LOGINMenceritakan tentang seorang bernama Angga Dimas Saputra, pengusaha sukses yang dengan terpaksa menikahi gadis cantik nan sholihah bernama Nafeesa Candramaya karena sebuah fitnah. Angga tidak pernah sekali saja melihat kepada istrinya sendiri. Kebencian Angga terhadap Nafeesa sepertinya sudah mendarah daging, hingga hanya caci maki yang dia ucapkan setiap saat. Angga beranggapan bahwa, pernikahannya terjadi karena akal licik Feesa yang mengincar harta warisan orang tuanya. Feesa memilih bertahan karena terlanjur jatuh cinta kepada suaminya sendiri. Berusaha menghadapi segala badai yang akan menghantam biduk rumah tangga mereka. Feesa yang merasa terabaikan, bersedia menjalankan rencana gila yang di sarankan oleh ibu mertuanya untuk menjadi wanita simpanan, agar mendapatkan cinta dan kasih sayang dari suaminya sendiri. Rumah tangga yang penuh dramatis dan perjuangan yang menguras emosi, harus mereka jalani untuk mendapatkan titik terang. Berharap suatu saat cinta bisa menyatukan mereka berdua.
View MoreNothing could ever take the happiness I have felt at this moment. Today was the happiest moment of my life, for I am mated later on to the Alpha I loved the most. He didn't know anything about the secret feeling that I have for him.
My mother, Catherine, was currently combing my hair inside the room while I was doing my light make-up. I want to be the most beautiful woman tonight for my beloved mate.
“I just couldn't believe that my one and only daughter will be mated to the one she loved.” Mom said to me. I put down the mirror and turned around to face her. There's sadness from my mother's eyes, and I already knew why.
“Come on, Mom, nothing will change. I am still your daughter. It's just that… I was already owned by someone else.” I uttered that made my mom chuckle. He held both of my hands and stared at me deep into my eyes.
“You are always beautiful in my eyes, Darling. Whatever will happen, always remember that I love you, and I am so happy for you. This is your dream. I know Alpha Jace was your dream guy.” I smiled from what my mom had uttered. She knows me well. If there's anyone who knows me, it's my mom.
We just continued talking until the time that I was waiting had arrived. I started to feel very nervous. Everyone was already gathered in front of the huge field of the pack. Many had attended the mating celebration between me and Alpha Jace. Mom was holding my hand as we walked the way to where others were.
Everyone's eyes turned to us. However, my eyes were just fixated on the only man, Alpha Jace. He's standing in front wearing a black leather jacket. I couldn't help but to bite my upper lips as I felt butterflies in my stomach as I stared at his handsome face.
Mom suddenly chuckled. “You are fantasizing about him again.”
My face was flushed by what my mom had said. She was teasing me, but I just disregarded her. My eyes were still towards him. He's the man whom I wanted to be mated with. I know I was just a typical girl of this town who carried many secrets, but I was the luckiest, as others had said. I know it's because I was the chosen mate of the most handsome and powerful Alpha of this town.
Mom and I stopped from walking just a few steps from Alpha Jace. He was looking straight in my eyes and I felt nervous because of how he looked at me. My mom, my father and my two brothers were standing at my back while the other pack members were just surrounding us.
Suddenly, Alpha Jace had spoken up that almost melted me down. It feels like my world has stopped from moving because of that.
“I am sorry, but the mating session is cancelled!” He shouted to everyone. It creates different reactions coming from the werewolves. I froze in my direction like I couldn't even form a word.
“What do you mean by that, Alpha Jace?” Mom asked him for me. She knows that I was starstruck.
Alpha Jace turned his head in our direction. His eyes were blazing in anger like he wanted to eat me alive.
“You all lied! Margaux doesn't have a wolf, and there is no reason for me to make her as my mate!” Alpha Jace said, and tears just fell to my eyes. Now it all started to make sense to me. Alpha Jace wanted to cancel the mating because I didn't have a wolf!
He just discovered my hidden secret and I didn't know what to do.
“We are so sorry for what happened, Alpha Jace. Believe me, we are not aware that my daughter was wolf-less!” My dad said, and was doing his best to explain his side towards Alpha Jace.
“I couldn't believe you would do this to me, Margaux. No wonder why I don't like you ever since. The hatred I felt when I always saw your face makes sense to me now. It is because you are carrying a dark secret. You are wolf-less, and I have no idea why my wolf still chooses you!”
I know he's mad. The way he mentioned those words, Alpha Jace was so mad that he wanted to kill me.
“I-I have no intentions to lie, Alpha Jace. Please don't do this to me. It d-doesn't matter if I'm wolf-less as long as your wolf has chosen me, right?” I begged, but he just looked at me with a disgusted expression on his face.
“Don't you know how I hated liars, huh? Are you nuts? What made you think that I will accept a weak and a wolf-less woman like you?” He asked with his blank expression.
My heart seemed shredded apart to hear those painful words from him. I really can't imagine myself being apart from him. He's the Alpha I want to be mated with. I couldn't imagine myself being mated to the other wolves. Alpha Jace was my dream man ever since. I know it's impossible, but when he announced that his wolf had found his mate before, I was the luckiest woman living on earth. And especially when he announced that I was his mate.
“I am willing to do everything you wanted me to do, Alpha Jace. But please, just accept me. Don't cancel this mating session. We must continue it.” I don't care if I sound desperate. I was doing this for the love of my life. I don't want to be away from him because he's the man I love, even though he didn't see it.
“F**ck it off, Margaux! Don't act like a desperate ass! My mind won't change. I will never continue this mating anymore!” He angrily said and turned his back.
I felt my legs tremble. I gave in to my knees, and I kneeled down to the ground with my eyes filled with tears.
“Don't hurt my feelings, Alpha Jace. I can prove to you that I wasn't wolf-less at all…” Of course, I don't want to lose a little hope.
“No need.” He said that made my world turn upside down.
“Because I, the future Alpha King of the Red Moon Pack, rejects you, Margaux Lightwood as my mate. You can leave the pack now or else, I will forcefully throw you out of here!”
I closed my eyes, bit my bottom lips, and imagined that everything I heard from him was just a nightmare. A horrible nightmare.
"Angga, dimana Feesa? Kenapa sejak tadi mama hubungi tidak juga dijawab? Apakah dia sama kamu?" Selalu saja yang ditanyakan adalah menantu kesayangan itu. Posisiku tergeser sejak kedatangan perempuan bernama Feesa. Aku hanya menjawab"Ya" "Ajak dia makan malam di rumah ya. Besok kita berangkat sama-sama ke pesantren." "Ya!" jawabku lagi. Sambil terus mengawasi Feesa tengah asyik bersama seorang pria. Tunggu, aku seperti mengenal postur tubuh itu, siapa ya. Lihatlah bagaimana cara mereka berbincang gestur tubuh mereka bergetar pasti obrolan yang menyenangkan. Aku ngedumel sendiri. Sambil mendengarkan celotehan mama yang semakin membuatku panas dalam. Beruntung mama menyudahi panggilan. Tunggu! Feesa juga sudah menghilang dari sana. Kemana dia?"Lagi cari siapa, Mas?"Nyawaku hampir saja hilang dari raga. Dia tiba-tiba muncul di belakangku seperti hantu. Aku pun bertanya sejak kapan dia di sana. Lihatlah wajah polos tak bersalah itu. Dia masih saja bawa kresek. Apa itu makanan untu
"Kemana perginya mereka?" gumam Angga menelusuri lorong rumah sakit hingga sampai bagian depan. Melewati resepsionis begitu saja setelah mengedarkan pandangan. Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan bahwa orang dicarinya berada di sana. Angga membawa langkah kakinya menuju parkiran. Sebuah kendaraan berwarna merah menyakinkan hatinya bahwa yang dicari masih berada di area rumah sakit.Rumah sakit ini terdiri dari tiga bagian. Pertama paling selatan adalah ruang IGD, ruang pendaftaran juga beberapa ruang pemeriksaan yang tiap ruangnya di tempati oleh dokter spesialis di bidangnya. Bagian tengah adalah apotik dan laboratorium. Sedangkan bagian Utara sedikit menjorok lebih jauh. Sekitar seratus meter dari jalan raya adalah kamar-kamar pasien rawat jalan. Kini Angga mencari ke arah berlawanan. Menuju masjid. Bangunannya berada tepat di samping rumah sakit. Melewati halaman yang lebih luas daripada halaman sebelumnya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba menghangat kala melihat senyum menawan
Author POV "Tolong teman saya, Sus! Dia mengalami kecelakaan!" Seorang pria berseragam putih begitu sigap mengambil bangsal darurat. Bersama Angga dia memindahkan Raga. Setelahnya hanya kesibukan para perawat yang saling berkejaran dengan waktu."Kau harus kuat, Ga!" kata Angga berulang kali dalam kecemasan. Tidak peduli apakah didengar Raga ataupun tidak. Biar bagaimanapun mereka pernah melewati hari yang menggembirakan bersama. Angga mengingat momen yang pernah mereka lewati dengan suka dan duka. Mereka pernah sangat akur hingga mengerti kepribadian satu sama lain."Bagaimana kau akan bersaing denganku jika belum bertarung saja kau sudah kalah?" Tertawa sumbang. Segera dia hapus air mata yang hampir saja jatuh. Gengsi jika Raga melihatnya. Ruang UGD telah dibuka seluruhnya. Anggga menghentikan seseorang berpakaian biru petang lengkap dengan penutup kepala. Kebiasaan di rumah sakit sana jika beberapa dokter ahli bedah mengenakan pakaian itu."Dokter! Selamatkan teman saya. Lakuka
"Kamu baru datang dan ingin pergi lagi?" tanya Nana sambil bergelayut manja di lenganku. "Mau bagaimana lagi, Sayang. Pekerjaan ini juga sangat penting." Aku beberapa kali mendapat telepon dari ayah mertua. Meski aku tidak terlalu akur dengan anaknya, tapi aku juga masih punya akhlak untuk tetap hormat padanya. Lagipula, entah apa yang yang terjadi, kali ini aku tidak ada keinginan untuk berlama-lama bersama Nana. Di pikiranku selalu ada Feesa. Ada rasa bersalah dan juga rasa yang aku sendiri tidak mengerti. Selain hal itu, aku harus memastikan bahwa Feesa benar-benar ada di rumah atau tidak. Ku akui keduanya memiliki paras yang sama-sama cantik. Hanya saja, Nana suka dandan dengan make up tebal. Dan Feesa...ah, kenapa juga aku mengingat dirinya. Kecurigaan ini pun semakin membuatku dirundung rasa penasaran yang dalam. Aku bahagia bersama Nana. Tapi, untuk kali ini kenapa aku merasa bersama Feesa? Sungguh perasaan yang membuatku dilema. Apakah karena rasa bersalah membuatku terus
POV Angga. Sungguh lelah rasa batin ini menunggu pertemuan yang menurutku sangatlah lama. Membuang waktu saja. Tuan Gibran Candra bahkan sangat arogan hingga meninggalkan meeting di tengah jalan. Tuan Gibran lebih memilih break ketika suara adzan berkumandang. Mau tidak mau aku ikut juga dengannya ke musholla yang berada di lantai bawah. "Aku senang bisa bekerjasama dengan orang yang selalu mengingat Tuhannya." Ucap Tuan Gibran yang aku sangkakan bahwa perkataannya hanya untuk memuji tentang adanya musholla di antara gedung perkantoran ini. Dan mungkin saja dia berpikir jika atasan dari gedung ini, yaitu diriku, pastilah ahli ibadah.Padahal, musholla itu sudah ada sebelum aku yang menjabat sebagai Presdir. Tentu saja papa lah yang mengatur semuanya atau bisa jadi malahan kakek."Saya bukanlah ahli ibadah seperti yang Tuan kira!" jawabku sambil tersenyum. Aku melihat wajah teduh Tuan Gibran yang nampak bercahaya dalam basuhan air wudhu. Umur dan wajahnya sangatlah tidak sinkron. Bel
Ingat Istri Angga POV "Bos, pagi ini kita akan kedatangan klien penting dari PT Pesona Maya. Dan kabar baiknya adalah. Tuan Gibran Candra yang akan meeting dengan kita nanti siang" Viki dan Viona menjemput pagiku dengan wajah sangat sumringah. Berbeda denganku yang sebenarnya sangatlah tidak ada mood. Nana telah menghilang entah kemana. Sejak pertemuan kita di minggu terakhir yang lalu, dia sama sekali tidak ada kabar lagi. Dan istriku Feesa. Kenapa aku baru menyadari bahwa dia memiliki wajah yang mirip dengan Nana? Aku mencoba beberapa kali menghubungi Nana. Nihil. Bahkan pesanku pun tidak kunjung dia balas. "Bos, bagaimana? Apa tidak sebaiknya kita bersiap mulai sekarang? Aku banyak mendengar jika Tuan Gibran sangat sulit untuk didekati. Tapi kali ini, beliu sendiri yang berkenan hadir menemui kita. Ini adalah suatu keberuntungan." "Itu benar, Bos. Tuan Murad yang menelepon beberapa menit yang lalu. Beliau mengatakan jika Tuan Gibran akan datang secara langsung guna membica
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments