WARNING 21+ BUKAN UNTUK DI BAWAH UMUR Sepuluh tahun, dan Diva masih belum mengingat sosok pria yang selalu memanggilnya BE di dalam mimpi. Sampai dia bertemu Juna, pria yang mengaku sebagai sosok itu. Namun, Diva tidak percaya, meski dia merasa mengenal Juna. Benarkah Juna adalah pria yang selalu hadir di setiap mimpi Diva? Lalu, kenapa Diva tidak mengenali Juna? Mengapa Juna mengatakan kalau Diva sudah meninggal?
view moreMistress – A tainted identity
Prologue
Sweats was dripping from his forehead, his heart was pounding loudly in his chest out of anxiety and fear, his body was visibly trembling. His grip tightened on the steering wheel making his knuckles white as he took a sharp turn to escape from them who were chasing him but luck was not on his side. Luck abandoned him the moment he entered in his life.
He glanced at the side mirror to find that five black cars were still chasing him with full speed and he could also hear some gunshots.
He didn’t understand how to save himself from them and most importantly how to save her.
He knew what he would do to her once he got hold of her.
He wanted to save her as he had only two hours to save her, after that he will not be able to save her.
He increased the speed of the car.
The road was dark and deserted, there was no trace of any human being except those six cars. Five black car was chasing the white one which was running on the road at insane speed and to catch it, they were also matching its speed.
"Don't forget the boss's orders are that we have to capture him alive so shoot anywhere on the car but not him" he instructed the other man and pointed his gun at the tire of white car but he missed "shit"
He sat his aim again but before he could pull the trigger his phone started ringing and he knew exactly who was calling him.
He turned on Bluetooth and heard a cold, intimidated and dominating voice from the other side which made him shiver "Send me your location."
"Yes boss" line went dead. He quickly shared his live location and shouted at the person in the driver seat “Try to get to his side so I can shoot the tires”
The driver did the same and increased car’s speed so that he could reach next to him but that was a difficult task as it is was easy to match his speed.
"God, I know I am a sinner but please don't punish her for my sins. She is innocent, please save her" he prayed to God in his mind desperately.
He now realized what it mean to be helpless, weak.
Suddenly a bright light hit his eyes making him blind for few second and caused him to close his eyes but when he opened again his eyes widened in fear. His mind shouted in panic “he is here, I have to save her”
Two cars were parked in front of him in the middle of the road, blocking his path.
He had to save her
He made a sharp turn so that he could escape but his car went on the divider at full speed and he lost his control on it.
The next moment the car was roiling down on the road with his painful screams and crashing sounds of car.
Before he knew what to do, he found himself rolling with the car.
He felt unbearable pain all over his body, with a liquid covering his body. He knew that it was his blood. He heard many different screaming voices. His eyes were getting heavy.
He had no idea what was happening but he could feel that someone was dragging him and throwing him on a hard surface due to which the pieces of glass stuck in his body pierce his body, making him scream in agony.
After all his failed efforts, he half opened his eyes finally and his eyes fell on black boots a few inches from him.
He moved his eyes from his boots to his face and his already severely wounded body shivered at his sight.
He stood here in all his full demonic glory. His aura was screaming dangerous, ruthless, dark and everything that terrified you. his face was devoid of emotions, no mercy, no pity but his eyes held a promise to destroy him and her.
"Fuck, he's lost a lot of blood. If we don't get him to the hospital in time, he'll die." someone said to the man who was looking at a half dead man lying in front of him.
His intense eyes roamed all over his body. There were wounds all over his body in which pieces of glass had stuck, blood was oozing out from everywhere which was forming a pool around him but he could see his slightly open eyes which were staring at him, his eyes held pain, fear and terror.
The same emotions which were once in his eyes, now were in his eyes but they were giving him satisfaction, a sadistic satisfaction.
He bended down to his level when he saw his lips moving, he was mumbling something but his voice was low.
“P……….please l…leave h………..her, s…………she is innocent” hearing this brought a malicious smirk on his face.
“Being her innocent will not save her from me but it will incite me to be mercilessly ruthless on her." his voice held a promise that's meant to be fulfilled.
“please” he pleaded to him as a tear slipped out of his eye which gave other man immense satisfaction but his face suddenly turned hard and his eyes started spitting fire as he seethed darkly "Nothing is free, she too will have to pay the price for your blood flowing in her veins I will make sure she pays for every drop that will haunt you every second. Get ready for your punishment.”
He stood up straight as he threw last glance at him before turning around and ordered them to take him to his hospital but he stopped in his tracks and added “And this is my promise to make you realize how we feel when you beloved is suffering in front of you but you can’t save her. it’s work like a slow poison”
"W…….Who a……are you??" he heard a raspy barely audible voice.
“You sinfully forced redemption” he spoke loudly and whispered under his breath “The spark from your past has now become a raging fire that is going to engulf her.”
*********
This is my news book, I hope you like it.
Pesta resepsi digelar pada malam harinya di sebuah hotel berbintang di ibu kota. Banyak tamu undangan yang hadir, selain rekan bisnis dari kedua keluarga mempelai, juga teman-teman mereka semasa sekolah dulu. Di antara teman-teman sekolah mereka yang hadir adalah Tasya. Meskipun tidak percaya, tetapi Tasya tetap datang sekedar hanya untuk memastikan karena undangan bukan berasal dari Juna atau Diva, melainkan dari Nora. Lagi pula, tak ada angin, tak ada hujan langsung ada undangan pesta resepsi pernikahan pria yang dicintainya. "Beneran datang ternyata!" Sejak awal memasuki lobi hotel, dada Tasya sudah berdegup kencang. Tubuhnya terasa panas dingin, keringat tak hanya membasahi pelipis, tetapi juga punggungnya yang polos. Dia sengaja mengenakan gaun hitam ketat dengan tali spaghetti yang terbuka di bagian punggung dan memiliki belahan dada yang rendah. Sengaja, agar tak terlihat seperti seseorang yang patah hati jika benar ini adalah pesta pernikahan Juna. Seruan dari suara yang s
Bandung merupakan salah satu kota yang ramah lingkungan di tanah air. Udaranya yang sejuk, ditambah dengan pemandangan yang indah, dan kuliner yang memanjakan lidah menjadikan Bandung sebagai salah satu destinasi wisata yang banyak didatangi para wisatawan. Itulah salah satu alasan kenapa Juna memilih Bandung sebagai tempat pemberkatan pernikahannya, selain tentu saja karena Oma dan Opa Dirgantara yang tinggal di kota kembang. Dengan konsep garden party, pesta yang hanya dihadiri oleh keluarga dan orang-orang terdekat memilih warna putih sebagai dress code.Semua ide Diva, dengan Barbara yang sedikit meracuni otaknya. Sejak dulu, Barbara menginginkan pesta pernikahan Juna mengambil tema winter garden party. Sebuah tema yang aneh karena tidak akan ada orang yang mau mengadakan pesta kebun ketika musim dingin. Ide Barbara memang selalu ekstrem, beda dari yang lain. "Nggak perlu gugup kali, Va. Juna nggak bakalan gigit lo!" omel Echa melihat Diva yang mondar-mandir ke sana kemari di da
Juna mendelik. Astaga, Diva sangat konyol sekali. Baik pegawai apalagi pemilik butik tidak akan menanyakan pertanyaan yang tidak penting seperti itu. Mereka tidak akan mau mengurusi masalah pelanggannya. Lagi pula, ia sudah pernah datang ke butik itu saat mengukur tuxedo yang akan dikenakannya di hari pemberkatan dan resepsi setelahnya. "Bisa kasih alasan yang masuk akal nggak, sih, Be?" tanya Juna memutar bola mata jengah. "Alasan kamu itu konyol banget, tau, nggak, sih, Be?" Gemas, Juna mencubit pipi Diva yang tak lagi terlihat pucat. Sudah beberapa hari ini pipi mulus itu terlihat selalu merona, bukan karena pemerah pipi, melainkan karena Diva yang tersipu. Diva membelalak. "Sakit!" katanya judes, menepis tangan Juna yang masih berada di pipinya. "Ya, habisnya kamu lucu banget, sih. 'Kan, aku gemes jadinya." Juna terkekeh. Diva tersenyum misterius, sebelah alisnya terangkat. "Sebab kamu udah nyubit pipi aku, kamu harus ikut kita pergi ke butik!" "What?" Diva tidak merespons
Suasana ruang sidang berubah menjadi kondusif begitu hakim mengetuk palu tiga kali setelah membacakan putusan hukuman untuk Hilda. Wanita itu harus menerima dihukum seumur hidup di dalam penjara atas semua kejahatan yang dilakukannya di masa lalu. Hukuman yang lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yang menuntut hukuman mati karena terbukti Hilda merencanakan menggugurkan kandungan Diva, atau sama saja dengan pembunuhan berencana. Meskipun Diva selamat, tetapi calon bayinya tidak. Diva juga sempat dinyatakan meninggal oleh dokter sebelum akhirnya koma dan bangun satu tahun kemudian dalam keadaan kehilangan ingatan. Proses hukum Hilda tergolong cepat. Dalam waktu dua minggu semua berkas perkaranya sudah rampung dan langsung diajukan ke pengadilan untuk menjalani sidang. Hanya dua kali sidang hakim sudah memutuskan hukuman untuknya. Tidak ada yang memprotes, meskipun Arsen Dirgantara terlihat menekuk, tetapi pria yang mengenakan setelan berwarna hitam itu hanya diam saja. Di
"Katanya kamu punya bukti yang yang kuat buat jeblosin dia ke penjara seumur hidup. Mana buktinya?" tanya Arsen sambil menyatukan kesepuluh jarinya, menumpukan dagu di atas jari-jarinya itu. Ia juga menumpuk kakinya, kaki kanan di atas kaki kiri.Tanpa bersuara, Juna merogoh saku bagian dalam jasnya, mengambil ponsel, mengutak-atiknya sebentar, kemudian memberikan pada sang Ayah. Arsen menaikkan sebelah alisnya melihat video itu. Berlatar sebuah restoran, seorang wanita berbicara di bawah pengaruh alkohol, terus meracau mengakui semua yang sudah dilakukannya semasa dia masih sekolah dulu guna mendapatkan perhatian pemuda yang dicintainya. Sampai rela melalukan hal paling buruk, meneror kekasih pemuda itu dan mengakibatkannya tewas beserta calon bayi dalam kandungannya. Wajah tampan pria berusia lebih dari setengah abad itu memerah, rahangnya mengeras mendengar wanita itu yang mengaku bahagia saat mengetahui kekasih pemuda itu meninggal dunia berikut calon bayi mereka. Arsen merekam
Diva menarik napas dalam, menyimpannya beberapa detik di paru-parunya sebelum mengembuskannya dengan pelan melalui mulut. Dia terus mengulanginya beberapa kali, baru berhenti setelah mobil yang dikendarai Juna memasuki sebuah gerbang dengan daun pintu berwarna hitam keemasan. Mobil berhenti di halaman, tepat di depan undakan. Diva keluar lebih dulu, dia membuka sabuk pengamannya dengan cepat sebelum Juna melakukannya. Halaman rumah ini masih sama seperti sebelas tahun yang lalu, tak ada yang berubah sedikit pun. Air mancur yang berada di bagian kiri halaman, di tengah sebuah taman mungil. Bunga mawar merah yang merupakan kesukaan nyonya rumah tumbuh dengan subur di taman itu. Sekali lagi Diva menarik napas sebelum menahannya ketika Juna mendekat dan menciumnya dengan panas beberapa saat. Mata bulat Diva membelalak, tangannya terangkat memukul bahu Juna yang dianggapnya tak tahu malu, sementara pria itu justru tertawa kecil menanggapinya. Dengan santainya Juna menarik tangannya memas
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments