author-banner
Nina Milanova
Nina Milanova
Author

Novels by Nina Milanova

Asmara dalam Prahara

Asmara dalam Prahara

Rate: 21+ 1. Harap sesuaikan dengan kelompok usia Anda. 2. Yang tidak suka bacaan serius tidak usah baca. Jika Anda mencari sweet romance novel ini bukan untuk Anda. Bramastya Abimanyu Prawiradirga adalah seorang lelaki workaholic dan misterius. Dia ingin membuat perhitungan pada seseorang yang pernah hampir merenggut nyawanya. Sebuah ambisi yang membuatnya harus bekerja pada Cakrawangsa Persada Group. Perusahaan milik musuh ayahnya. Di tengah perjalanannya, Bram jatuh cinta pada Diandra Amaranggana Hadiwibowo. Seorang gadis yang berusia 12 tahun lebih muda darinya. Kisah cinta mereka dibayang-bayangi oleh Imelda Cakrawangsa. Putri pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu begitu terobsesi dengan Bram. Dapatkah Bram mencapai apa yang menjadi tujuannya selama ini? Termasuk berbahagia bersama gadis pujaan hatinya? Lalu, apa yang membuat Imel begitu tergila-gila pada lelaki itu?
Read
Chapter: End of The Road
"Bila cinta memanggilmu, terbang dan ikutilah dia. Walau jalannya terjal berliku-liku. Bila sayapnya merangkulmu, pasrahlah serta menyerah. Walau pisau tersembunyi di balik sayap itu melukaimu. Sebab sebagaimana cinta memahkotaimu, demikian pula ia menyalibmu." - Kahlil Gibran - °°° Hai Para Pembaca, Akhirnya sampai juga kita di ujung perjalanan Bram dan Andra/Amara. Penulis mewakili mereka berdua mengucapkan banyak terima kasih. Terlebih bagi kalian yang sudah membuka bab berbayar, meninggalkan komen, memberikan gem, dan rate bintang 5. Apresiasi kalian menjadi motivasi terbesar bagi Penulis untuk menyelesaikan novel yang sempat mangkrak berbulan-bulan ini. Sekadar informasi, bagi kalian yang sudah melakukan subcribe Asmara dalam Prahara di bawah April 2022, silakan melakukan subscribe ulang (unsubscribe lalu subscribe kembali). Agar kalian bisa menikmati revisi termutakhir dari novel ini. Semoga amanat dan pesan diterima dengan baik. Semoga hal-hal yang kurang berkenan dan b
Last Updated: 2022-05-16
Chapter: 126. Selebrasi
Jakarta, 21 Mei 2019 Malam itu, keluarga Baswara Prawiradirga menikmati makan malam di sebuah hotel berbintang lima. Mata mereka sesekali tertuju pada sebuah layar televisi di salah satu sisi ruangan. Sama seperti para pengunjung lain, mereka menyimak pidato presiden baru. Hari ini adalah acara pelantikannya. Suasana restoran cukup ramai. Seluruh meja terisi. Beberapa pengunjung tampaknya adalah bagian dari tim sukses kedua kubu. Tersirat dari percakapan-percakapan mereka. Presiden baru dan wakilnya berhasil memenangkan suara dalam persaingan ketat dengan petahana. Lelaki itu menjadi presiden termuda dalam sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Usianya masih kepala empat. "Semoga dia benar-benar memenuhi janji-janji kampanyenya," gumam Baswara di sela menyantap black angus-nya. Besok, lelaki itu akan menghadiri undangan terbatas acara syukuran dari pasangan pemimpin baru itu. Bukan secara cuma-cuma Baswara menerimanya. Lelaki itu sudah mengeluarkan nominal yang tidak sedikit
Last Updated: 2022-05-15
Chapter: 125. Takdir Asmara
Jakarta, 29 April 2018 Amara membuka pintu kamar perawatan dengan hati-hati. Perempuan itu baru selesai berdiskusi di depan ruangan dengan dokter yang bertanggung jawab menangani Bram. Beberapa saat lalu, dokter itu datang untuk memeriksa kondisi Bram. Di sepanjang lorong, beberapa lelaki yang tampak seperti keluarga pasien bertebaran. Adhilangga yang menempatkan mereka di sana. Beberapa juga menyebar di tiap lantai. Termasuk ruangan-ruangan yang dianggap perlu diawasi. Di antara mereka juga ada petugas dari kepolisian. Adhilangga sendiri sedang kewalahan melayani para pemburu berita di lobi rumah sakit. Kepalang basah informasi mengenai identitas Bram sebagai keponakannya terkuak ke telinga publik. Saat ini, hampir semua media berlomba-lomba mengais informasi mengenai huru-hara di Cakrawangsa Persada. Termasuk kaitannya dengan kasus tertangkapnya Narendra Pranadipa. Berbagai skandal yang bertahun-tahun lalu sempat terkubur kembali menjadi sorotan. Tanpa diminta, seorang pengawal
Last Updated: 2022-05-14
Chapter: 124. Puncak Prahara 2
Jakarta, 26 April 2018 Amara baginya saat ini bukan lagi seperti putri malu yang menguncup bila disentuh. Gadis itu telah menjelma jadi bunga candu yang membuat Bram lupa diri. Lelaki itu lupa untuk perihal apa dia meminta Amara datang. Dia juga lupa dengan kondisinya. Semua rasa sakit yang menyerang seperti menemukan penyembuh. Sebelah tangan Bram mulai mengelusi leher Amara yang berdenyut-denyut di bawah sentuhannya. Kemudian turun meraba kancing baju gadis itu dan mulai melepas pengaitnya. Amara terkesiap mendengar erangan dari mulutnya sendiri. Tubuhnya meremang. Jemari Bram sudah menyelinap ke balik blouse-nya. Kesadaran seketika menamparnya. Ditangkap dan ditahannya tangan lelaki itu. Amara membuka kedua matanya. Sukma yang semula terbang kembali pulang ke tubuhnya. Gadis itu terhempas kembali ke alam nyata. Dilepaskannya ciuman Bram dan didorongnya tubuh lelaki itu agar menjauh. “Pak, sebaiknya saya kembali saja ke kantor,” ujar Amara terengah-engah sambil berpaling
Last Updated: 2022-05-13
Chapter: 123. Puncak Prahara 1
Jakarta, 26 April 2018 Bram menatap nyalang ke dalam netra Kusnadi sambil mengangkat kedua tangannya di depan dada. Perlahan lelaki itu bangkit dari duduknya. Namun, dengan cepat tangan kirinya menangkap barrel pistol dan mengarahkannya ke atas. Kusnadi panik mendapat perlawanan yang tiba-tiba. Lelaki itu menekan pelatuk. Sebuah peluru melesat. Benda itu menembus sebuah foto keluarga dalam bingkai yang tergantung di dinding. Sementara itu, sebuah pukulan dari tangan kanan Bram menyerang ulu hatinya. Kusnadi terempas ke sofa. Tubuhnya bertumpu dengan siku kiri. Lelaki itu meringis sembari memegangi perutnya. Bram berhasil merebut pistol dari tangan lelaki itu. Sekarang, ujung senjata itu berbalik tertuju ke arah Kusnadi. Tidak ingin dikalahkan begitu saja, Kusnadi mengayun kaki kanannya yang terjulur. Tendangannya tepat mengenai pergelangan tangan Bram. Pistol di tangan Bram terlepas dan terlempar hingga jatuh ke lantai. Mereka berdua tidak mungkin menggapainya tanpa beranjak dar
Last Updated: 2022-05-13
Chapter: 122. Hantu dari Masa Lalu
Jakarta, 26 April 2018"Jadi kamu yang bernama Bramastya Abimanyu," sambut lelaki berusia pertengahan enam puluhan itu ketika Bram masuk. Dari kursi kerjanya dia menunjuk sofa di sisi kanan ruangan. "Duduklah."Lelaki itu bisa saja bersikap ramah. Namun, kegelapan yang menyelimuti dirinya terlihat jelas di mata Bram. Di belakangnya, langit Jakarta tertutup awan tebal. "Terima kasih," sahut Bram. Dia mendudukkan diri di sisi kiri sebuah sofa panjang. "Saya sudah datang sesuai permintaan Anda. Anda sudah boleh melepaskan yang lain.""Kamu agak tidak sabaran rupanya. Baiklah." Lelaki itu terkekeh kemudian mengangkat gagang telepon di sudut mejanya. Ditekannya sebuah nomor ekstensi.Dari layar monitor yang terpasang di salah satu ruangan, Bram dapat mengawasi apa yang terjadi di ruang meeting. Tangkapan layar di lantai area procurement masih tampak sama seperti sebelumnya. Seorang anak buah dari orang di hadapannya ini masih mondar-mandir di sana. Padahal, sebenarnya orang itu sudah berha
Last Updated: 2022-05-12
Hasrat Terlarang Sang Detektif

Hasrat Terlarang Sang Detektif

WARNING! Mengandung adegan kekerasan dan seksual eksplisit, serta mengangkat tema trauma psikologis yang menimbulkan perasaan tidak nyaman. *** Bagaimana jika seorang detektif andal yang menyimpan trauma, terobsesi pada seorang penulis amatir, yang naskah fiksinya menjadi panduan pembunuhan berantai? *** SINOPSIS Gregory Evans, seorang detektif dengan masa lalu kelam, tak bisa mengenyahkan bayangan seorang wanita muda berambut pirang dan bermata hijau yang tak sengaja bertabrakan dengannya di depan stasiun kereta api bawah tanah. Greg bahkan menyimpan lembaran judul naskah cerita kriminal yang jatuh dari tangan wanita itu. Yang mengejutkan, judul naskah itu ditemukan di sebuah TKP pembunuhan di samping jasad korban. Hal yang mengindikasikan bahwa pembunuhan tersebut adalah pertunjukan yang meniru fiksi. Greg segera melacak wanita pemilik naskah tersebut yang tak lain adalah Tara Bradley, seorang pustakawan pemalu yang terobsesi menjadi penulis sukses. Tara yang menggunakan nama pena 'Violet Crow' mengakui telah menulis naskah itu sebagai fantasi balas dendam atas para penulis yang telah mencuri idenya. Kini, wanita itu dihantui oleh naskahnya sendiri. Seseorang di luar sana mewujudkan fantasinya tanpa perasaan, tanpa kompromi. Greg yang menyadari bahwa Tara adalah pusat dari misteri ini, terjebak di antara tugasnya sebagai detektif dan ketertarikan pribadi yang tumbuh sejak awal pertemuan mereka. Dia berpacu dengan waktu untuk mengungkap identitas sang pembunuh sebelum babak selanjutnya dari The Silent Slasher terwujud. Sekaligus mempertaruhkan karirnya karena terlibat hubungan terlarang dengan Tara.
Read
Chapter: 24. Kesenangan yang Menyakitkan
Tara terperangah. Merasakan perpaduan aneh antara kesenangan dan bahaya. Matanya membesar dan berkaca-kaca mencari kemarahan di mata Greg. Dan, yang Tara takutkan terjadi. Ditemukannya bara itu menatap balik di antara gairah yang tak mungkin bisa direkayasa. Wanita itu meneguk ludahnya. Membasahi kerongkongan yang mendadak terasa kering. Bibirnya, yang membengkak karena kelakuan Greg, bergetar saat mencoba mengeluarkan suara. “Aku… Aku lebih suka… ini… Sir…” Tara bisa saja berpikir bahwa dirinya tengah dikhianati. Dijebak. Dimanipulasi. Akan tetapi, wanita itu memilih bersandar pada harapan bahwa sensasi yang mereka bagi adalah kebenaran yang lebih nyata. Wanita itu memajukan wajahnya. Mencium Greg dengan putus asa. Mencoba menyeret sang detektif keluar dari perannya sebagai seorang penegak hukum. Tawa kecil Greg terdengar. Disambutnya ciuman itu dengan intensitas yang lebih besar. Menyingkirkan dialog. Melupakan tugas. Menukarnya dengan tindakan yang sama sekali tidak profe
Last Updated: 2025-12-13
Chapter: 23. Interogasi dalam Uap Panas
Malam makin larut ketika hujan melambat. Bunyi ritmis yang membentur jalanan di luar apartemen selaras dengan rintik air di kamar mandi Tara. Uap panas mengepul memenuhi penglihatan di bawah cahaya putih lampu. Menyelimuti dua tubuh yang saling melekat dihujani rintik dari pancuran. Niat membersihkan diri setelah sempat tertidur mengabu oleh bara yang belum padam sepenuhnya. Punggung Tara menempel di permukaan dinginnya dinding keramik. Wajahnya terangkat. Matanya terpejam. Jantungnya berdetak liar hingga napasnya tersengal. Suara patah-patah mengalun dari mulutnya yang membuka. Bukan karena deraan air. Melainkan… karena terjangan ekstasi yang berpusat di sentuhan Greg. Pria itu masih berlutut di hadapannya. Menerobos semua batasan. Menguasai. Mengendalikan. Menyiksa Tara dengan sapuan yang basah. Dalam. Intens. Dan tanpa belas kasihan. Jerit tak tertahan terurai dari mulut Tara. Sengatan memabukkan merayap naik dari bawah perut wanita itu. Lalu meledak dan merepih di puncak
Last Updated: 2025-12-12
Chapter: 22. Sentuhan Api Terlarang
Hujan belum berhenti ketika mereka sampai di depan gedung apartemen Tara. Lampu jalan memantulkan cahaya ke permukaan basah trotoar, menciptakan gemerlap redup seperti pecahan kaca. Sebelum Greg sempat turun, Tara sudah lebih dulu membuka pintu dan melangkah keluar. Gerakannya cepat. Nyaris berlari. Seperti tergesa mencari pasokan oksigen yang sudah menipis di dalam mobil. Greg mengikutinya tanpa mengatakan apapun. Hanya langkah sepatu mereka di tangga sempit yang bergema di antara dinding lembap. Di tiap anak tangga, Tara merasakan kehadiran Greg di belakangnya. Panas. Berat. Seperti bayangan api yang enggan berpisah darinya. Setiap langkah terasa bagaikan pertarungan. Sebagian dirinya ingin Greg berhenti di bawah, membiarkan jarak menjadi pelindung. Akan tetapi, sebagian lainnya, yang lebih dalam, lebih jujur, justru berharap Greg menyusul, meniadakan jarak itu sepenuhnya. Di depan pintu apartemennya, Tara berhenti. Jemarinya gemetar pelan saat mencari kunci di dalam tas. Hujan
Last Updated: 2025-12-04
Chapter: 21. Bahaya yang Menggoda
Rintik yang berjatuhan di atap mobil mendatangkan bunyi riuh yang berat. Seakan ingin menyamarkan dua detak jantung yang sama-sama ricuh.Sementara itu, udara di kabin terasa seperti uap tebal yang panas. Dua napas di dalamnya tertahan lebih dari seharusnya. Bukan karena sisa tembakau atau aroma hujan yang melayang-layang di penciuman. Melainkan karena sesuatu yang lain.Greg merogoh saku bagian belakang celana jeans-nya, mengambil dompet untuk menaruh kartu identitas yang tadi sempat dia keluarkan di perpustakaan. Gerakannya tenang tetapi cukup membuat Tara menoleh.Mengikuti arah gerakan tangan Greg, wanita itu memindai ke bawah. Pandangannya tanpa sengaja terjatuh pada sebilah logam hitam yang terselip di pinggang pria itu. Lalu, ketika dompet kulit Greg terbuka di pangkuan, perhatiannya tertahan lebih lama. Selembar kemasan tipis berwarna keperakan mengintip di sela sekatnya.Seketika darah Tara berdesir. Dua benda itu adalah hal lumrah bagi seorang polisi sekaligus seorang pria d
Last Updated: 2025-12-04
Chapter: 20. Di Antara Rak Sunyi
Jam dinding di ruangan Tara menunjukkan pukul 04.32 sore. Laju detiknya berpacu dengan detak di dalam dada wanita itu yang seolah-olah tak pernah tenang. Tara terlambat 32 menit dari waktu yang dijanjikan pada Greg.Bukan dia sengaja. Ellaine memanggilnya untuk mendiskusikan acara tahunan di menit terakhir, dan Tara tidak bisa menolak.Telepon genggamnya bergetar, menambah ramai suasana hatinya. Ini panggilan ketiga dari pria itu. Setelah sebelumnya tak terjawab."Halo, Greg," sapa Tara sambil sedikit membungkuk mematikan komputer. Wanita itu harus menahan napas agar tak mendengarnya tersengal."Aku sudah di depan," ucap Greg tegas dan penuh penekanan. "Dan kau mengabaikan panggilanku selama tiga puluh menit.""Aku minta maaf, Greg," sesal Tara dengan suara serak. "Tadi... kepala perpustakaan memanggilku ke ruangannya. Ada hal krusial mengenai acara tahunan. Aku kira hanya lima menit."Greg tidak langsung menjawab. Hanya ada keheningan panjang yang diikuti suara pintu mobil yang dihem
Last Updated: 2025-12-04
Chapter: 19. Aroma Basah dan Jejak Hitam
Pukul 02.12 hujan sudah reda. Akan tetapi, udara di sekitar kantor polisi Hackney masih menyimpan aroma basah. Menambah kesan dingin yang menggentarkan. Greg menatap layar laptop dari kursi kulit besarnya. Tampilan hasil digitalisasi dokumen forensik dan laporan keuangan. Pandangannya fokus, tetapi pikirannya terbagi ke dua tempat. Ruangan itu, dan suatu tempat bernama Notting Hill. Ketukan pelan sebanyak tiga kali datang dari pintu. Lamunan Greg pun terhenti. "Masuk," perintahnya. Seorang pria berpostur tinggi besar dengan wajah dibingkai rambut tebal muncul dari balik pintu. James Dougherty. Rambut pirang panjangnya yang diikat rendah di tengkuk sedikit basah di ujung. Begitu juga dengan bagian bahu dan lengan jaket kulit hitam, serta bagian paha celana jeans biru pudarnya. Itu bukan fashion. Melainkan kamuflase. Mengingat James menjadi andalan Greg untuk turun ke wilayah di mana kehadiran polisi bisa menimbulkan ladang pembantaian brutal. Ketika James melangkah masuk, aroma
Last Updated: 2025-12-02
You may also like
MY SWEET CEO
MY SWEET CEO
Romansa · Sun flower
712 views
Pelayan Cantik Tuan Arogan
Pelayan Cantik Tuan Arogan
Romansa · Pelangi Jelita
709 views
TWELVE
TWELVE
Romansa · Evia Nuravianti
706 views
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status