Akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh istri dan sahabatnya, membuat Arya menyimpan dendam di hatinya dan bersumpah akan membalas perbuatan istri dan sahabatnya, adalah Jasmin, gadis berusia 21 adik dari sahabat yang merebut istrinya harus ikut terseret dalam pusaran dendam Arya terhadap Maya, sang istri. Jasmin di nikahi Arya hanya untuk dijadikan alat balas dendamnya saja, bagaiamana kisah selanjutnya? Ikuti terus ceritanya. *Bijaklah dalam memilih bacaan, karena mengaandung banyak unsur dewasa!
Lihat lebih banyakSudah tiga tahun lamanya Arya meninggalkan kota ini, semenjak penghianatan yang dilakukan Maya sang istri bersama sahabatnya Dimas, kini Arya kembali ke kota yang penuh dengan kenangan pahit itu, tiga tahun tak membuat Arya melupakan semua penghianatan itu, kepergiannya ke luar negeri pun tak meluluhkan rasa sakit di dadanya, hatinya masih sangat terasa perih saat harus mengingat penyebab perceraiannya dengan Maya, wanita yang di cintainya semenjak masa SMU dulu.
*Flash backArya seorang manajer di perusahaan furniture itu terbilang sangat beruntung hidupnya, selain mempunyai wajah tampan, otak yang pintar dan kehidupan yang lumayan mapan, di tambah lagi sosok seorang istri yang cantik yang selama dua tahun ini berhasil di persuntingnya.Maya Aruna namanya, wanita cantik itu adalah sahabatnya sejak duduk di bangku SMU, mereka bersahabat ber-tiga, Arya, Maya dan satu lagi Dimas, mereka bahkan masih bersahabat dengan baik meski Arya dan Maya sudah menikah, sementara Dimas masih melajang di usianya yang hampir menginjak 28 tahun itu.Persahabatan mereka begitu erat, bahkan tak jarang Dimas yang merupakan anak konglomerat di kota itu menginap di rumah mereka.Sampai pada suatu waktu, Arya yang mendadak harus terbang ke luar kota karena ada pekerjaan dadakan itu akhirnya terpaksa harus meninggalkan Maya sendirian di rumah, memang beberapa bulan sekali Arya bertuga ke luar kota untuk mengecek laporan pembukuan di perusahaan cabang yang berada di luar kota, hanya saja kali ini benar-benar mendadak."Sayang, jangan lama-lama perginya, aku kangen, rasanya gak enak kalau tidur gak ada kamu!" Rengek Maya bergelayut manja di lengan suaminya saat mengantarkan Arya sampai teras rumah."Hanya tiga hari saja sayang, setelah itu aku akan mengajukan cuti dan kita berlibur ke Bali." Bujuk Arya seraya mengusap usap pucuk kepala istrinya dengan penuh kasih."Tiga hari itu lama sayang, bagaimana kita mau cepat punya anak, kalau akunya di tinggal-tinggal terus!" Rajuk Maya yang memonyongkan bibirnya membuat Arya menjadi gemas melihatnya."Semalam kan, kita sudah meraciknya, semoga saja usaha kita yang sampai dini hari itu membuahkan hasil," bisik Arya tepat di telinga Maya membuat wanita itu meremang karena hembusan nafas suaminya mengenai kulitnya, bahkan bibir Arya juga sengaja mengecup cuping telinga Maya dengan lembut membuat bulu bulu halus di tubuh Maya berdiri seketika."Ah, Arya, kamu nakal sekali, bagaimana kalau aku ingin mengulang yang semalam, tapi kamu tak ada!"Cup!Arya mencium bibir istrinya dan melumatnya membuat Maya tak bisa mengemukakan protesnya lagi atas perjalanan dinas suaminya itu."Setelah aku menyelesaikan pekerjaan ini, kita akan berbulan madu untuk yang kesekian kalinya, aku akan mengulangnya lagi, lagi dan lagi, sampai kamu berteriak teriak minta ampun." Ucap Arya seraya mencubit hidung bangir istrinya setelah dia melepaskan pagutannya.Mobil jemputan kantor yang akan mengantarnya menuju bandara sudah menunggunya sedari tadi, bahkan sang sopir sepertinya turut menyaksikan drama perpisahan suami istri itu.Saat Arya berjalan menuju mobil jemputannya, tiba-tiba sebuah mobil sedan sport hitam memasuki pekarangan rumahnya, siapa lagi kalau bukan Dimas, sang sahabat yang kerjanya hanya menghabiskan harta orangtuanya tanpa pernah mau bekerja."Bro,,,kemana? Di datengin malah pergi!" Teriak Dimas dari dalam mobilnya dengan hanya melongokan kepalanya lewat jendela mobilnya saja."Kerja! Bapak ku tak bisa membelikan mobil sport tiap bulan seperti bapakmu, makanya aku bekerja sendiri!" Ledek Arya yang lantas meninggalkan sahabatnya yang sudah terbiasa datang ke rumahnya meski dirinya tak berada di rumah."Eh, sialan kau!" Merasa di ejek, Dimas mengacungkan jari tengahnya ke arah Arya dari dalam mobilnya, yang hanya di tanggapi dengan gelengan kepala cuek dan tak peduli dari Arya yang tetap melenggang pergi memasuki mobil jemputannya, lalu menghilang setelah melambaikan tangan pada istrinya dari kejauhan.Mengingat rengekan dan rajukan sang istri yang terus terngiang di telinganya, Arya mengerjakan semua pekerjaannya dengan cepat selama dua hari full lembur agar dia bisa pulang lebih cepat.Benar saja, pekerjaan yang di jadwalkan selesai dalam tiga hari itu akhirnya selesai pada hari kedua, sehingga di hari ke tiga Arya bisa pulang menemui sang istri.Arya sengaja tak mengabari Maya akan kepulangannya, dia bahkan sudah menyiapkan tiket untuk bulan madu mereka ke Bali seperti yang dia janjikan sebelum berangkat dinas luar kota tempo hari.Saat Arya sampai ke rumah, dengan menumpang taksi online, tampak mobil sport Dimas berada di halaman rumahnya, persis seperti ketika dirinya akan berangkat ke luar kota dua hari yang lalu.Namun Arya tak menyimpan perasaan curiga atau apapun, Dimas berada di rumahnya itu sudah hal yang biasa, bukan suatu hal yang aneh, karena mereka sudah seperti saudara.Rumah terlihat sepi malam itu, padahal jam di pergelangan tangan Arya masih menunjukkan pukul delapan malam, tak mungkin jika Maya tidur di jam segitu, apalagi ada Dimas di sana.Saat mendorong pintu utama, pintu itu langsung terbuka tanpa perlawanan, pertanda pintu tak di kunci, padahal Arya sudah bersiap mengeluarkan kunci cadangan, untuk berjaga-jaga bila pintu sudah di kunci Maya dari dalam.Ruang tamu dan ruang tengah terlihat masih gelap, setelah membuka sepatunya dan meletakkan nya di atas rak yang tersedia, Arya berjalan menuju ruang tengah, lalu ruang makan, dapur, kamar tamu yang biasa Dimas tempati jika menginap, dan terakhir teras belakang, namun tak ada sosok istrinya maupun Dimas di semua ruangan yang dia datangi tadi.Arya masih tetap bertahan untuk tak memanggil nama istrinya karena ingin memberinya kejutan atas kepulangannya yang lebih cepat dari perkiraan.Arya lantas memutuskan untuk mencari istrinya di kamar mereka, namun betapa terkejutnya Arya saat dirinya mendengar suara erangan dan rintihan istrinya dari balik pintu kamarnya yang tak tertutup rapat itu."Dim, lebih cepat sayang, ini enak sekali!" Suara Maya terdengar sangat seksi saat memanggil Dimas dengan sebutan sayang, mirip saat Maya memanggil namanya ketika mereka sedang bercinta, leguhannya, suara paraunya, membuat Arya menajamkan pendengarannya lagi, berharap kalau telinganya salah dalam mendengar suara yang baru saja dia dengar barusan.Dengan tangan yang agak gemetar dan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya, Arya memberanikan diri untuk mendorong pelan pintu kamar yang sedikit terbuka itu.Kamar terlihat temaram karena Maya memasang lampu tidur dan mematikan lampu utama, namun begitu, matanya masih bisa menyaksikan dengan jelasnya bagaimana Dimas sang sahabat yang sudah di anggapnya sebagai saudara sendiri itu sedang berada di atas tubuh istrinya, memompa pinggangnya naik turun dengan keduanya yang tak lagi mengenakan sehelai benang pun, rasanya kali ini matanya tak akan salah melihat, karena semua begitu jelas dan nyata di hadapannya, sang istri yang sangat di cintainya itu mengerang nikmat di bawah kungkungan Dimas sang sahabat."Kejutan!" Seru Arya dari ambang pintu, menghentikan kegiatan panas dua insan yang sedang berpacu menikmati dosa.Tiiiiit,,,,,,,Suara panjang terdengar dari alat monitor jantung yang terpasang di dada Arya, garis horizontal panjang juga tampak di layar monitor, menandakan jika tidak ada lagi pergerakan pada jantung pasien.Dokter di temani beberapa perawat datang ke ruangan itu untuk memeriksa keadaan Arya, setelah mereka susah payah menyaret keluar Maya yang tidak mau beranjak dari sisi ranjang suaminya sambil terus meraung-raung, namun Jasmin sepertinya tidak sekejam itu, dia merasa tidak tega melihat Maya yang sepertinya begitu terluka, dia meraih pundak Maya dan mencoba menenangkannya."Aku tau ini tidak mudah untuk mu, tapi kita harus percaya,,, apapun yang menjadi takdir Tuhan, itu pasti yang terbaik," ujar Jasmin mencoba menenangkan meski nyatanya Maya tidak menghiraukan kata-katanya dan masih tetap meraung-raung di depan pintu yang kini tertutup.Tidak sampai lima menit kemudian, para petugas medis itu keluar dari ruangan Arya, mereka menyampaikan be
Langkah Jasmin terasa berat, perasaannya gamang saat kakinya menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan dimana Arya dirawat."Tenangkan diri mu, aku hanya tidak mau kamu menyesal jika ternyata Arya tidak dapat bertahan dan belum medapatkan maaf dari mu. Sudah waktunya kamu melepaskan dan mengikhlaskan semuanya." ujar Niko.Tidak ada sepatah kata pun keluar dari bibir merah Jasmin yang kini hanya berjalan dengan pandangan matanya yang terus saja tertuju pada ubin rumah sakit, pikirannya terasa tidak menentu, memikirkan apa yang akan di katakannya saat berada di hadapan Arya nantinya."Ini ruangannya, kamu mau masuk sendiri atau aku temani?" tanya Niko menghentikan langkahnya tepat di depan pintu salah satu ruang rumah sakit yang bertuliskan ICU.Terlihat juga Maya berdiri di samping kanan pintu, matanya sembab dan lingkaran hitam di bawah matanya tampak sangat jelas, bisa dipastikan jika wanita itu pasti tidak tidur dalam beberapa hari terakhir in
"Anak mu memang tidak bersalah, namun kau yang bersalah! Seharusnya kau tidak menikah dengan Arya, seharusnya kau tidak usah lagi muncul di kehidupan kami, lihatlah,,, kehadiran mu membuat rumah tangga kami menjadi hancur, dia ingin kembali mengejar mu, dan ingin meninggalkan ku! Kau sialan!" maki Maya pada Jasmin sambil mendorong Nirel dengan penuh emosi ke arah luar pagar pembatas, membuat Jasmin akhirnya tidak kuasa menyaksikan semua itu dan dia menjerit histeris dibuatnya. "Nirel,,, tidak,,,!!" jerit Jasmin terdengar pilu.Namun tanpa di duga Arya justru berlari secepat kilat menangkap tubuh mungli Nirel yang hampir saja terlempar dari pagar pembatas balkon, membuat Maya semakin di kuasai emosi karena merasa suaminya lebih membela Jasmin, bahkan rela mengorbankan apapun demi anak mantan istrinya itu."Sialan kau Arya, masih saja kau membela dia, kenapa selalu dia,,, dia,,,dan dia, aku memang bersalah, tapi tidak seharusnya aku di perlakukan tidak adil
Bugh,,,,Pukulan telak yang mengenai wajah Arya itu membuat pandangan Arya sedikit kabur akibat kecangnya tinju yang di layangkan Niko, beruntung dia hanya terhenyak ke sandaran jok mobil yang empuk, jika itu terjadi di luar mobil, ceritanya akan lain, mungkin dia akan tersungkur di tanah."Apa-apaan ini?" teriak Arya kesal, sambil memegangi hidungnya yang kini mengeluarkan darah segar akibat pukulan Niko.Rupanya tinju Niko tepat mengenai tulang hidung Arya sehingga seketika cairan merah kental itu mengalir dari kedua lubang hidungnya."Dimana Nirel? Kembalikan dia pada kami!" geram Niko dengan tangannya yang mencengkeram kasar bagian kerah baju Arya."Nirel? Apa maksud mu? Kenapa kau menanyakannya pada ku? aku bahkan baru saja sampai ke tempat ini!" Arya menyingkirkan tangan Niko dari hadpannya."Ini--- kau yang mengirimkan pesan ini pada kami bukan? Jika bukan kau, siapa lagi? Mengapa kau tidak pernah puas menyakiti ku? Bukank
Jasmin dan Niko di buat kalang kabut mencari-cari keberadaan Nirel yang tiba-tiba menghilang dalam sekejapan mata saja, ada sedikit rasa sesal dalam hati keduanya karena mereka tadi mereka malah bermesraan sampai tidak sadar jika Nirel yang mereka kira aman-aman saja bermain di area halaman rumah, nyatanya kini menghilang begitu saja."Sebaiknya kita lapor polisi." ujar Jasmin pada Niko yang sebenarnya tidak kalah paniknya dari Jasmin, namun pria itu berpura-pura terlihat tegar agar tidak semakin membuat Jasmin panik."Tapi laporan kehilangan orang baru bisa di terima jika tang bersangkutan sudah menghilang 1X24 jam." jawab Niko dengan lemas. Selain tubuhnya yang terasa lelah karena sudah mengemudi selama berjam jam lamanya, pikirannya juga tidak kalah lelahnya karena harus di peras memikirkan dimana keberadaan Nirel yang tiba-tiba menghilang."24 jam? Bagaimana jika ternyata dia tersesat di hutan, lantas bertemu dengan hewan buas? Mana bisa kita menungg
"Tidak perlu memaksakan diri untuk berusaha mencintaiku, percayalah,,, aku tidak akan kemana-mana. Aku akan tetap menunggu hingga kamu benar-benar mencintai ku." Goda Niko pagi itu saat mendapati jasmin yang sudah berada di dapur dengan wajah yang terlihat berkeringat karena menyiapkan bebrapa menu masakan.Hari ini, karena weekend Niko ingin mengajak Jasmin dan Nirel untuk pergi ke salah satu villa milik keluarganya yang berada di pegunungan, Niko ingin membuat jasmin melupakan kesdihan dan ketegangannya akibat pertengkarannya dengan Arya tempo hari, jadilah hari ini Jasmin memasak lebih banyak dari hari biasanya karena sebagian makanannya akan dia bekal untuk pejalanan yang mungkin akan di tempuh selama tiga sampai empat jam itu.Mendengar ucapan Niko, Jasmin menoleh ke arah sumber suara sambil tersenyum lebar. "Orang bilang memikat pria itu harus di mulai dari perutnya, setelah itu maka dia akan menaklukan hatinya." celoteh Jasmin, membuat kini Giliran Ni
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen