Akad Yang Dijanjikan

Akad Yang Dijanjikan

last updateLast Updated : 2021-10-07
By:  Siti UmuyOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
19Chapters
1.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Tentang seorang gadis yang dijanjikan akad oleh seseorang yang dicintainya, namun justru harus menerima pengkhianatan. Anak perempuan yang dipaksa menelan pahitnya rasa kehilangan sosok ayah sedari kecil, kini jiwanya kembali terkoyak oleh lelaki yang dianggap sebagai pengganti ayah, jiwanya hancur karena rasa sakit, trauma dan stress berat harus dia tanggung akibat rasa kehilangan. Setelahnya dia kembali bangkit, meski jiwanya harus kembali diuji. Lalu seseorang muncul tanpa pernah diduga dan mewujudkan akad yang pernah dijanjikan.

View More

Chapter 1

mencoba mengakhiri

Duuaaarrrr 

Petir menyambar dengan keras, sebenarnya aku takut namun hatiku tengah pilu hingga mengabaikan keadaan sekitar.

“Maaf.. maafkan aku. Rasa ini memang masih ada, tapi mungkin semuanya akan kuakhiri” lirihku yang hampir tak terdengar karena air hujan.

Secepat kilat dia memegang pergelangan tanganku dengan erat, bahkan mungkin terlalu erat karena aku merasa tanganku sakit. Matanya memerah, aku tau dia tengah menahan amarah karena mendengar ucapanku.

Aku terkesiap saat sadar bahwa dia telah menyentuh tanganku, satu hal yang tak pernah dia lakukan selama bertahun-tahun. Ya, dia seseorang yang sangat menjagaku.

“Astagfirullah,” ucapku sambil melepaskan genggaman tangannya.

Dia masih terpaku, mungkin tak menyangka dengan apa yang dia lakukan tadi. Kemudian dia jatuh terduduk, terdengar isakkan lirihnya ditelingaku. Aku terkejut, dia menangis dihadapanku. 

“Dengar, sampai kapanpun aku tidak pernah ikhlas melihatmu bersama dengan orang lain “ ucapnya penuh dengan penekanan.

Aku terdiam, tak terkejut dengan apa yang dia ucapkan karena memang ini bukan pertama kalinya aku berkata untuk mengakhiri segalanya.

Aku menghela nafas, merasa lelah dengan semua ini. Dia bangkit, kemudian menatapku dengan penuh luka. Lama dia menatap, akhirnya pertahananku hancur juga, aku menangis pilu meratapi takdir yang tak kunjung berdamai dengan hati.

“kenapa kamu sangat egois? Aku sudah cukup hancur karena kehilanganmu, lalu sekarang kamu tak membiarkanku mencari kebahagaiaan lain! Kenapa kamu tak membunuhku sekalian?” cercaku dengan emosi yang meluap. Air mataku terus mengalir menyatu dengan air hujan.

Dia tetap diam tak menanggapi perkataanku. Lalu tiba-tiba,

Brusssh...

Sebuah mobil melaju dengan kencang mengakibatkan air yang menggenang dijalanan terciprat ke arahku. Ya, aku memang bertemu dengannya dipinggir jalan. Entah apa yang direncanakan tuhan tapi aku tak sengaja bertemu dengannya.

Aku terkejut kemudian melihat ke arah mobil yang berhenti tak jauh dari tempat kami berdiri, lalu kaca mobil itu turun menampilkan sosok lelaki yang ku taksir seumuran denganku. 

“Astaga, maaf mbak saya sengaja. Eh, maksud saya tidak sengaja. Lagian mbak sama masnya kalo mau drama jangan dipinggir jalan dong, mana sambil hujan-hujanan udah kaya difilm aja,” cerocosnya tanpa jeda. 

Aku makin terkejut, karena dia justru menyalahkanku untuk kecerobohan yang dia lakukan. Aku beristigfar dalam hati, dongkol dengan kelakuan manusia yang ada didalam mobil itu.

“Kakak, mas, abang, pak atau siapapun itu, kenapa malah menyalahkan saya? Jelas-jelas anda sendiri yang ceroboh disini. Kenapa mengendarai mobil dengan kecepatan yang tinggi? Apa anda tidak melihat ada genangan air disana? “ omelku dengan kecepatan tinggi pula.

Tapi dia hanya nyengir tanpa merasa bersalah

“Hehehe jangan ngomel begitulah mbak, nanti cepet tua,” jawabnya dengan cepat dan buru-buru melajukan mobilnya kembali.

“Ya Allah kenapa ada mahluk seperti itu dimuka bumi ini?” omelku sendiri dengan emosi yang tertahan. Aku bahkan lupa jika sedang berbicara dengan seseorang sebelumnya. Aku kemudian berbalik menghadapnya yang sedari tadi diam.

“Aku harus pulang,” ucapku padanya.

Kemudian berbalik dan dengan pelan melangkah, namun baru beberapa langkah dia berucap

“Tidak ada yang berakhir diantara kita, tunggulah aku akan menepati janjiku,”

Aku berhenti sejenak mendengar ucapannya, dengan air mata yang makin deras aku terus berlalu meninggalkannya. 

“Ya Allah, maafkan aku,” batinku memohon.

********

Sesampainya dirumah, aku disambut oleh wajah ibu yang begitu cemas karena melihatku yang basah kuyup disertai wajah yang pucat. Ibu langsung menyediakan air hangat dan memintaku untuk mandi.

“Nak, lekas mandi yah. Nanti kamu bisa demam,” ucap ibu dengan raut khawatirnya.

“Iya bu,” jawabku sekenanya, tak ingin membuatnya bertambah khawatir aku bergegas mandi.

Selepas mandi aku langsung masuk ke kamar dan melaksanakan shalat maghrib. Ya, aku memang bertemu dengan dia saat senja, dan baru pulang ke rumah waktu maghrib. Aku menghadap-Nya dengan raga yang rapuh, bahkan air mata tak kunjung reda hingga salam aku ucapkan. Selesai shalat aku tak langsung beranjak dari atas sajadah, aku berulang kali beristigfar dan berdzikir untuk menetralkan hati yang begitu kalut. Lalu ku tadahkan tangan mengiba pada sang pemilik alam

“Ya Allah, engkau sang pemilik hati, begitu banyak yang terjadi dalam hidupku namun aku tau takdirmu tak pernah salah. Jika janji yang dia ucapkan tak pernah engkau ridhoi maka hadirkanlah ikhlas dalam hati ini. kuserahkan segalanya pada-MU, atur saja apa yang terbaik menurut-MU.” lirihku beriringan dengan air mata yang membasahi pipi.

Rampung shalat aku keluar kamar menuju dapur, dimeja makan telah tersedia makanan yang ibu masak. Terlihat ibu yang tengah membuat teh, lalu aku duduk dimeja makan sambil terus memperhatikan ibu. Kemudian ibu berbalik menuju ke arahku sambil membawa teh dan langsung menyuguhkannya padaku, aku tersenyum dan meminum teh yang ibu buat. Mata ibu terus memperhatikanku, aku sadar hal itu namun aku berusaha untuk tidak gugup dihadapannya. Aku tau, setelah ini ibu akan bertanya sesuatu.

“Zhia,” panggilnya dengan lembut.

“Iya bu,” jawabku sambil melihat wajah teduhnya.

“Kenapa kamu tadi hujan-hujanan nak?” tanyanya.

Aku terdiam,  berpikir keras untuk menjawab pertanyaan ibu. Aku tak mungkin menjawab jujur bahwa aku bertemu dengan Asraf tadi sore dan karena dia pula aku kehujanan. 

“Oh itu bu tadi aku sengaja soalnya rindu main hujan-hujanan hehe,” kilahku berbohong. Dalam hati aku berkali-kali merutuki diri yang berani berbohong pada ibu. ‘maafkan Zhia bu’ batinku mengiba.

“Benar begitu,?” ucap ibu memastikan.

“Iya bu,” jawabku sambil tersenyum menutupi kegugupan.

“Yasudah, kamu makan lalu istirahat ya.” Ucapnya yang hanya kubalas dengan anggukan kecil pertanda akan melakukan apa yang ibu perintahkan,  kemudian ibu beranjak menuju kamar.

Aku terpaku memikirkan hal ini, jika ibu tau aku masih berhubungan dengan Asraf entah apa yang akan terjadi. Mungkin ibu akan marah dan kecewa terhadapku.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
19 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status