Menceritakan tentang seorang bernama Angga Dimas Saputra, pengusaha sukses yang dengan terpaksa menikahi gadis cantik nan sholihah bernama Nafeesa Candramaya karena sebuah fitnah. Angga tidak pernah sekali saja melihat kepada istrinya sendiri. Kebencian Angga terhadap Nafeesa sepertinya sudah mendarah daging, hingga hanya caci maki yang dia ucapkan setiap saat. Angga beranggapan bahwa, pernikahannya terjadi karena akal licik Feesa yang mengincar harta warisan orang tuanya. Feesa memilih bertahan karena terlanjur jatuh cinta kepada suaminya sendiri. Berusaha menghadapi segala badai yang akan menghantam biduk rumah tangga mereka. Feesa yang merasa terabaikan, bersedia menjalankan rencana gila yang di sarankan oleh ibu mertuanya untuk menjadi wanita simpanan, agar mendapatkan cinta dan kasih sayang dari suaminya sendiri. Rumah tangga yang penuh dramatis dan perjuangan yang menguras emosi, harus mereka jalani untuk mendapatkan titik terang. Berharap suatu saat cinta bisa menyatukan mereka berdua.
Lihat lebih banyakPart 1 Pedih
Siapa yang tidak ingin memiliki keluarga harmonis yang diwarnai dengan senyum bahagia, kedua pasangan saling melemparkan kata-kata romantis dan berakhir dengan ciuman dan pelukan. Istri mengantarkan suaminya dengan bergelayut manja pada lengan sang suami lalu berakhir dengan ciuman di kening. Jangankan yang intim seperti itu, sarapan bersama dengan sang suami saja, adalah hal yang mustahil terjadi bagi perempuan berusia 20 tahun yang bernama Feesa.
Nafeesa Candramaya adalah nama perempuan yang dinikahi oleh Angga Dimas Saputra. Pengusaha sukses yang kini telah berusia 28 tahun, karena sebuah fitnah.Mereka tanpa sengaja bertemu di sebuah proyek rumah sakit yang belum sepenuhnya jadi. Beberapa warga memergoki mereka dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Angga yang saat itu mengunjungi proyek pembangunan rumah sakit, membuka bajunya yang basah karena kehujanan, memerasnya lalu mengibaskan agar airnya sedikit berkurang.
Proyek rumah sakit ini begitu penting bagi kelangsungan usaha Angga, sebab jika dia berhasil, maka seluruh hak waris orang tuanya akan diserahkan kepada Angga. Maka dari itu, Angga selalu memantau proyek itu di bawah pengawasannya langsung. Bahkan dalam satu bulan sekali, dia akan datang memeriksa. Rencananya, dia akan sampai di tempat itu siang hari, tapi karena sebelumnya terhalang oleh banjir yang melanda satu desa yang dia lewati, maka dia harus memutar arah hingga sampai di sore hari. Dan sialnya, salah satu ban mobilnya bocor, beruntung tempat proyeknya lumayan dekat, dia memilih berjalan setelah mengabari orang-orangnya untuk meminta bantuan. Sambil menunggu, Angga memilih jalan kaki agar bisa sampai di tempat tujuan.
Dan di saat yang sama.
"Umi, Feesa pergi sebentar untuk mengembalikan buku ya Umi, pumpung hujannya sudah reda." Izin Feesa saat itu.
"Tapi ini sudah sore lho Nduk. Mbok besok saja," ucap wanita paruh baya yang dipanggil Umi itu.
"Tapi Feesa sudah janji mau balikin Umi, teman Feesa juga sudah menelpon, katanya butuh buku itu." lirih Feesa sambil menunduk.
"Pergilah! Jika kau memang sudah berjanji, sudah seharusnya ditepati."
"Ajak seseorang bersamamu Nduk!"
"Sendiri saja ndak apa-apa Abi, biar lebih cepat. Kalau ajak seseorang butuh waktu lagi, jadinya kesorean, lagian tempatnya juga tidak terlalu jauh," tolak Feesa dengan halus.
"Ya wes, hati-hati di jalan."
Feesa sudah mengembalikan bukunya dan segera izin pulang dari sang pemilik rumah.
"Tapi ini mendungnya tebal banget lho, nanti kamu terjebak hujan!"
"Tidak apa, aku akan sedikit ngebut!" Kekeh Feesa yang ingin segara pulang. Feesa memacu motornya lebih cepat dari biasanya. Meski begitu tetap kalah dengan kuasa Tuhan, Feesa hanya bisa melafalkan doa, memohon perlindungan.
Hingga sampai di dekat bangunan bertingkat yang belum sepenuhnya jadi itu, hujan turun dengan sangat deras, membuat Feesa menepikan motor matic miliknya dan memilih berteduh. Dia menyesal juga kenapa tidak membawa teman tadi, juga tidak membawa mobil agar terus bisa jalan. Dan lebih ceroboh lagi, mantel pun tidak dia bawa.Lama menunggu, hujan belum juga berhenti, dari dalam bangunan, Feesa mendengar suara kucing yang tiada henti bersuara. Sepertinya kucing itu dalam masalah. Feesa menajamkan telinganya di antara suara hujan yang mengganggu, dia mencoba mencari sumber suara, semakin masuk ke dalam bangunan bertingkat yang belum rampung itu. Seekor anak kucing tengah menjilati kakinya yang berdarah, kucing itu juga nampak kurus dan kotor. Feesa mengelusnya lembut, penuh dengan tatapan iba.
"Kau kasihan sekali!" Feesa mengambil sapu tangan dari dalam tasnya, lalu dia membalut kaki kucing itu dengan telaten, berharap bisa menahan rasa sakit bagi si kucing. Setelahnya, dia mengambil camilan potato yang ada di dalam tas. Feesa tersenyum melihat kucing itu makan dengan lahap. "Kau pasti sangat kelaparan ya!"
Setelah beberapa lama, Feesa berinisiatif untuk membawa kucing itu pulang. Dengan hati-hati Feesa menggendong kucing itu dan mendekapnya, hangat! Kucing itu menggeliat semakin merapatkan tubuhnya, kemudian terlihat mulai terlelap. Feesa tersenyum bahagia. Tanpa dia sadari, jika sebenarnya dia tersesat dalam bangunan itu.
"Dimana pintu keluarnya tadi ya? Kenapa aku bisa lupa?" Feesa mulai kebingungan, sedangkan hari semakin petang. Feesa tetap semangat mencari jalan keluar, hingga menemukan sebuah lorong yang terlihat lebih terang. Feesa segera menuju ke sana. Tapi belum mencapai ujung, dia berteriak saat tubuhnya bertabrakan dengan seseorang yang tak lain adalah Angga. Angga belum sempat mengenakan kemejanya yang basah oleh air hujan. Bahkan dia hampir membuka celana panjangnya, namun keburu Feesa menabrak dirinya.
Lantai yang dipijaki ternyata lumayan licin, karena tetesan air yang berasal dari pakaian Angga. Angga yang tidak siap dengan keadaan, ikut terpeleset dan bahkan tubuhnya menimpa tubuh Feesa.
"Aauwwwhh!" Benturan tak sengaja itu membuat keduanya berada dalam posisi yang membuat siapa saja bisa salah paham. Dan benar, tak berapa lama derap langkah samar-samar terdengar. Tapi sebelum keduanya tersadar, sorot lampu dan kamera membuat mereka lebih terkejut."Kalian berdua telah melakukan tindakan asusila!"
"Ternyata benar kabar itu, tempat ini sering digunakan untuk berbuat mesum."
"Ya, kabar itu benar!"
"Perempuan itu berteriak tadi, pasti pemuda itu yang memaksa."
"Ya! Aku juga dengar!"
"Ya!"
"Ya, kita harus mengambil tindakan!"
"Kita arak saja mereka!"
"Tidak! Bapak-bapak saya tidak melakukan apapun!" Angga mencoba membela diri.
"Jangan mengelak kamu! Sudah ketahuan masih saja berkilah!"
"Tapi Pak! Say_"
"Sudah, bawa saja mereka!"
Feesa tidak mampu bicara ataupun sekedar membela diri, bibirnya kelu sebab shock dan panik dengan situasi sulit yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
"Nikahkan saja mereka, agar tidak menjadi contoh yang buruk bagi masyarakat."
"Ya!"
"Sabar semuanya, saudara-saudara. Masalah ini biar saya yang urus. Saya akan bertanggung jawab penuh untuk menyelesaikannya. Saya pastikan kejadian ini tidak terulang kembali. Silahkan saudara-saudara pulang. Sudah waktunya sholat magrib tiba. Jadi, sebaiknya bubar!"
