Jonathan Walker terpilih sebagai CEO Weston Corp, menggantikan sang ayah, William Walker. Masa lalu yang sempat membuatnya trauma memaksanya meninggalkan rumah dan tinggal di negara lain. Saat telah beranjak dewasa Jonathan harus menghadapi masa lalu dan trauma masa kecilnya demi memenuhi wasiat yang telah ditinggalkan ayahnya memimpin Weston Corp. Pertemuan dengan Emily salah satu karyawan yang menolongnya saat terjebak lift membuat keduanya semakin akrab. Emily juga memiliki masa lalu buruk dengan pernikahan pertamanya. Perceraian membuatnya menjadi pribadi tertutup. Keduanya sama sama saling memberi dukungan. Akankah tumbuh cinta di antara keduanya?
View More“Aku ingin bercerai,”suara Oliver memecah heningnya malam saat Emily bersiap tidur.
Emily tertegun. Merasa ada yang salah dengan pendengarannya barusan. “Kau bilang apa?” “Aku ingin bercerai, Em,”tegas Oliver. Kali ini suaranya tak lagi terbata. Emily bangkit dan berjalan di sisi lain tempat tidur, mendekati Oliver yang duduk di tepi ranjang. “Apa maksudmu?” Oliver mendongak, menatap Emily dengan perasaan bercampur aduk. “Ibu memintaku bercerai. Dan aku mendukung keputusannya.” “Kita yang menikah, kenapa ibumu juga ikut campur?”Emily menahan suaranya yang hampir berteriak. “Orang tuaku ingin mempunyai keturunan, dan kamu tidak bisa memberikannya.” “Aku?”tanya Emily tak percaya dengan kalimat yang diucapkan Oliver barusan. “Koreksi kalimatmu, Oliver. Yang benar adalah kita tidak bisa memberikan keturunan.”Emily memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Tidak sekali ini ia mendengar Nyonya Edith, ibu Oliver menuduhnya mandul karena dirinya tak kunjung hamil. “Aku lelaki sehat, Em.” “Aku juga wanita sehat. Lihatlah!Aku masih punya tenaga berdebat denganmu meski seharian ini aku kerja dobel shift. Bagaimana denganmu?Apa yang kau lakukan seharian ini?”tanya Emily meradang. “Cukup!Kau selalu merendahkanku. Aku sedang berusaha mencari pekerjaan.” “Sudah berapa lama kau melakukannya?”tanya Emily dengan pandangan menantang. “Sejak dua tahun pernikahan kita, kan?” “Setidaknya aku telah berusaha.” Emily mendengus. “Seminggu ini kau selalu keluar bersama teman-temanmu. Hang out di pub sampai menjelang pagi. Aku kerja mati-matian memenuhi kebutuhan hidup kita, sementara kamu mengejar kesenanganmu sendiri.” “Ya, Emily! Itulah yang memang kuinginkan selama ini,” Oliver bangkit berdiri, mensejajarkan pandangan dengan Emily. “Ya Tuhan Em, Aku bosan hidup seperti ini. Kita harus berhemat makan, berhemat liburan, berhemat tidak keluar bersenang-senang. Dan aku bosan tiap hari selalu bertengkar denganmu. Aku muak!” Tiba tiba saja tenggorokan Emily terasa tercekat dan matanya memanas. Dirinya telah berkorban banyak tetapi mengapa itu belum cukup?Dia sudah mengorbankan masa depannya. Mengorbankan studinya di sebuah universitas ungggulan demi menikah dengan Oliver. Emily juga mengorbankan perasaan ayah dan ibunya yang jelas kecewa melihatnya berhenti kuliah. Tapi apa yang didapatkannya sekarang? “Baiklah, ”ucap Emily akhirnya. Ia segera mengusap kasar air mata yang hampir menetes di pipinya. Pertengkaran seperti ini memang kerap terjadi. Sejak tahun pertama pernikahan mereka. Sebagian besar pemicu pertengkaran adalah karena uang. Oliver berasal dari keluarga kaya. Ia terbiasa hidup berkecukupan. Sejak ia nekat menikahi Emily, Tuan Henry, ayah Oliver, pemilik Unity corp, memblokir akses keuangan Oliver. Sejak saat itu Oliver harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Emily lebih mudah mendapatkan pekerjaan meski hanya berbekal ijazah sekolah menengah. Ia tidak gengsi bekerja sebagai waitress ataupun tukang cuci piring di sebuah tempat makan. Sementara Oliver beberapa kali harus berganti pekerjaan. Menjadi sales mobil, pengantar pizza. Tapi Oliver lebih sering menganggur. Ia tak tahan bekerja dalam tekanan. Oliver tak suka diperintah orang lain. Karena dalam hidupnya ia terbiasa memerintah.“Kurasa memang sudah cukup pertengkaran kita selama ini, aku juga sudah lelah. Keluarlah.”Emily enggan menatap Oliver. Pria itu beranjak pergi. Emily terduduk di lantai kamar. Dadanya terasa nyeri. Emily berkali kali menghela nafas panjang berusaha meredakan sesak di dadanya. Sakit. Sungguh sakit rasanya diputus sepihak seperti ini. Semudah itukah rasa cinta bisa menghilang dalam diri Oliver?Lelaki menawan yang di kenalnya saat awal-awal kuliah dulu. Oliver begitu ramah, cerdas dan tampan, meratukan dirinya hingga Emily mabuk kepayang. Dan disinilah ia sekarang. Patah hati dan hancur. Dengan langkah gontai Emily mengambil koper di dalam lemari. Mengemasi pakaian yang hanya segelintir. Terseok dirinya mendorong koper keluar kamar. Ada Oliver di sana. Duduk di sofa ruang tengah. “Aku saja yang pergi,”Oliver menatap Emily yang tengah mendorong koper. “Kirim saja surat perceraiannya. Akan segera kukembalikan setelah kutanda tangani.”Tanpa menoleh lagi, Emily beranjak pergi dari apartemen sempit yang mereka sewa sejak dua tahun ini. Dengan pikiran kacau Emily memutuskan untuk tinggal sementara di sebuah flat kecil di pinggir kota. Harga sewanya lebih murah dari apartemen yang ia sewa bersama Oliver. Jaraknya juga lumayan dekat dengan tempat kerjanya selama ini. Ia hanya perlu berjalan kaki sebentar untuk sampai di sana. Emily mulai mengeluarkan pakaian dari dalam koper dan menyibukkan diri menata ruangan. Tapi pikirannya kembali kacau. Ia terduduk di lantai kamar. Menenggelamkan wajah di antara kedua tangannya dan kembali menangis tersedu. Jika saja ia tahu kalau patah hati akan sesakit ini, ia takkan pernah mau jatuh cinta. Oliver cinta pertamanya. Dan lelaki itu dengan tega telah mendorongnya ke jurang kehancuran. Bagaimana ia bisa menghadapi hari esok?Butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan kondisi keuangan Weston Corp. Sudah hampir lima bulan. Beberapa kontrak perjanjian baru telah ditandatangani. Meski tidak dapat pulih sepenuhnya tapi setidaknya mampu menghasilkan laba yang diharapkan oleh semua pihak. Baik pemegang saham maupun jajaran manajemen dan karyawan Weston Corp. Jonathan pulang larut malam itu. Simon yang setia mengantarnya menuju apartemen sederhana di tengah kota. Emily tak ingin pindah. Ia lebih nyaman tinggal di sana karena selain lebih dekat dengan Weston Corp, Aldera lebih mudah mengunjunginya. Saat membuka pintu, tampak pemandangan yang selalu membuat Jonathan rindu pulang. Emily duduk di sofa sambil menimang putranya. "Hai, " sapa Jonathan hampir berbisik. Ia mencium lembut bibir Emily sembari berjongkok di depan istrinya, memandang wajah damai putranya yang tertidur pulas. "Mandilah, kamu tampak lelah, " ucap Emily seraya bangkit berdiri saat Jonathan mengambil Kenneth dari tangannya dan beran
Proses persalinan Emily dibantu oleh seorang Widwife ramah bernama Adelle. Emily baru diperbolehkan masuk ke ruang bersalin setelah pembukaan lima. Jonathan mendampingi istrinya selama proses berlangsung. “Ma’am, anda harus berjalan-jalan untuk mempercepat proses kelahiran,” saran Adelle saat bukaan Emily tak kunjung bertambah. Emily telah menjalani serangkaian proses persalinan mulai mencek detak jantung bayi dalam kandungan hingga proses induksi untuk merangsang kontraksi. Jonathan membantu Emily berkeliling rumah sakit. Setelahnya proses induksi kedua kembali dilakukan. Ada beberapa pilihan pain killer yang ditawarkan Midwife untuk mengurangi sakit saat kontraksi dan Emily memilih mandi dengan air hangat. Jonathan dengan sabar mengganti bath tub dengan air hangat agar Emily bisa berendam dengan nyaman. Hampir empat jam hingga kontraksi semakin terasa luar biasa menyakitkan. Proses persalinan berlangsung sekitar satu jam. Jonathan hampir tak kuasa menahan air mata saat bayi mu
Jonathan mengantar Emily hingga ke dalam apartemen. "Kembalilah bekerja," ucap Emily sembari berjalan menuju kamar. "Aku tidak akan tenang sebelum kamu memaafkan ku. " Jonathan masih membayangi langkah istrinya hingga ke kamar. Emily ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan hati Jonathan, tapi entah mengapa lidahnya kelu, moodnya memburuk. "Sayang, " panggil Jonathan meraih pinggang Emily dan merapatkan ke tubuhnya. "bagaimana lagi aku harus menjelaskan, Em? " "Tidak perlu, aku tidak butuh penjelasanmu, aku ingin tidur. " Emily melepaskan tangan Jonathan dengan wajah cemberut. "Jangan begini, Sayang." "Sudah, pergilah." Emily beranjak menuju ranjang dan merebahkan tubuh Jonathan melirik jam tangan sekilas. Waktu tutup supermarket satu jam lagi. Ia bergegas pergi menuju tempat kerjanya. Membantu Thomas hingga waktu tutup toko. Setelah pamit pada Thomas, ia pulang dengan tergesa. Jonathan mandi sebentar sebelum merebahkan tubuh di samping istrinya. Emily ber
Jonathan datang lebih awal hari ini. Antrian panjang tampak di depan pintu masuk supermarket bahkan sebelum toko dibuka. Beberapa personel keamanan bersiap di pintu masuk memastikan pengunjung tetap mematuhi peraturan toko meski hari ini adalah hari khusus, dimana harga hampir semua barang yang ada di supermarket di diskon mulai empat puluh persen. "Kau lihat antrian di depan pintu, Jonathan? " tanya Thomas mengenakan jaket khusus toko. Ia bersiap pergi. "Ya, aku lihat." Jonathan melirik jam dinding. "sepuluh menit lagi, aku akan bersiap. " Jonathan mengenakan jaket yang sama seperti yang dipakai Thomas. Hari ini akan menjadi hari tersibuk sepanjang pekan ini. Meski pengunjung memadati supermarket, tetapi pengaturan yang telah dibuat Thomas membuat antrian tidak terlalu panjang. Area kasir ditambah dua lagi sehingga pengunjung toko bisa dilayani dengan cepat. Tak ada jeda waktu. Waktu makan siang pun dipercepat karena pengunjung tak juga berkurang hingga menjelang mala
Keesokan pagi ditemani Jonathan, Emily menyerahkan sampel urine ke laboratorium klinik sesuai arahan dokter Roberta. Setelah mengantar Emily pulang, Jonathan berangkat menuju tempat kerja. Hari ini hari tersibuk menjelang akhir pekan. Menjelang Black Friday banyak barang baru berdatangan, bertepatan dengan ketidakhadiran Thomas karena sakit. Jonathan menggantikan tugas Thomas sementara waktu. Ia memantau pekerjaan di gudang hingga penataan barang di rak-rak pajangan. Belum lagi beberapa komplain dari pelanggan yang mengomel karena antrian panjang di area kasir. Jonathan berinisiatif menambah area kasir darurat. Saat waktu makan siang, tiba-tiba muncul Claire di ambang pintu ruangan kantor Jonathan. "Hai, apa aku mengganggu? " tanya Claire ceria. Jonathan tersenyum. "Tidak, ada apa Claire? " "Aku hanya ingin mampir. " Jonathan teringat Brianna, Claire tampaknya seumuran dengan Brianna. "Bagaimana kabar Thomas?Apa dia sudah membaik? " Claire mendekat, tanpa diminta ia d
Dua bulan lagi adalah Black Friday. Dikenal dengan hari belanja besar-besaran dengan diskon sangat menarik. Black Friday jatuh pada hari Jumat setelah Thanksgiving di bulan November. Jonathan membuat proposal tentang penawaran menarik khusus di Black Friday. Siang itu sebelum makan siang ia menyerahkan proposal itu pada Thomas. “Aku membuat konsep tentang diskon saat Black Friday,” ucapnya. “Baik, akan kupelajari.” Thomas menerima lembaran kertas itu. “Kau makan siang di luar?” “Tidak, aku membawa bekal.” Jonathan meringis menahan kikuk. “istriku memaksaku membawa bekal untuk berhemat.” Thomas tertawa. Ia menunjukkan wadah bekal makan siangnya. “Tidak usah malu, aku selalu membawa bekal. Ayo makan bersama di sini,”ajak Thomas kemudian. Jonathan menurut. Keduanya makan bersama di meja Thomas saat setengah jam berlalu, terlihat wajah Claire muncul dari balik pintu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya saat mendekati Jonathan. “Hai, kudengar dari papa, kau pengganti
Jonathan terpaksa menjual penthousenya dengan harga di bawah pasar, itu dilakukan demi segera mendapatkan uang membayar gaji dan tunjangan pisah karyawan resort. Pihak asuransi properti masih dalam penyelidikan tentang penyebab kebakaran sehingga tidak bisa mengupayakan pencairan asuransi kebakaran dalam waktu dekat.Jonathan meminta James untuk memperkerjakan kembali Simon di Weston dan juga merekomendasikan Mateo untuk bekerja di sana.Jonathan dan Emily melakukan persiapan untuk berangkat ke Manchester setelah sebelumnya berpamitan pada Aldera.“Jaga diri baik-baik, Sayang.” Aldera memeluk Emily dan Jonathan saat keduanya berpamitan pergi“Ibu jaga kesehatan, ya.”Emily mengurai pelukan. “Tolong sampaikan Eden, untuk biaya kuliahnya, akan kutransfer setiap bulan ke rekeningnya seperti biasa, jadi dia tak perlu khawatir.”Aldera mengangguk dengan mata berkaca-kaca.“Jaga Emily, Jonathan.”“Aku janji,” kata Jonathan sebelum keduanya berlalu pergi.Saat tiba di mansion, hanya James d
Jonathan berdiri di depan puing-puing bangunan resort bekas kebakaran. Ia terdiam lama. Emily ingin mendekat dan memberi semangat untuk Jonathan tapi ia enggan untuk mengganggu Jonathan yang tengah merenung. Lelaki itu tangguh. Hanya masalah seperti itu takkan menggoyahkan jiwanya. Emily yakin itu. Jonathan berbalik menghadapnya. Dengan senyum. "Aku sudah mengasuransikan properti ini. Tapi untuk membangunnya kembali butuh waktu lama. " Ia berbicara tidak hanya pada Emily, tapi juga ditujukan pada Lucas. "Dengan berat hati, aku harus menghentikan operasional resort. Aku akan bertanggungjawab memberikan hak kalian sesuai kesepakatan. " Sekarang ia benar-benar berdiri di depan Lucas. Lucas menghormati keputusan Jonathan. Setelah keduanya memberikan briefing singkat pada seluruh karyawan dan memberikan kesempatan untuk berpamitan, Jonathan dan Emily berkendara pulang. "Setelah urusan pembayaran gaji selesai, aku ingin kita pergi ke Manchester atau Wales, " ucap Jonathan saat kedu
Emily dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak menghirup asap. Saluran pernapasan nya mengalami iritasi dan peradangan. Dalam kesempatan terakhir, Emily sempat hampir merasa dirinya telah mati. Kilasan kilasan peristiwa asing masuk ke dalam ingatannya dan Emily yakin mungkin inilah saat waktu nya telah berakhir di dunia. Tapi Tuhan masih menginginkan ia hidup. "Emily, kau sudah sadar? " Aldera yang pertama kali menyapanya. Emily mengerjapkan mata, suasana kamar yang serba putih dan bau khas rumah sakit membuatnya pening. "Ibu, apa yang terjadi? " "Kau pingsan saat resort kebakaran. " Emily terkesiap. "Kebakaran? " tanyanya panik. "Bagaimana orang-orang di dalam resort? " "Tak ada korban jiwa, Sayang. " Emily bersyukur dalam hati. "Kai yang membawa mu keluar dari ruangan. " "Kai?"Tiba-tiba ia teringat akan Kai. Juga sesuatu yang terjadi di masa lalu. Jonathan yang meminta maaf atas perbuatan adiknya yang berusaha menceburkan nya ke dalam kolam dan yang berusaha
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments