author-banner
Kata Semesta
Kata Semesta
Author

Novel-novel oleh Kata Semesta

Terjerat Gairah si Om Suami

Terjerat Gairah si Om Suami

Mata Jena bergerak turun, terhenti tepat pada bibir Abas yang sedikit terbuka. Seketika ia menelan ludahnya dengan gugup. "Kenapa bibir Mas Abas menggoda banget sih?" batinnya berteriak, sementara jari-jarinya kian sadar masih melekat di dada bidang pria itu. ***** Kisah Abas dan Jena yang terjebak dalam sebuah kontrak dengan syarat-syarat mengejutkan menjadi awal dari hubungan yang mereka kira akan sementara. Apakah cinta bisa tumbuh dari pernikahan yang hanya dibangun di atas kontrak?
Baca
Chapter: Bab 76
Abas masuk ke kamar setelah mendapatkan telepon dari Ibas. Pintu kamar ditutupnya perlahan, tidak ingin mengagetkan Jena.Jena sedang duduk bersandar pada headboard, selimut menutupi kakinya. Ia tertawa kecil sambil menonton video lucu di tabletnya, bahunya naik-turun karena masih menahan geli.Abas mendekat tanpa suara, lalu duduk di tepi tempat tidur, membuat kasur sedikit melesak. Gerakan itu membuat Jena otomatis menoleh.“Mas?”Ia memiringkan kepala. “Kenapa? Mau makan? Aku siapin sebentar ya.”Abas tidak langsung menjawab. Ia meraih tangan Jena, menggenggamnya hangat, ibu jarinya mengusap punggung tangan istrinya.“Sayang…” ucapnya pelan, seolah memulai sesuatu yang penting.“Besok Ibas ngajak kita makan siang, kamu mau? Ibas mau ajak Siska, katanya ada yang mau diomongin sama Siska.”“Siska ajak Tante Putri nggak, Mas? Aku nggak mau kalau ada Tante Putri. Nanti dia sumpahin aku yang nggak-nggak lagi. Aku biasanya berani lawan dia, tapi setelah dia sumpahin aku, aku takut,” ucap
Terakhir Diperbarui: 2025-12-05
Chapter: Bab 75
Koper itu gedebuk turun satu anak tangga, lalu satu lagi. Suaranya memecah keheningan rumah besar itu—rumah yang biasanya hangat, kini terasa seperti medan perang yang baru saja selesai terbakar.Ibas dan Siska yang sedang duduk di ruang keluarga langsung terlonjak kaget.“Ma… Mama mau ke mana bawa koper?”Ibas berdiri, suaranya berat dan bingung.Siska ikut bangkit. “Iya, Ma… Ini udah malam banget loh. Mau ke mana sih?”Tante Putri berhenti di tengah tangga. Napasnya kasar, matanya merah—bukan karena sedih, lebih seperti marah yang tidak sempat disembunyikan.Ia menarik kopernya lagi, keras, tidak mempedulikan tatapan anak dan menantunya.Sebelum ia sempat menjawab, langkah berat terdengar dari arah ruang kerja.Pak Samudra muncul, wajahnya tenang... Tenang yang sudah selesai. Tenang yang tidak bisa dibantah siapa pun.“Mulai hari ini,” ujarnya tanpa nada berputar-putar, “Mama kalian nggak tinggal di sini l
Terakhir Diperbarui: 2025-11-29
Chapter: Bab 74
Tante Putri merangkak sedikit mendekat, air mata jatuh tanpa henti. Tangannya gemetar saat meraih pergelangan tangan Pak Samudra, menciumi punggung tangannya berkali-kali seperti orang yang kehilangan pegangan hidup. “Pa… maafin Mama… Pa, Mama nggak bermaksud nyumpahin Jena… Mama cuma—Mama cuma kesel… Mama lagi emosi… Mama nggak mikir…” suaranya pecah, terisak tanpa kendali. Pak Samudra tidak menjauh, tapi tubuhnya kaku. “Keputusan saya udah bulat,” ucapnya pelan, namun sangat tegas. Tante Putri mencengkeram lebih erat. “Pa… Pa jangan gitu… Pa, kita udah puluhan tahun bareng… Pa jangan tinggalin Mama… Pa pliss…” Pak Samudra akhirnya menatap istrinya. Mata lelaki itu tampak sangat lelah, lebih lelah dari siapa pun di tempat itu. “Putri… kamu udah tahu dari dulu kan? Aku bertahan di rumah tangga kita… bukan karena cinta.” Tante Putri tersentak. “Pa… pa jangan ngomong gitu… jangan di depan orang…” Pak Samudra menghembuskan napas panjang. “Karena cinta saya cuma untuk almarhuma
Terakhir Diperbarui: 2025-11-28
Chapter: Bab 73
Abas dan Jena baru saja keluar dari restoran, tangan masih bertautan. Langkah mereka menuju area arcade.Jena berjalan kecil sambil menahan antusiasnya, sementara Abas hanya tersenyum mengikuti langkah istrinya.Namun, langkah mereka terhenti mendadak.Di depan, dari arah eskalator, Tante Putri—dengan tas mewah menggantung di lengan—melangkah bersama Pak Samudra.Mata Jena langsung mengecil. Abas refleks mengeraskan genggaman tangannya, berdiri tegak.“Oh, Abas udah pulang dari rumah sakit. Syukur deh,” ucap Tante Putri dengan senyum manis—yang rasanya lebih seperti belati.“Bas, gimana keadaan kamu? Udah baik-baik aja?” tanya Pak Samudra, wajahnya cemas.“Udah, Pa,” jawab Abas pendek, dingin.Pak Samudra hendak mengangguk lega, tapi suara ketus Tante Putri langsung memotong.“Kamu benar-benar istri yang nggak ngerti, ya!” serangnya tiba-tiba.Jena terpaku, tubuhnya menegang. “Tante… maksudnya?”“Suami kamu baru pulang dari rumah sakit, kamu ajakin ke mall. Otak kamu tuh di mana sih,
Terakhir Diperbarui: 2025-11-26
Chapter: Bab 72
Begitu memasuki restoran Jepang yang dipenuhi aroma kaldu hangat dan wangi rumput laut, Jena langsung bersinar seperti anak kecil masuk toko permen. Abas hanya bisa mengikutinya sambil menahan tawa, masih menggenggam tangan istrinya saat mereka diarahkan ke meja untuk berdua di dekat jendela. Begitu duduk, Jena langsung membuka buku menu seolah sedang membaca buku favoritnya. Matanya berbinar tiap kali melihat gambar makanan. “Mas… lihat deh ini!” serunya sambil menunjuk ramen dengan irisan chashu tebal. Abas hanya mengangguk dengan senyum pasrah. “Iya, iya… kamu pasti pesan itu.” Dan benar saja. “Aku mau ramen yang ini, Mas. Yang kuah creamy. Terus… sushi juga. Yang salmon. Eh, sama yang ini! Sama yang ini juga!” Jena menunjuk dua jenis sushi lain, tampaknya sudah lupa hitungan. Pelayan yang berdiri di samping meja tersenyum ramah saat Jena menyebutkan pesanannya, satu mangkuk ramen besar, salmon sushi, tamago sushi, dan satu set sushi roll dengan mayo. Bahkan Jena masih meli
Terakhir Diperbarui: 2025-11-24
Chapter: Bab 71
Abas memutar kemudi perlahan, matanya menelisik setiap deret kendaraan di area parkir yang padat. Sudah hampir lima belas menit ia berkeliling, tapi tak satu pun slot kosong terlihat. Sementara itu, Jena duduk di sampingnya, menatap ekspresi suaminya yang masih tampak tenang. Abas menoleh kanan-kiri, memastikan belum ada mobil yang hendak keluar. Ia bahkan sempat menurunkan sedikit volume musik di mobil, seolah hal itu bisa membantunya lebih fokus mencari. Jena menghela napas pelan, lalu menoleh ke arah Abas. “Mas, kok bisa sih setenang ini?” tanyanya sambil menatap wajah suaminya yang tetap santai. “Kalau aku jadi Mas, mungkin aku udah putar balik, dan mutusin buat pulang aja. Nggak jadi ke mall karena nggak dapet-dapet parkir.” Abas tersenyum kecil tanpa menoleh, tangannya masih mantap di setir. “Heh, sabar itu bagian dari seni, sayang,” ujarnya santai. “Kalau tiap macet atau susah parkir langsung nyerah, bisa-bisa hidup kita penuh ngel
Terakhir Diperbarui: 2025-11-22
Bangun, Suamiku! Mari Bercinta

Bangun, Suamiku! Mari Bercinta

[DEWASA 21+] “Kalau aku bersihin yang bawah,” bisik Luina sambil tersenyum miring, “Kamu bangun nggak, Mas?” ***** Luina menikah karena dijodohkan dengan Skala — pria dingin yang tak banyak bicara. Namun di malam pernikahannya, keduanya kecelakaan hingga pria itu jatuh koma. Ia pikir pernikahan itu berakhir sebelum sempat dimulai. Tapi setiap kali ia menyentuh suaminya yang tak sadarkan diri, detak jantung pria itu selalu naik. Apakah rayuannya yang setiap hari ia lakukan mampu membuat suaminya bangun?
Baca
Chapter: Bab 46
Baskara dan Genta, dua pengawal yang baru direkrut oleh Skala. Mereka sudah menempel ketat. Mereka melihat mobil sedan putih bernomor B 120 LU melaju keluar dari gerbang apartemen. Genta menyalakan mobil van abu-abu polos mereka, bergabung dengan arus lalu lintas. "Target keluar sesuai jadwal. Arah awal sesuai instruksi," bisik Baskara kepada earpiece-nya. "Target bilang mau ke Jalan Anggrek, tempat refleksi. Ikuti dari jarak aman, Genta. Jaga jarak minimal tiga mobil. Jangan sampai terdeteksi, ini ujian pertama kita," perintah Baskara. Luina mengemudi dengan santai di jalur normal selama sepuluh menit pertama, meyakinkan dirinya sendiri bahwa Skala tidak akan curiga. Namun, di perempatan besar berikutnya, Luina tidak belok ke arah Jalan Anggrek. Ia malah mengambil jalur cepat menuju pusat kota, arah yang berlawanan dan justru mengarah ke Taman Kota Lama. Baskara dan Genta di mobil belakang segera menyadari penyimpangan rute ini. "Genta! Target menyimpang dari rute y
Terakhir Diperbarui: 2025-12-05
Chapter: Bab 45
Luina memiringkan tubuhnya, menatap wajah Skala yang terlelap di sampingnya. Skala tidur telentang, tangan kirinya yang diperban terentang di samping tubuh. Luina bergerak perlahan, sangat hati-hati agar tidak membangunkan Skala. Ia meraih ponselnya yang ia letakkan di bawah bantal. Luina membuka nomor si peneror itu. Luina: Aku nggak takut sama kamu. Kalau kamu cuma berani neror dari jauh, kamu pengecut. Luina: Aku tantang kamu. Kalau kamu berani, kita ketemu. Tempat dan waktu, kamu yang pilih. Aku datang sendirian. Luina mengunci layar ponselnya. Ia menyimpannya kembali di bawah bantal. “Aku harus tahu siapa orang ini dan apa maunya. Sebelum orang itu makin gila,” batin Luina. Ia kembali memeluk Skala, mencari kehangatan. Luina kini tidur dengan waspada, menanti bunyi notifikasi dari si peneror. ***** Di sebuah balkon, seseorang tertawa terbahak-bahak setelah membaca pesan dari Luina. "Bodoh! Luina benar-benar bodoh!" gumamnya. "Dia pikir dia menantang aku? D
Terakhir Diperbarui: 2025-12-03
Chapter: Bab 44
Ajeng sudah tiba di restoran sejak pukul 11.45, berdandan rapi, tetapi tidak berlebihan. Jantungnya berdebar setiap kali pintu restoran terbuka. Ketika jam menunjukkan pukul 12.10, Farhan akhirnya berhasil menyelesaikan masalah teknis itu. Ia segera membatalkan semua panggilan berikutnya. Ia bergegas keluar mobil, merapikan dasinya, dan berlari kecil ketika tiba di restoran. Farhan tahu keterlambatan sepuluh menit ini tidak profesional, dan ia merasa sedikit bersalah. Ia membuka pintu restoran dengan napas terengah. Mata Farhan langsung mencari Ajeng. Ajeng sedang duduk sendirian di meja pojok, menatap ponselnya dengan ekspresi cemas. Begitu melihat Farhan, wajah Ajeng langsung berseri-seri. Farhan melangkah cepat menuju meja Ajeng. "Ajeng, saya minta maaf. Saya terlambat," kata Farhan tanpa basa-basi. "Ada masalah mendadak yang harus saya selesaikan di kantor." Ajeng segera bangkit dari kursinya, senyumnya meyakinkan. "Nggak apa-apa, Kak Farhan! Aku juga baru sampai
Terakhir Diperbarui: 2025-12-02
Chapter: Bab 43
Seseorang yang berbadan tinggi tegap duduk di kursi single sofa dengan emosi meluap-luap. “Kurang ajar!” geramnya. Ia bangkit dan melemparkan hoodie hitam dan kacamata hitam yang ia pakai tadi pagi ke sofa dengan keras. "Padahal tadi sedikit lagi gue bisa nikmatin Luina! Skala malah muncul! Selalu si brengsek itu!" Ia mencengkeram kepalanya frustrasi. "Aroma tubuh Luina... gue bisa menciumnya saat di pasar tadi. Tubuhnya pasti sehangat yang gue bayangin, mulus tanpa cacat." Ia mengusap wajahnya sendiri, membayangkan tangan Skala yang memeluk Luina tadi. "Harusnya gue bisa narik dia ke sudut sepi di lobby itu. Maksa dia mendesah cuma buat gue, mencium dia sampai dia lupa nama suaminya. Harusnya gue yang pertama... bukan Skala yang nggak tahu diri itu!" Ia menyalakan rokok dengan tangan gemetar. Ia menghisap dalam-dalam, asapnya mengepul tebal. "Permainan ini belum selesai, Luina. Skala pikir dia bisa mengamankan lo dengan pelukan? Dia salah besar.“ ***** Skala berjalan
Terakhir Diperbarui: 2025-11-30
Chapter: Bab 42
Skala segera meraih ponselnya. Ini adalah kesempatan yang ia tunggu. Dengan tangan kanan, ia mengetik pesan cepat kepada Farhan. Skala: Farhan, segera batalkan semua meeting saya hari ini. Saya urgent di luar kantor. Skala: Saya butuh kamu cek semua CCTV di area apartemen saya. Mulai dari lobby hingga gerbang keluar/masuk. Periksa rekaman jam 07.30 - 08.00 pagi ini. Cari seseorang berpostur tinggi tegap, pakai hoodie gelap/hitam, masker, dan kacamata. Dia mengikuti istri saya.” Skala: Cek juga rekaman CCTV dari toko/restoran yang menghadap jalan menuju pasar jajanan di dekat apartemen saya. Target jam dan orang yang sama. Skala: Oh iya, semalam saya dan Luina makan di warung sate di jalan melati, ada insiden semalam disana. Cari tahu apakah ada rekaman atau saksi mata yang bisa mengidentifikasi para pelaku anarkis. Karena salah satu pelaku bawa pisau dan ingin menusuk istri saya. Skala: Ini sangat rahasia, hanya kamu dan saya. Jangan libatkan siapapun. Laporkan langsung ke sa
Terakhir Diperbarui: 2025-11-29
Chapter: Bab 41
Luina menghirup udara pagi yang masih segar di luar gedung apartemen mewahnya. Ia berjalan pelan menuju pasar jajanan kecil yang berada beberapa blok dari sana. Aroma masakan rumahan, suara pedagang yang mulai menata dagangan, dan tawa anak-anak yang bermain di gang kecil. Luina menyukai kesederhanaan ini. Ia tiba di pasar jajanan. Ia segera mencari gerobak bubur ayam yang tampak ramai. “Kasihan Mas Skala, tadi malam aku paksa makan sate pinggir jalan, sekarang mau aku kasih bubur pinggir jalan lagi. Tapi bubur ini higienis! Dan hangat! Cocok buat orang sakit,” batin Luina. Luina memesan dua porsi bubur ayam lengkap dengan sate usus dan telur puyuh. Setelah bubur siap, mata Luina tertuju pada penjual kue-kue tradisional yang berjejer rapi. Ia membeli beberapa kue lapis dan lemper. "Pasti Mas Skala nggak pernah lihat kue-kue kayak gini," gumam Luina sambil tersenyum. Ia membayangkan ekspresi Skala yang kaku saat melihat bubur ayam dan aneka kue berwarna-warni itu. Deng
Terakhir Diperbarui: 2025-11-28
Anda juga akan menyukai
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status