Tentunya setelah mengamankan tersangka dalam ruangan yang berbeda. Ibu kepala desa yang bijak itupun langsung menyembunyikan Feesa. Terlebih lagi, Feesa adalah anak dari orang dihormati di desa itu.
Beruntung para warga menghormati kepala desa mereka yang terkenal berkharisma dan bijaksana itu. Para warga akhirnya bubar tanpa disuruh dua kali.
"Apa kau yakin kepala desa bisa menyelesaikan masalah ini?"
"Kita percaya saja padanya, apalagi kepala desa kita selalu bijak dalam mengambil keputusan."
"Tapi siapa perempuan itu? Apakah salah satu santriwati Kyai Harun?"
"Entahlah, saya kurang jelas melihatnya, gadis itu terus menunduk dan menutup wajahnya dengan hijab."
"Pasti dia malu, pakai hijab kok berbuat mesum."
"Belum tentu! pasti pria bejat itu yang memaksa, bukankah gadis itu berteriak tadi."
"Ya! Lihatlah, dia sudah membuka pakaiannya. Dia juga sudah mulai membuka celananya."
"Tapi sepertinya dia bukan warga sini!"
"Sudahlah, sebaiknya kita pulang saja. Bukankah nanti ada kunjungan calon Bupati kita yang berwibawa itu?"
"Ya kau benar! Pak Reno akan hadir dalam pengajian nanti malam."
"Pak Reno akan mencalonkan diri lagi!"
Tanpa mereka ketahui, jika Reno adalah ayah dari pria yang baru saja mereka tangkap.
To be continued.
Takdir Tuhan siapa yang tahu. Jodoh bisa bertemu kapan saja dan dimana saja."Angga, dimana Feesa? Kenapa sejak tadi mama hubungi tidak juga dijawab? Apakah dia sama kamu?" Selalu saja yang ditanyakan adalah menantu kesayangan itu. Posisiku tergeser sejak kedatangan perempuan bernama Feesa. Aku hanya menjawab"Ya" "Ajak dia makan malam di rumah ya. Besok kita berangkat sama-sama ke pesantren." "Ya!" jawabku lagi. Sambil terus mengawasi Feesa tengah asyik bersama seorang pria. Tunggu, aku seperti mengenal postur tubuh itu, siapa ya. Lihatlah bagaimana cara mereka berbincang gestur tubuh mereka bergetar pasti obrolan yang menyenangkan. Aku ngedumel sendiri. Sambil mendengarkan celotehan mama yang semakin membuatku panas dalam. Beruntung mama menyudahi panggilan. Tunggu! Feesa juga sudah menghilang dari sana. Kemana dia?"Lagi cari siapa, Mas?"Nyawaku hampir saja hilang dari raga. Dia tiba-tiba muncul di belakangku seperti hantu. Aku pun bertanya sejak kapan dia di sana. Lihatlah wajah polos tak bersalah itu. Dia masih saja bawa kresek. Apa itu makanan untu
"Kemana perginya mereka?" gumam Angga menelusuri lorong rumah sakit hingga sampai bagian depan. Melewati resepsionis begitu saja setelah mengedarkan pandangan. Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan bahwa orang dicarinya berada di sana. Angga membawa langkah kakinya menuju parkiran. Sebuah kendaraan berwarna merah menyakinkan hatinya bahwa yang dicari masih berada di area rumah sakit.Rumah sakit ini terdiri dari tiga bagian. Pertama paling selatan adalah ruang IGD, ruang pendaftaran juga beberapa ruang pemeriksaan yang tiap ruangnya di tempati oleh dokter spesialis di bidangnya. Bagian tengah adalah apotik dan laboratorium. Sedangkan bagian Utara sedikit menjorok lebih jauh. Sekitar seratus meter dari jalan raya adalah kamar-kamar pasien rawat jalan. Kini Angga mencari ke arah berlawanan. Menuju masjid. Bangunannya berada tepat di samping rumah sakit. Melewati halaman yang lebih luas daripada halaman sebelumnya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba menghangat kala melihat senyum menawan
Author POV "Tolong teman saya, Sus! Dia mengalami kecelakaan!" Seorang pria berseragam putih begitu sigap mengambil bangsal darurat. Bersama Angga dia memindahkan Raga. Setelahnya hanya kesibukan para perawat yang saling berkejaran dengan waktu."Kau harus kuat, Ga!" kata Angga berulang kali dalam kecemasan. Tidak peduli apakah didengar Raga ataupun tidak. Biar bagaimanapun mereka pernah melewati hari yang menggembirakan bersama. Angga mengingat momen yang pernah mereka lewati dengan suka dan duka. Mereka pernah sangat akur hingga mengerti kepribadian satu sama lain."Bagaimana kau akan bersaing denganku jika belum bertarung saja kau sudah kalah?" Tertawa sumbang. Segera dia hapus air mata yang hampir saja jatuh. Gengsi jika Raga melihatnya. Ruang UGD telah dibuka seluruhnya. Anggga menghentikan seseorang berpakaian biru petang lengkap dengan penutup kepala. Kebiasaan di rumah sakit sana jika beberapa dokter ahli bedah mengenakan pakaian itu."Dokter! Selamatkan teman saya. Lakuka
"Kamu baru datang dan ingin pergi lagi?" tanya Nana sambil bergelayut manja di lenganku. "Mau bagaimana lagi, Sayang. Pekerjaan ini juga sangat penting." Aku beberapa kali mendapat telepon dari ayah mertua. Meski aku tidak terlalu akur dengan anaknya, tapi aku juga masih punya akhlak untuk tetap hormat padanya. Lagipula, entah apa yang yang terjadi, kali ini aku tidak ada keinginan untuk berlama-lama bersama Nana. Di pikiranku selalu ada Feesa. Ada rasa bersalah dan juga rasa yang aku sendiri tidak mengerti. Selain hal itu, aku harus memastikan bahwa Feesa benar-benar ada di rumah atau tidak. Ku akui keduanya memiliki paras yang sama-sama cantik. Hanya saja, Nana suka dandan dengan make up tebal. Dan Feesa...ah, kenapa juga aku mengingat dirinya. Kecurigaan ini pun semakin membuatku dirundung rasa penasaran yang dalam. Aku bahagia bersama Nana. Tapi, untuk kali ini kenapa aku merasa bersama Feesa? Sungguh perasaan yang membuatku dilema. Apakah karena rasa bersalah membuatku terus
POV Angga. Sungguh lelah rasa batin ini menunggu pertemuan yang menurutku sangatlah lama. Membuang waktu saja. Tuan Gibran Candra bahkan sangat arogan hingga meninggalkan meeting di tengah jalan. Tuan Gibran lebih memilih break ketika suara adzan berkumandang. Mau tidak mau aku ikut juga dengannya ke musholla yang berada di lantai bawah. "Aku senang bisa bekerjasama dengan orang yang selalu mengingat Tuhannya." Ucap Tuan Gibran yang aku sangkakan bahwa perkataannya hanya untuk memuji tentang adanya musholla di antara gedung perkantoran ini. Dan mungkin saja dia berpikir jika atasan dari gedung ini, yaitu diriku, pastilah ahli ibadah.Padahal, musholla itu sudah ada sebelum aku yang menjabat sebagai Presdir. Tentu saja papa lah yang mengatur semuanya atau bisa jadi malahan kakek."Saya bukanlah ahli ibadah seperti yang Tuan kira!" jawabku sambil tersenyum. Aku melihat wajah teduh Tuan Gibran yang nampak bercahaya dalam basuhan air wudhu. Umur dan wajahnya sangatlah tidak sinkron. Bel
Ingat Istri Angga POV "Bos, pagi ini kita akan kedatangan klien penting dari PT Pesona Maya. Dan kabar baiknya adalah. Tuan Gibran Candra yang akan meeting dengan kita nanti siang" Viki dan Viona menjemput pagiku dengan wajah sangat sumringah. Berbeda denganku yang sebenarnya sangatlah tidak ada mood. Nana telah menghilang entah kemana. Sejak pertemuan kita di minggu terakhir yang lalu, dia sama sekali tidak ada kabar lagi. Dan istriku Feesa. Kenapa aku baru menyadari bahwa dia memiliki wajah yang mirip dengan Nana? Aku mencoba beberapa kali menghubungi Nana. Nihil. Bahkan pesanku pun tidak kunjung dia balas. "Bos, bagaimana? Apa tidak sebaiknya kita bersiap mulai sekarang? Aku banyak mendengar jika Tuan Gibran sangat sulit untuk didekati. Tapi kali ini, beliu sendiri yang berkenan hadir menemui kita. Ini adalah suatu keberuntungan." "Itu benar, Bos. Tuan Murad yang menelepon beberapa menit yang lalu. Beliau mengatakan jika Tuan Gibran akan datang secara langsung guna membica
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen