
Suami Malang Tunarunguku
Bagaimana rasanya hidup bersama suami yang tuli, yang kamu nikahi bukan karena cinta... melainkan demi membebaskan pria lain; cinta pertamamu, yang telah membunuh ayahnya?
Dialah suamiku. Seorang pria sederhana, yatim piatu, dengan keistimewaan sebagai tunarungu. Selama dua tahun pernikahan, ia mencintaiku tanpa syarat, melindungiku dari hinaan orang-orang, dan mencurahkan kasih sayang yang bahkan tak pernah kuminta. Tapi aku membalasnya dengan kebohongan dan pengkhianatan.
Hingga suatu hari, ia mengetahui semuanya...
Air mata tak lagi berarti ketika tatapan penuh cinta berubah menjadi tatapan benci. Ia pergi tanpa pamit, meninggalkan cincin dan surat cerai yang dulu kutandatangani tanpa rasa bersalah. Aku pikir pernikahan kami hanya sementara, tapi kepergiannya membuatku sadar... aku kehilangan segalanya.
Saat aku berusaha mengejarnya, takdir justru menjatuhkanku ke dasar. Kecelakaan merenggut ingatanku, dan keluargaku memanfaatkan itu untuk menghapus keberadaannya dari hidupku.
Namun hati tak bisa dibohongi selamanya.
Saat memoriku perlahan kembali, aku memilih menentang dunia... demi memperjuangkan satu-satunya pria yang benar-benar mencintaiku apa adanya.
Kini aku berdiri, bukan sebagai pewaris rumah sakit ternama. Tapi sebagai wanita yang siap membuktikan bahwa cinta sejati tak pernah terlambat untuk diperjuangkan.
Read
Chapter: Pemulihan & PertemuanEomma Jihye meletakkan kimchi ke dalam mangkuk makan Liam sambil tersenyum hangat. “Kau harus makan yang banyak supaya cepat pulih dan benar-benar sembuh, ya,” ujarnya lembut. Liam mengangguk, tersenyum tulus. “Ne, terima kasih, Eomma. Masakan Eomma memang yang terbaik.” “Benarkah? Kau sangat murah hati melontarkan pujian. Sangat berbeda dengan Jihye yang selalu saja mengomel setiap kali makan di rumah,” kata Eomma sambil menambahkan potongan daging ke mangkuk Liam. “Aku tidak suka berbohong, Eomma,” jawab Liam jujur. Tatapannya beralih pada Jihye yang duduk di seberangnya, sedang mengunyah sambil mengerutkan kening kesal karena ibunya mengungkapkan semua kebiasaan buruknya di depan bosnya. Liam melanjutkan, nadanya lembut tapi penuh makna. “Kau harus lebih murah hati dalam melontarkan pujian untuk masakan dan semua hal yang Eommamu lakukan untukmu. Suatu hari nanti, kau akan menangis dan menyesal saat Eommamu sudah tak ada lagi. Jadi manfaatkan waktu bersama orang yang kau s
Last Updated: 2025-05-29
Chapter: Siapa Kamu(Disclaimer: Liam adalah seorang tunarungu. Meskipun ia tidak dapat mendengar, ia mampu memahami apa yang dikatakan lawan bicaranya dengan membaca gerakan bibir mereka secara cermat. Karena itu, gangguan pendengarannya tidak terlalu menghambat komunikasi sehari-hari, selama lawan bicara berada di hadapannya. Namun, jika seseorang memanggilnya atau berbicara dari belakang, ia tidak akan menyadarinya karena tidak dapat mendengar suara tersebut).Ruang UGD, Rumah Sakit Kim – Pukul 23:45. "Luka di bagian pelipis kanan cukup dalam, segera siapkan peralatan jahit luka!" seru Dokter Cha begitu melihat kondisi Liam yang tak sadarkan diri dan wajahnya penuh darah. Dua perawat di sampingnya sigap menuruti perintah. "Sudah dicek tekanan darahnya?" tanya Dokter Cha cepat, sambil dengan cekatan membersihkan darah yang mengalir dari pelipis dan hidung Liam. "Sudah, Dokter. Masih dalam batas aman, tapi denyut nadinya sedikit lemah," jawab salah satu perawat sambil menyerahkan kasa steril. Dokter
Last Updated: 2025-05-25
Chapter: Keluar Masuk(Disclaimer: Liam adalah seorang tunarungu. Meskipun ia tidak dapat mendengar, ia mampu memahami apa yang dikatakan lawan bicaranya dengan membaca gerakan bibir mereka secara cermat. Karena itu, gangguan pendengarannya tidak terlalu menghambat komunikasi sehari-hari, selama lawan bicara berada di hadapannya. Namun, jika seseorang memanggilnya atau berbicara dari belakang, ia tidak akan menyadarinya karena tidak dapat mendengar suara tersebut)."Pagi yang bagus untuk memulai hari," gumam Liam sambil meregangkan tubuhnya di atas kasur kecil di kamar mungil yang terletak di lantai atas cafenya.Glek! Glek! Glek!"Hah..." desahnya lega setelah meneguk setengah isi air dalam gelas di atas meja lampu tidurnya.Liam beranjak dari tempat tidur, merapikannya dengan rapi seperti kebiasaannya, lalu melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Setelah bersih dan berpakaian rapi, ia turun ke luar cafe untuk mencari sarapan.Pilihannya jatuh pada kedai kecil yang tak jauh dari cafenya; pe
Last Updated: 2025-05-24
Chapter: Tunangan[Tiga Hari Setelah Kecelakaan – Ruang ICU]Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian tragis itu. Tiga hari penuh kecemasan, doa, dan… kebencian yang perlahan tumbuh di hati orang tua Jennie terhadap menantu mereka.Selama tiga hari penuh, Jennie tidak sadarkan diri, dan selama itu pula Nyonya Kim, Tuan Kim, serta Raka bergiliran menjaga putri semata wayang mereka.Liam? Tidak ada kabarnya."Dia bahkan tidak datang menjenguk Jennie… sama sekali," gumam Nyonya Kim dengan nada kesal, sambil mengusap dahi putrinya yang masih terbaring lemah."Sudah kubilang sejak awal, pria itu tidak punya tanggung jawab! Dan sekarang lihatlah sendiri, Sayang. Jennie terbaring begini pun dia tak peduli," sahut Tuan Kim, berdiri di samping ranjang.Tadi pagi, Tuan Kim sempat menyuruh supirnya untuk mengecek kediaman Jennie dan Liam. Ketika maid membuka pintu, ia menjawab,"Tuan Liam sudah tiga hari tidak pulang. Sejak pagi itu… tidak ada kabarnya."Mendengar itu, amarah Tuan Kim semakin membuncah."Brengsek!"
Last Updated: 2025-05-19
Chapter: ProvokasiPintu utama rumah sakit terbuka cepat. Seorang pria paruh baya dengan setelan jas hitam dan sorot mata tajam berjalan tergesa disamping seorang wanita elegan dengan wajah panik; Tuan dan Nyonya Kim.Petugas medis dan perawat yang berada di lobi langsung berdiri, membungkukkan badan memberi hormat."Selamat siang, Tuan Kim, Nyonya Kim."Tuan Kim tidak membalas, wajahnya serius dan tegang. Nyonya Kim langsung bertanya dengan suara bergetar,"Di mana anak saya? Di mana Jennie saya?!"Seorang perawat perempuan segera mendekat sambil membungkuk sopan."Mrs. Jennie sedang berada di ruang ICU, Nyonya. Beliau masih dalam penanganan pasca operasi penjahitan luka.""ICU? Ya Tuhan…" Nyonya Kim menggenggam dada kirinya yang terasa sesak."Cepat antar kami ke sana," perintah Tuan Kim.Mereka berdua langsung dibawa menuju ruang ICU di lantai dua dengan lift khusus staf medis. Begitu pintu lift terbuka, langkah kaki mereka bergema cepat di koridor sunyi. Ruang ICU terletak di ujung lorong dengan din
Last Updated: 2025-05-19
Chapter: Hatiku... Sudah MatiSirine ambulans memecah malam. Lampu merah-biru memantul di dinding rumah sakit mewah itu. Para petugas medis yang semula bersiap menerima pasien lain, tiba-tiba berhamburan ke luar begitu suara radio memberi kode merah.“AMBULANS MASUK! KODE MERAH! CEPAT SIAPKAN TIM!”Salah satu koordinator jaga berteriak sambil berlari ke arah pintu otomatis.Ban ambulans berhenti dengan rem mendecit. Pintu belakang terbuka kasar. Dua paramedis segera menurunkan brankar, dan tubuh tergeletak di atasnya membuat semua orang menahan napas.“Astaga... itu... itu Direktur Jennie!”Salah satu perawat hampir menjatuhkan clipboard di tangannya. Tangannya gemetar.“Jangan bengong! SEMUA SIAP!” bentak Dokter Yoon, segera berlari sambil menarik sarung tangan medis.“Pasien perempuan, dua puluh tujuh tahun! Luka robek dalam di pelipis kanan, benturan kepala parah, kehilangan kesadaran sesaat di TKP!”“Tekanan darah 80/50! Saturasi turun! Ada respons mata, tapi lemah!”Paramedis di sisi kiri masih menggenggam ta
Last Updated: 2025-05-18