Mutia, seorang asisten rumah tangga di rumah Larasati harus menerima kenyataan pahit karena Damar, suaminya selingkuh dengan majikan nya sendiri. Mutia pun diam-diam memvideokan Damar dan Larasati saat berasyik Masyuk dan mengirim nya kepada Pak Andi, suami Larasati. Apa yang terjadi selanjutnya?
Lihat lebih banyak"Mas, kamu kok keramas sih subuh-subuh gini? Semalam kita kan nggak ngapa-ngapain?" tanyaku heran saat melihat mas Damar, suamiku keluar dari kamar mandi yang ada di dalam kamar tidur kami.
"Loh, kok kamu sudah bangun Mut? Aku cuma gerah. Kamu emang gak merasakan suasana panas ya?" tanyanya mendekat padaku sambil mengusap-usap rambutnya yang basah sambil bersiul-siul.Aku mengernyitkan dahi. "Enggak. Semalam seingatku hujan deras. Lagipula jendela kamar kubuka lebar," jawabku bingung."Ehm, eh, nggak tahu ya. Aku keramas cuma karena gerah kok. Itu saja," kata mas Damar membungkuk sambil menjawil daguku.Posisiku yang duduk di ranjang membuatku bisa memeluk pinggangnya erat.Wangi sabun dan shampoo menguar dari tubuhnya memanjakan hidungku. Mas Damar memang tampan. Kulitnya sawo matang, berbadan tegap dan berhidung mungil dengan rambut hitam ikal tebal.Membuatku semakin merasa jatuh cinta dari hari ke hari. Kendati dia belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari kami, bahkan membuatku menjadi ART di rumah nyonya Larasati, tapi aku sangat mencintainya."Mas, mumpung belum subuh, yuk kita tempur," ajakku sambil berusaha melepas celana pendeknya."Eh, ja-jangan!" Mas Damar memegang tanganku perlahan."Loh, kenapa Mas? Seminggu kan kita nggak tempur soalnya aku lagi dapet. Sekarang mumpung aku sudah bersih," tanyaku keheranan."A-aku capek Sayang," katanya perlahan."Capek? Emang habis ngapain? Kan kamu cuma tidur aja semalam?" tanyaku heran.Malu dan gengsi juga selama 8 bulan menikah baru kali ini ditolak suami."Eh, maksud Mas, nanti malam saja. Soalnya hari ini Mas ada janji mengantar Nyonya ke salon."Aku hanya manggut-manggut saja."Bajuku sudah kamu siapkan?" tanyanya."Sudah kusetrika, tuh di cantolan lemari," sahutku lalu bangkit dan segera menuju ke dapur.***"Heh, Mutia! Suami kamu pergi berdua dengan Bu Larasati ya?"Aku mendongak dan melihat Yu Nem sedang menghampiriku."Iya, Yu.""Kamu kok nggak curiga sih? Suami kamu walaupun sopir tapi legit lho. Hati-hati lho kalau Bu Larasati kecantol sama Damar," tukas Yu Darmi, terdengar mengompori.Aku tertawa. "Nggak mungkin. Nyonya Laras kan punya suami ganteng. Walaupun jarang di rumah, masa sih bisa doyan sama Damar. Kayaknya nggak mungkin banget." Aku tertawa."Loh siapa tahu. Jaman sekarang, apapun bisa terjadi. Bayangkan! Dalam semobil hanya ada dua manusia. Yang satu cewek cantik, yang satu cowok ganteng. Pasti lah nyetrum! Ya nggak, buk ibuk?" tanya yu Nem memanasi."Eh, tapi katanya Bu Laras itu cuma istri kedua. Istri seimpenan alias gund*k lho! Jadi ya maklum aja kalau ditinggal-tinggal lakinya mulu!" tukas Yu Nem."Masa sih Mut?"Beberapa asisten rumah tangga menatapku menuntut jawaban.Aku hanya menghela nafas. Lalu segera mengambil ayam dan bahan sup, setelah itu tanpa berkata apapun lagi, aku beranjak dari tukang sayur langganan komplek."Eh, lha kok kabur! Padahal aku kan hanya memperingatkannya. Gimana sih?"***"Mas, kamu kok mandi lagi habis dari salon nganter Nyonya Larisa?" tanyaku curiga.Mas Damar mencubit hidungku mesra. "Kamu tuh ya, kenapa sih kalau aku rajin mandi. Kan kalau aku ganteng, kamu juga yang seneng," tukas mas Damar memelukku erat."Mas, apa kamu ada main sama Nyonya Laras?"Mas Damar mendelik, lalu tertawa. "Nggak lah. Dia sudah punya suami. Dan aku juga sudah punya kamu, Mut. Aku nggak akan melirik perempuan lain," tukas Mas Damar tegas.Aku bernafas lega. Tuh, kan ini semua gara-gara Yu Nem dan Yu Darmi. Aku jadi kepikiran mas Damar selingkuh. Awas saja mereka nanti."Mut, Mas Damar! Ayo makan bersama!""Nah, itu kita dipanggil Nyonya! Yuk makan!"Mas Damar menarik tanganku dan aku mengikutinya."Lho, Mutia, kamu mau kemana? Kan kemarin lusa, sudah kubilang untuk makan di sini sama-sama," tegur Nyonya Laras.Aku hanya tersipu. Lalu mulai mengambil nasi, lauk, sayur dan duduk di kursi jati yang indah ini.Lihatlah, Nyonya Laras begitu baik padaku, tidak mungkin kan dia selingkuh dengan mas Damar?!**"Mut, aku buatin jus jeruk. Diminum ya?"Mas Damar menyodorkan gelas berisi cairan kuning ke arahku.Aku melihatnya dan merasa agak janggal. Empat hari ini sebelum tidur mas Damar selalu memberikan jus buah padaku. Dan aku selalu mengantuk setelah menghabiskannya. Jangan-jangan di dalam jus itu ada CTMnya. Batinku curiga. Tapi untuk apa dia memberiku obat tidur?"Hm, oke. Aku minum ya." Aku mengambil gelas dari tangannya."Eh, Mas, aku lupa nih. Bisa nggak minta tolong matikan kompor? Sepertinya tadi aku baru saja manasin ayam goreng. Bisa minta tolong dicekkan sementara aku minum jus jeruk ini?" pintaku."Oke, aku kedapur dulu. Jangan lupa dihabisin jusnya," kata mas Damar sembari berlalu keluar kamar.Aku bergegas membuang jus jeruk itu keluar jendela, lalu berlagak menjilati bibirku seolah menikmati sisa jus jeruk."Kamu nggak lagi manasin ayam, kok. Kompornya mati semua," lapor mas Damar saat masuk ke dalam kamar."Oh, ya sudah. Berarti tadi udah kumatikan kompornya. Jus jeruknya enak banget," pujiku."Kalau kamu mau, kamu akan kubuatkan tiap malam," tawarnya."Makasih," sahutku tersenyum."Yuk, main sekarang," ajakku lembut menghampiri suamiku."Loh, kamu belum ngantuk?" tanya mas Damar heran."Ngantuk? Emang kenapa aku harus ngantuk?" tanyaku heran."Karena jus itu, eh, maksud aku karena kamu kan capek seharian kerja," kata mas Damar tersenyum.Deg, sebuah firasat buruk tanpa bisa dicegah menghampiriku."Iya, aku sebenarnya ngantuk," Aku sengaja menguap dibuat-buat."Kalau gitu tidur aja. Mainnya besok habis subuh," tukasnya tersenyum."Iya Mas. Kamu gak apa-apa nganggur malam ini?" aku berusaha tersenyum walaupun rasa curiga semakin menjadi."Nggak apa-apa, dah tidur aja sini. Mas peluk," tukas mas Damar sambil menepuk ranjang di sisinya.Aku mengangguk lalu merebahkan diri di sampingnya. Mas Damar mengelus kepalaku perlahan.Dan aku pura-pura mengantuk serta memejamkan mata.Entah berapa lama aku ketiduran, saat mendadak aku merasakan mas Damar yang memelukku bergerak.Aku masih pura-pura memejamkan mata untuk mengetahui apa yang akan dilakukannya setelah bangkit dari ranjang.Terdengar langkah kaki berjingkat mendekat ke arah pintu kamar yang perlahan terbuka dan tak lama kemudian kembali ditutup.Hatiku berdebar tidak karuan dan pikiran tidak tenang karena penuh dengan pertanyaan kemana suamiku pergi.Dan hatiku nyaris berhenti berdetak, saat mas Damar masuk ke dalam kamar nyonya Larasati.Aku berjingkat mendekati kamar besar itu lalu mengambil kursi dan mengintip dari ventilasi."Aah, kamu lama sekali, Yang.""Maaf, Yang. Mutia tadi manja banget.""Aku cemburu kalau kamu ngomongin Mutia.""Aku juga cemburu kalau kamu ngomongin Pak Andi.""Hm, baiklah. Kalau begitu, malam ini waktu untuk kita berdua, Sayang.""Iya."Mataku memanas melihat mas Damar yang mulai menyentuh tubuh seksi nyonya Larasati dengan penuh hasrat.Aku menyiapkan ponsel dan mulai merekamnya walaupun dengan tangan gemetar."Kamu luar biasa, beda dengan Mutia yang tidak terawat dan hanya seperti gedebok pisang."Mas Damar tertawa dan air mataku berjatuhan. Lalu dengan segera aku mengirim video nyonya Larasati dan mas Damar pada Tuan Andi, suami Nyonya Larasati.Klik.Next?Aksara tampak tampan mengenakan kemeja lengan panjang keemasan dan celana hitam dari bahan drill. Di samping nya tampak Mutia yang berdandan natural dengan gaun selutut warna gold dari bahan perpaduan sifon dan kain tile.Di tempat duduk depan, tampak Riska sedang duduk manis mengenakan gaun dari satin setumit dengan ditemani oleh seorang laki-laki berkebangsaan Australia. Lelaki berambut pirang dan berwajah bule itu terlihat sangat mencintai Riska. Bule itu menggenggam erat tangan Riska lalu menciumnya dengan lembut. "Acara selanjutnya adalah acara yang pasti dinanti-nantikan oleh para undangan, yaitu melempar kan buket bunga kepada para undangan. Diharap semua tamu yang ingin mendapatkan lemparan bunga segera berkumpul di depan pelaminan."Suara pembawa acara membahana dan membuat aula hotel menjadi riuh. Beberapa tamu perempuan dengan bersemangat berkumpul di depan pelaminan dengan wajah harap-harap cemas. Aksara menyenggol Mutia dan memberikan kode pada kekasih nya untuk ikut b
Novela berjalan perlahan memasuki kafe Gardenia. Hatinya berdebar kencang saat melihat laki-laki yang sangat dirindukannya. Sudah beberapa kali Novela mencoba membuka hati dan berkenalan dengan laki-laki lain di selama lebih dari enam bulan ini. Tapi entah kenapa tidak ada yang spesial seperti Ridho. Dan walaupun sudah lama sekali tidak bertemu dengan lelaki itu, Novela tetap masih hafal potongan rambut dan bentuk kepalanya sekalipun dari arah belakang. Novela menghentikan langkahnya sejenak lalu menghela nafas sebelum akhirnya dia maju lagi mendekat ke arah Ridho. "Mas Ridho."Ridho menoleh dan melihat ke arah Novela. Dua pasang mata saling menatap dengan penuh rindu. Dalam diam, tanpa kata, hanya hening di sekitarnya sudah cukup membuat sepasang anak manusia itu tahu bahwa mereka saling mencintai dan saling merindukan. "Kamu sudah datang dari tadi, Mas?" tanya Novela pelan. "Barusan kok. Oh ya, duduk Nov. Aku sudah memesan kan makanan favorit mu. Kwetiau kuah dengan jus jeruk d
Lalu kedua anggota Intel itu melompat dan membekap mulut dan memukul leher belakang anak buah Damar. "Hmmmph! Hhmphhh!"Kedua anak buah Damar yang sedang berjaga di luar pintu depan lainnya berpandangan. Mereka langsung memahami jika telah terjadi sesuatu yang mencurigakan. Kedua anak buah Damar langsung mencabut pistol dari pinggang mereka dan langsung menuju ke arah semak-semak tempat kedua teman mereka menghilang. Namun baru berjalan beberapa langkah, dua anggota polisi melompat dari arah belakang. Dorrr! Dorrr! Namun sayang sekali kedua anggota polisi yang terakhir hendak melakukan penyergapan, tertembak karena rupanya anak buah Damar lebih dulu menarik pelatuk nya. Kedua anggota polisi itu langsung roboh di atas rerumputan. Kedua anak buah Damar mendelik lalu menodongkan pistol ke arah kepala anggota polisi. "Jangan bergerak! Katakan siapa yang menyuruh kalian!" seru salah seorang anak buah Damar.Salah seorang anak buah Damar lalu menunduk mendekat ke arah salah seorang
Beberapa saat yang lalu,"Aksa, lokasi mobil pak Damar sudah ditemukan. Dua mobil ada di kota ini. Dan satu mobil di luar kota. Saat ini sedang dikejar oleh Ragil dan anak buahnya."Aksara yang sedang duduk di mobil di samping Ridho yang sedang mengemudikan mobilnya, sontak menoleh ke arah Ridho. "Mas, minta para polisi itu untuk share loct posisi nya sekarang! Ayo kita ikuti mobil polisi itu dan menuju ke tempat Mutia!""Tapi bahaya, Aksa! Biar polisi saja yang mengurus dan menyelamatkan Mutia!""Nggak bisa, Mas! Aku tidak akan bisa makan dan minum dengan tenang kalau belum memastikan Mutia baik-baik saja."Ridho tampak berpikir sejenak. "Tapi mereka bersenjata, apa kamu tidak takut terjadi sesuatu pada diri kamu?" "Aku juga punya senjata, Mas."Aksara menengok jok tengah mobilnya dan berdiri lalu menjulurkan badannya ke belakang untuk mengambil tas olahraga dari dalam nya.Mata Ridho membeliak saat melihat isi tas milik Aksara. Sepasang senjata api lars pendek, pelurunya, stunt g
"Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu, Mas! Kamu sudah melakukan banyak hal yang membuat orang lain menderita. Kamu bukan lagi mas Damar yang aku kenal dulu!" seru Mutia tegas. Damar tertawa. "Hahaha, kamu benar sekali, Mutia. Aku memang bukan Damar yang miskin dulu. Damar yang dulu kan nggak punya apa-apa. Tapi lihatlah aku sekarang! Aku punya semuanya! Kamu bisa bahagia kalau menikah dengan ku!"Mutia terdiam sejenak. "Kalau kamu memang kaya, kenapa kamu malah ingin kembali padaku? Kamu kan bisa memilih perempuan lain yang masih gadis, ataupun janda lain yang lebih cantik dan seksi dariku kan banyak? Kenapa harus kembali padaku?! Atau kamu kan bisa kembali pada Larasati?" tanya Mutia. Damar tertawa menyeringai. "Karena aku mencintaimu, Mut!""Jangan bohong, Mas. Kalau kamua mencintaiku, kamu nggak akan selingkuh dengan Larasati! Jadi katakan saja apa alasan dan rencana kamu menculikku sampai melukai teman kosku?""Hm, nggak ada alasan khusus sih. Aku cuma merasa kalau ka
Aksara dan Ridho sampai di polres dan langsung bertemu dengan Ragil, intel polisi yang juga merupakan teman Ridho. Ragil mendengarkan penuturan Aksara dan Ridho secara sungguh-sungguh. "Baiklah ini harus diselidiki lebih lanjut. Karena masalahnya begitu kompleks, aku tidak bisa menyelesaikan hal ini sendirian. Perlu bantuan dari teman-teman ku yang lain, Dho," seru Ragil. Aksara menangkup kedua tangan Ridho. "Saya mohon tolong temukan Mutia secepatnya. Saya bersedia membayar berapapun agar Mutia ditemukan," sahut Aksara dengan sungguh-sungguh. Ragil menatap ke arah Aksara. "Saya akan melakukan upaya semaksimal mungkin untuk menemukan Bu Mutia. Bapak tenang dulu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan," sahut Ragil. Lalu tak kemudian Ragil meraih ponsel dan menghubungi seseorang, lalu menjauh dari Aksara dan Ridho. "Halo, Elang darat satu. Cari semua Informasi tentang lelaki bernama Damar Wiryawan dan semua aset dan alamatnya. Saya membutuhkan jawaban secepatnya."
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen