok Nindy harus bayar uang buku pendamping" kataku pada mas Arman. "Ya bayarlah.. kamu kan tiap bulan juga udah aku kasih uang? Aku kasih kamu 1 juta lho. Setengah dari gaji yang aku dapat." Bentak mas Arman. Kalau sudah seperti ini aku hanya bisa diam. Aku menikah dengan mas Arman 6 tahun yang lalu. Dan selama 6 tahun ini aku harus putar otak agar dapurku tetap mengepul. Bagaimana tidak mas Arman memberiku 1 juta untuk semua kebutuhan rumah. Dia selalu mengatakan aku harus bersyukur dia memberiku setengah dari gajinya padahal aku hanya di rumah mengurus rumah saja. Dia yang capek bekerja harus rela membagi upahnya padaku. Itulah yang dia katakan setiap kali aku mengatakan kalau uang dapurku habis. Untuk menghindari pertengkaran dengan mas Arman aku membuka jasa laundry untuk ibu - ibu di sekitar rumah. Aku bahkan juga menanam sayuran di pekarangan untuk makan kami , tepatnya makan aku dan Nindy karena mas Arman tidak suka sayur. Mas Arman selalu makan dengan ayam , ikan
Baca selengkapnya
Keterlaluan
"Mas.." aku langsung melotot pada mas Arman. "sayang kamu masih kamar dulu ya Mama dan papa mau bicara dulu." kataku beralih pada Nindy."iya ma." kata Nindy sambil menatapku dan berbalik masuk ke kamarnya."Mas, sudah berapa kali aku bilang jangan pernah mengajakku bertengkar di depan Nindy. Dia itu anakmu mas. Apa kamu tidak khawatir kalau kita bertengkar di depannya itu bisa membunuh mental Nindy."Itulah yang pernah aku baca dalam sebuah artikel. Pertengkaran orang tua bisa merusak mental anak. Dan aku sudah mengatakan itu berulang kali pada mas Arman. Tapi mas Arman seakan tidak peduli dia tetap memulai pertengkaran tanpa mengenal tempat dan waktu.Sebenarnya aku sudah jenuh menghadapi mas Arman. Tetapi aku sadar, mas Arman adalah pria pilihanku sendiri. Aku malu pada orang tuaku jika harus meninggalkan mas Arman. Dulu aku di jodoh dengan putra teman baik ayah. Sayangnya saat itu aku sudah menjalin kasih dengan mas Arman. Jadi aku menolak lelaki pilihan Ayahku itu. Hidup selama 6
Baca selengkapnya
Terserah Kamu Mas
"Ngapain kamu pagi - pagi ngobrol di rumah tetangga. Punya anak nggak di urusin malah ganjen sama laki - laki!" bentak mas Arman saat aku sampai di rumah."Aku tadi mengantar bajunya udah disetrika ke rumah Mbak Rahmi mas, bukan sengaja ngobrol sama lelaki lain seperti yang kamu bilang." jawabku pelan karena tidak ingin pagi-pagi bertengkar dengannya."Itu urus anak kamu, dari tadi mandi tidak selesai. aku juga harus segera mandi dan pergi ke kantor." Aku berlalu tanpa menjawab kata-kata mas Arman."Sayang, sudah selesai belum mandinya?" tanya aku pada Nindy."Ma , Nindy pup. Nindy nggak bisa membersihkannya. Tadi Nindy sudah minta tolong papa tapi papa nggak mau." Kata Nindy dengan takut."Yuk , mama bantu bersihin. Kita harus segera berangkat ke sekolah." Aku tidak tahu lagi apa yang ada di pikiran mas Arman. Bisa-bisanya dia menolak membantu anaknya sendiri. Setelah memandikan Nindy, aku segera membawa Nindy ke kamar untuk membantunya memakai seragam. "Horeee.. kita jadi beli buku
Baca selengkapnya
Istri Nggak Becus
Setelah menjemput Nindy aku segera pulang ke rumah karena nanti siang mbak Rahmi akan mengirimkan baju-baju yang harus aku setrika dan aku packing. Aku sangat senang bisa mendapat pekerjaan ini. Mungkin dengan ini nanti aku bisa memberikan uang jajan pada Nindy.Tepat jam 01.00 siang, sebuah mobil box berhenti di depan rumahku. lalu seorang lelaki turun dan menyapaku yang sedang berada di teras menyuapinya Nindy makan."Selamat siang, Apa benar ini rumah Mbak Marni?"katanya lelaki itu padaku."Oh iya mas kebetulan saya Marni."sahutku."Ini Mbak saya mengantarkan baju dari pelanggan mbak Rahmi.""Ma Nindy makan sendiri aja."kata Nindy lalu mengambil alih piring yang kupegang."Terima kasih ya sayang.""Sini mas taruh di sini saja."kataku pada lelaki yang mengantar pakaian itu."Kalau begitu saya permisi ya mbak harus mengantar baju yang lain. Oh ya ini bisa saya ambil kapan ya mbak?" tanya lelaki itu memastikan."Mungkin besok jam segini lagi ya mas. Soalnya itu banyak banget dan saya
Baca selengkapnya
Pulangkan Aku
Tak terasa sudah satu bulan aku bekerja sambilan pada pelanggan Mbak Rahmi. Hari ini aku akan menerima upahku selama 1 bulan. Memang di awal tidak pernah dijelaskan berapa upahku. Aku sudah sangat bersyukur mbak Rahmi mau memberiku pekerjaan ini. Sekarang aku sudah berhenti melaundry baju tetangga karena aku sudah tidak bisa lagi membagi waktu. Tepat pukul 01.00 siang mas Aris mengantarkan baju yang harus aku kerjakan hari ini sambil mengambil baju yang ia antar kemarin. Seperti biasa aku menyuruhnya untuk membantu mengangkat baju-baju itu ke ruang tv."Mbak ini ada titipan dari bos saya."kata mas Aris sambil menyerahkan amplop coklat padaku. aku yakin itu adalah amplop gajiku."Terima kasih ya mas, sampaikan juga terima kasihku pada beliau." kataku tersenyum.Setelah mas Aris pergi aku membuka amplop gajiku. Aku menghitung uang dalam amplop itu.Masya Allah, apa ini nggak salah. Aku kembali menghitung uang itu. Benar aku nggak salah ada 2 juta di dalam amplop itu. Ini benar-benar nil
Baca selengkapnya
Mencari Pekerjaan
Aku memutuskan untuk segera mencari pekerjaan karena aku yakin mas Arman tidak akan lagi memberikan nafkah untukku dan Nindy. aku harus kuat demi anakku. Aku pandangi wajah polos anakku yang sedang tertidur itu dengan hati yang pilu. Aku sudah menceritakan semua masalah kepada ayah dan ibu. Hebatnya mereka tidak menyalahkanku karena dulu sudah menolak pilihan mereka. Ayah dan ibuku yakin ini semua sudah digariskan oleh Allah dan kita sebagai hambanya harus bisa menjalani."Besok kamu jadi cari kerja Mar? Memangnya kamu sudah punya pandangan mau melamar kerja di mana?" tanya ibuku dengan lembut setelah aku keluar dari kamar Nindy."Kalau punya pandangan sih belum Bu. Tapi besok Marni akan coba melamar ke beberapa perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan sesuai kemampuan Marni. Tadi Marni sudah lihat beberapa iklan lowongan pekerjaan di web. Besok Marni akan coba ke sana untuk mencoba mengadu nasib." kataku yakin. "Semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan ya nak. Untuk masalah Nindy
Baca selengkapnya
Bertemu Teman Lama
Pagi ini aku pergi untuk memberikan berkas lamaranku ke beberapa perusahaan. Rencananya setelah selesai memasukkan beberapa lamaran nanti aku akan segera ke sekolahan Nindy untuk meminta surat pindah. Karena akan memakan waktu jika harus berangkat dari rumah ibuku nanti jadi aku putuskan untuk memindahkan Nindy di sekolah terdekat."Kamu Marni kan?"tanya seseorang yang wajahnya tidak asing bagiku."Iya benar. Maaf anda siapa ya?" tanyaku karena benar-benar lupa siapa dia. Yang kuingat hanya wajahnya sangat familiar."Kamu lupa ya aku Mira." katanya dengan sedikitnya cemberut."Miraa.. kamu Mira Adelia bukan?" katanya aku memastikan penglihatanku. Karena di hadapanku sekarang adalah seorang gadis cantik yang sangat sempurna." Iya benar kamu masih ingat kan?" katanya sambil tersenyum." Iya aku ingat cuma aku tadi sedikit pangling karena kamu sekarang sangat cantik. Kamu sangat berbeda dengan yang dulu." kataku takjub."Iya dulu aku sangat gemuk dan juga cupu sehingga sering di bully b
Baca selengkapnya
Hari Pertama Bekerja
"Iya Bu benar. Mira menawarkan pekerjaan padaku. Kata Mira dulu dia mencari ke rumah kita yang lama beberapa kali tapi tidak pernah bertemu denganku. Dan tadi dia sangat bahagia bertemu denganku begitupun aku bahagia bertemu teman lama apalagi dia memberi ku kejutan besar seperti ini. Siapa yang tidak bahagia." kataku dengan mata berkaca-kaca."Kamu pantas mendapatkannya nak. Inilah jawaban doa-doa mu selama ini. Tuhan tidak tidur nak." kata ibuku sambil memelukku."Sebentar bu. Aku harus menghubungi Mira secepatnya agak posisi itu tidak terisi dengan yang lain." kataku cepat karena baru ingat kalau aku harus mengabari Mira secepatnya."Iya nak kabari Mira secepatnya sekarang." kata ibuku mendukungku."Baik bu." kataku segera masuk kamar karena ingin segera menghubungi Mira.***"Assalamualaikum.. Mira.. ini Marni. Apa pekerjaan yang kamu tawarkan tadi masih berlaku untukku?"kataku pada Mira begitu sambungan teleponku diangkat olehnya."Wa'alaikumsalam Marni. Iya kok masih. Besok kamu
Baca selengkapnya
Bertemu Mantan Suami
"Marni, kita ke cafe yuk sudah lama kita tidak nongkrong bareng." kata Mira padaku."Boleh Mir. Aku juga kangen banget sama kamu. Banyak yang pengen aku obrolin sama kamu." kataku sambil tersenyum pada Mira."Aku tunggu di mobil ya. Kamu siap-siap aja dulu. Jangan lupa dandan yang cantik sekalian nanti kita jalan-jalan ke mall. Aku mau beli hadiah untuk anak kamu itung-itung dulu aku nggak datang pas acara kamu nikahan dan lahiran anak kamu." kata Mira sambil tersenyum."Nggak usah repot-repot Mir. Aku jadi nggak enak sama kamu. Sudah diberi kerjaan aja aku sudah sangat bahagia." aku tidak enak badan Mira karena selalu merepotkannya."Ehh ini untuk anakmu lho bukan untuk kamu Kamu jangan ge er dulu. Aku mau kenalan sama Nindy, masa iya sebagai Tante aku nggak bawa apa-apa. Apa nanti kata Nindy kalau tahu tantenya datang dengan tangan kosong. Sebentar aku mau ambil tasku dulu aku tunggu di mobil ya." kata Mira sambil bergegas pergi tanpa menggubris kata-kataku."Mira kamu selalu saja se
Baca selengkapnya
POV Arman
"Sebentar lagi aku akan mengirimkan surat dari pengadilan agama untuk mu mas. Jadi jangan pernah ikut campur lagi urusanku." kata-kata dari Marni masih terngiang-ngiang di kepalaku.Brengsek aku salah perhitungan. Sudah berani dia padaku. Tidak bisa di biarkan. Aku kira dengan mengancam Marni memulangkan dia pada ibunya dia akan takut padaku. Tapi nyatanya sekarang dia malah mempunyai pekerjaan yang mapan. Bahkan aku melihatnya semakin cantik saja dengan pakaian kerjanya.Kalau dibilang menyesal ya aku memang menyesal membiarkan Marni pergi ke rumah ibunya. Aku memang sengaja tidak menjemputnya aku ingin dia memohon padaku agar dijemput. Sejak kepergian Marni rumah jadi berantakan. Pakaian dan piring kotor di mana-mana. Bahkan sekarang pakaian kerja aku juga tidak pernah disetrika.Beberapa teman kerjaku bahkan mengejekku tidak becus jadi suami hingga ditinggal istri pergi ke rumah orang tuanya. Tapi aku menyangkal karena memang aku tidak bersalah. Marni saja yang terlalu boros tidak
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status