Althafandra Alatas (34) adalah seorang tuan muda dari konglomerat ternama yang masih menunggu kekasihnya kembali, dan hal itu menjadi alasan kenapa belum menikah atau melakukan kencan yang disarankan ibu dan neneknya yang berharap segera mendapatkan keturunan dari Fandra. Meski setia pada kekasihnya, Althafandra tiba-tiba punya tunangan. Ternyata, diam-diam ibu dan sang nenek mencari calon istri yang telah dipilih oleh mendiang kakeknya. Vivana Rosiana (27) terpaksa tinggal di mansion keluarga Alatas. Tentu saja hal itu ditentang keras oleh Fandra. Tapi keputusan itu tidak bisa diubah. “Tenang saja, aku disini bukan untuk harta atau hatimu, tapi untuk memenuhi janji.” Situasi menjadi kacau ketika kekasih Fandra kembali disaat tempat di hati Fandra mulai terisi oleh Vivana. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Tetap setia atau memilih yang sejati? Dan, janji apa yang dimaksud Vivana?
View MoreSetelah serangkaian sambutan, mereka akhirnya bertukar cincin. Fandra memasangkannya di jari manis Vana, memperhatikannya beberapa saat. Gema tepuk tangan memenuhi ruangan. Giliran Vana memasangkan cincinnya di jari manis tangan kiri Fandra. Para hadirin bersorak, menyampaikan bahagianya dan mengucapkan selamat atas pertunangan itu, mereka kini resmi menjadi sepasang kekasih yang membuat iri banyak pihak.Vana memeluk ibunya begitu sesi tukar cincin berakhir dan para tamu undangan bergantian memberinya selamat. Fandra ditarik menjauh oleh Arvan dan bergabung dengan Gavian sedangkan Vana bersama keluarganya, ibu serta nenek mengelilinginya. Ada nenek dan kakek Gavian juga di sana menyampaikan bahagia dan harunya pada Vana serta mendoakannya yang terbaik.“Aku senang akhirnya kamu menjadi bagian dari keluarga ini dan membuat Xu Mei tenang,” kata nenek Gavian sembari mengusap lengan Vana.“Terima kasih atas hadirnya, Nenek, dan mendoakan yang terbaik untukku. Semoga doa baik kembali pada
Ruang ballroom yang tadinya luas, hanya ada dekorasi di sisi ruangan kini tampak megah dengan kursi dan meja, altar, dan panggung, serta pernah pernik yang menghiasi ruangan luas di mansion Alatas itu. Kali ini ruangan tersebut hampir penuh sesak oleh tamu undangan yang hadir, meskipun hanya mengundang kalangan atas, tetap saja banyak.Fandra menunggu bersama keluarganya sembari mendengarkan MC yang membuat sambutan sesuai dengan urutannya. Xu Mei, wanita tua berdarah China itu tampak anggun, diapit oleh menantu dan putra tersayangnya, mereka bak raja dan ratu serta ibu suri yang duduk satu meja bersama pangerannya. Alifika juga ada di sana, di meja yang sama dengan orang tua serta ibunya Vana. Wanita itu sama anggunnya seperti Diana yang duduk di sampingnya.Para tamu undangan itu tampak berseri- seri, ikut gugup menunggu sang putri yang wajahnya masih rahasia, hanya namanya yang tertera di kartu undangan. Semua orang dibuat penasaran, secantik apa dia? Sehebat apa latarnya sehingga
Hari besar itu akhirnya tiba juga. Acara akan dilaksanakan pada malam hari, tapi ketika senja menjadi latar di barat sana Vana sudah di dalam kamarnya, tidak boleh kelaur dan Fandra dilarang menemuinya sejak pagi, bahkan mungkin kemarin malam. Meski begitu, Fandra beberapa kali ingin menemuinya, tak melihat gadis itu rasanya aneh baginya.Alifika dan keluarga lainnya memaksa Fandra untuk pindah ke bagunan lain, dan mereka menahannya di kamar sang nenek. Di sanalah dia berganti baju, sedangkan Vana tetap di kamarnya, sibuk dengan para perias, bahkan ponselnya tak bisa dia mainkan. Hanya para wanita yang boleh datang untuk melihatnya, Fandra tidak boleh. Tampilan Vana akan menjadi kejutan juga untuknya.“Kau yang bertunangan kenapa aku yang gugup,” ujar Sabina yang datang lebih awal bersama Angela untuk menemani Vana.“Iya nih. Bener-benar gila rasanya,” timpal Angela yang duduk di samping Sabina sementara Vana di sofa usai merias wajah dan mengenakan gaun untuk pertunangannya hari ini
Matahari sudah di ufuk barat ketika Fandra akhirnya tiba di rumah. Dia pergi menenangkan dirinya lebih dulu sebelum kembali karena kalau sampai neneknya tahu, dia pasti akan dalam bahaya.Memarkirkan mobilnya sebaik mungkin. Saat senja seperti ini biasanya sang nenek bersantai di teras kediamannya menikmati matahari tenggelam yang terasa hangat. Para pekerja sedang sibuk beralu lalang, semua dipercayakan pada orang lain yang mengurus dekorasi dalam pengawasan sang ibu dan kakaknya.“Kau kembali,” sapa Alifika yang kebetulan berada di ballroom untuk mengecek dekorasi.Sempat Fandra terkejut, tapi dia kemudian bersikap biasa saja melihat sang kakak tengah sibuk dengan kertas di tangannya, mencatat apa yang sudah dan belum selesai di kerjakan.“Ya,” jawabnya singkat.Alifika mengangkat wajahnya dan menatap sang adik beberapa saat lalu menepuk bahunya sebelum
Setiap detik yang berlalu itu semakin membuat hatinya merasa bersalah pada Vana yang telah dia tinggalkan, padahal dia yang berniat mengajak Vana melihat isi pondok itu, tapi justru dia pergi begitu saja, bukankah itu sungguh terlalu? Fandra memutuskan mempertahankan Vana, tapi dia malah bertemu mantannya hanya karena seseorang memberi tahu keberadaannya. Apakah itu artinya?“Katakan apa yang ingin kau katakan, aku tak punya waktu untuk bicara panjang denganmu,” kata Fandra setelah duduk di sofa ruangannya. Wanita itu juga ikut duduk.“Kau tak punya waktu, tapi terburu menemuiku, apa artinya itu?” Asheila membalas dengan sambil menatap Fandra penuh kemenangan. “Itu artinya, meskipun waktu berlalu lama, di dalam hatimu masih ada aku,” katanya dengan percaya diri.Namun Fandra diam, seolah membenarkannya, meskipun memang ada, tapi tak sepenuhnya terisi olehnya. Dalam waktu beberapa bulan
Vana sungkan untuk bertanya ada apa pada Fandra, pada akhirnya dia diam, menunggu pria itu memberi tahunya. Firasatnya entah mengapa tiba-tiba menjadi tak begitu enak usai melihat perubahan raut wajah dan tatapan Fandra.Setelah mengakhiri panggilannya, Fandra sempat terdiam, mengatur napas dan ekspresi wajahnya kemudian berbalik, Vana siap mendengarnya.“Maaf, ada masalah di kantor,” akunya dengan ekspresi bersalah tergambar di wajahnya yang sedikit pucat.“Penting? Kau harus ke sana, bukan?” balas Vana.Pria itu mengangguk pelan tapi tak menceritakan apa masalahnya. Vana cukup tahu dari perubahan itu.“Kalau begitu, pergilah. Aku akan menunggu di kamar,” kata Vana. Jelas, dia tak akan bisa menunggu di situ, bukan?“Baiklah. Kau kembalilah dulu, lain kali aku mengajakmu masuk. Maafkan aku, Vana. Sampai nanti,”
Tidak ada yang bisa Vana lakukan usai sarapan. Ketiga pelayannya juga tidak ada di dekatnya karena semua orang sibuk mempersiapkan acara yang akan segera dilaksanakan di kediaman itu. Melihat orang-orang sibuk, Vana tak terbiasa berdiam diri tapi Fandra menegaskannya untuk tetap di sana dan tidak melakukan apa pun selain diam, bermain ponsel atau apa pun, hingga berjam-jam berlalu akhirnya gadis itu bosan juga.Semua orang sibuk di lantai bawah, gedung selatan adalah bagian dari bangunan milik Fandra, sehingga apa pun harus izin padanya, termasuk Vana. Gadis itu keluar dari kamarnya setelah bosan. Jam menunjukan pukul sebelas siang. Biasanya ada ketiga pelayannya di sana, tapi sekarang ini mereka tidak ada jelas Vana semakin sepi.“Lalu apa yang dia lakukan di kamarnya?” pikir Vana sembari mengarahkan tatapannya ke pintu kamar Fandra yang sedikit terbuka.Langkah kakinya mengayun menghampiri pintu itu dan mengintip lewat celahnya. Fandra di dalam, meskipun tak terlihat jelas sedang ap
Pagi menjelang, aktivitas harian di mulai. Semua orang di kediaman Alatas sudah sibuk sejak pagi, menuntasan dekorasi untuk acara yang akan datang. Hampir semua beres, hanya tinggal beberapa hal lagi. Kursi dan meja udah tertata dengan rapi di ballroom, bunga bermekaran yang menebarkan keharuman. Ruang ballroom yang biasanya luas tak banyak furniture kini lebih banyak dihias.Pagi-pagi Vana sudah ikut membantu meskipun para pelayannya melarang dia tak tahan untuk tak turur serta membantu sampai salah seorang pelayan yang menjaganya menyampaikan pesan dari sang ratu di kediamannya.Vana menghadap Xu Mei di kamarnya sebelum sarapan. Wanita tua itu tampa bahagia sekali, wajahnya berseri, keriput di wajahnya karena usia kini tak tampak. Vana bisa menebak apa yang membuat sang ratu demikian.“Nenek ada perlu denganku?” Vana bertanya mencoba mengalihkan perhatian wanita itu yang menatapnya begitu lama. “Ya. Bukan hal yang besar, hanya ingin berbincang denganmu sebelum sarapan,” katanya.Va
Pria itu menatapnya, begitu lama, penuh perhatian. Ada banyak hal yang berubah dari Fandra, tentang bagaimana dia mendekat pada Vana. Gadis itu sendiri tersenyum, masih mencoba menenangkannya.“Apa yang kau masak?” tanya Fandra menolehkan kepalanya ke konter dapur.“Hanya pasta,” jawab Vana ikut melirik ke dapur lalu bangun dari duduknya. “Aku sudah hampir selesai. Sini, duduk,” panggilnya pada pria itu.Menuruti gadis itu dan duduk di meja makan yang hanya ada dua kursi di sudut ruangan, Fandra menunggu apa yang akan Vana hidangkan. Memang hanya pasta, tapi aromanya menggugah selera. Tampilannya menggoda, membuat Fandra penasaran bagaimana rasanya.“Hanya ada bahan ini jadi aku memasaknya saja. Lagi pula ini tak terlalu berat. Ayo coba sebelum dingin,” kata gadis itu setelah menaruh piring di hadapan Fandra yang menfokuskan perhatiannya.Meraih garpu yang di sediakan Vana, Fandra mulai mencicipinya sementara Vana sendiri diam di tematnya menunggu respon pria itu. Meskipun sudah terbi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.