author-banner
Sofia Saarah
Sofia Saarah
Author

Novels by Sofia Saarah

Mencari Istriku di Masa Lalu

Mencari Istriku di Masa Lalu

“Bagaimana jika satu kalimat dari istrimu… benar-benar melemparmu kembali ke masa lalu?” Shaz, pria berdarah India-Iran, terbangun di rumah lamanya. Tapi ini bukan sekadar hari biasa, ia kembali ke delapan tahun sebelum menikahi Alysaa, perempuan Indonesia yang kini mengisi seluruh hatinya. Di waktu ini, Alysaa bahkan belum mengenalnya. Sementara masa lalunya bersama Jazzlyne… masih mengganggunya dan belum berakhir pada saat itu. Waktu memberinya kesempatan kedua. Tapi mampukah ia menemukan Alysaa lebih awal? Dan jika iya… sanggupkah ia membuat wanita itu jatuh cinta lagi padanya, sebelum semuanya terlambat?
Read
Chapter: Bab 52 - Pengakuan
Hari-hari berjalan pelan, seperti jarum jam yang enggan bergerak. Shaz duduk di kursi rodanya, menatap layar ponsel dengan mata sayu. Pesan yang ia kirim ke Alysaa beberapa hari lalu masih tetap sama—seen, tapi tak berbalas. Sesekali ia membuka ulang, berharap ada notifikasi baru, berharap ada titik-titik tanda balasan yang muncul. Namun hening.Nomornya masih diblokir. Jalan menuju Alysaa seakan tertutup rapat.Shaz menutup wajah dengan kedua tangan, tubuhnya bergetar. Ia ingat betul—di kehidupan sebelumnya, ia memang pernah berselingkuh di belakang Alysaa. Ia tahu dosanya, ia tahu betapa kejamnya kesalahan itu. Namun Alysaa tidak pernah mengetahui saat itu.“Lalu… kenapa di kehidupan ini, kau mengetahuinya, Al?” suaranya pecah, lirih, seakan bertanya pada dinding putih kamarnya. “Apakah aku ditakdirkan hanya untuk terus kehilanganmu, di kehidupan manapun aku berada?”Air matanya jatuh, menodai kain selimut rumah sakit yang kini sudah diganti dengan kasur apartemen tempat ia tinggal.
Last Updated: 2025-09-17
Chapter: Bab 51 - Tak Menyerah
Beberapa hari kemudian, cahaya matahari Doha menembus kaca rumah sakit Rumailah General Hospital . Di koridor, kursi roda Shaz berderit pelan, didorong perlahan oleh Baba. Garis kerut di kening Baba semakin dalam, tapi genggaman tangannya di pegangan kursi roda terasa kokoh, penuh cinta dan kekuatan seorang ayah.Shaz hanya menunduk. Tubuhnya lemah, tapi yang jauh lebih berat adalah hatinya. Ada ruang kosong yang terus menganga—nama itu, wajah itu, Alysaa. Ia merogoh kantong bajunya, mencoba memastikan ponselnya ada, seakan berharap pesan itu tiba-tiba masuk. Tapi tetap kosong, hampa.Di lobi rumah sakit, Mami sudah menunggu bersama Sharah, Faheem, dan Fateema yang berlari menghampiri. “Paman, paman sudah boleh pulang!” serunya riang, pelukannya melingkari kaki Shaz yang masih lemah.Shaz berusaha tersenyum, meski suaranya serak. “Iya… paman pulang sekarang.”Sharah mendekat, menunduk meraih tangan adiknya, lalu mengecup keningnya. “Kamu bikin semua orang panik, Shaz. Jangan pernah be
Last Updated: 2025-09-16
Chapter: Bab 50 - Kehilangan ke Dua Kali
Suara tangisan tertahan memenuhi ruang perawatan. Shaz masih terbaring lemah, napasnya tersengal, matanya terus mencari sesuatu yang tak ada di sana. “Alysaa… Alysaa…” panggilnya, berulang-ulang.Mami yang berdiri paling dekat, menggenggam tangan putranya erat-erat. “Shaz, Nak… tenanglah. Siapa itu Alysaa?” suaranya bergetar, penuh cemas.Baba melangkah mendekat, menepuk bahu istrinya seakan ingin menenangkan. Tapi wajahnya pun sama bingungnya. Sharah menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca, sementara Fateema justru menatap paman kesayangannya dengan polos, tak mengerti.Seorang dokter berjas putih memeriksa denyut nadi Shaz, lalu menatap keluarga dengan nada profesional namun lembut. “Tidak perlu panik. Dalam kondisi trauma, wajar jika pasien menyebut nama seseorang yang sangat berarti baginya. Ini biasanya respon bawah sadar—sebuah memori emosional yang kuat.”Semua terdiam, saling pandang, menyerap kata-kata itu. Nama Alysaa kini bukan sekadar bunyi asing; ia menjadi misteri yang
Last Updated: 2025-09-15
Chapter: Bab 49 - Kehidupan ke Dua
Gelap itu belum sepenuhnya hilang. Shaz merasa seolah dirinya masih terperangkap di antara batas hidup dan mati. Namun samar-samar, suara-suara mulai menembus ruang hampa itu, seperti gema jauh yang perlahan mendekat.“Dokter… bagaimana keadaan putra saya?” suara seorang perempuan paruh baya bergetar, terdengar begitu familiar. Mami. Nada khawatirnya menusuk telinga Shaz, seakan mencoba menariknya kembali dari kehampaan.“Keadaannya masih kritis, madam,” jawab seorang perawat dengan suara formal, sedikit tertahan. “Kami sudah berusaha menjaga stabilitasnya, tapi kami butuh waktu untuk melihat respon berikutnya.”“Dia anak lelaki kami satu-satunya,tolong selamatkan dia,” suara Baba kini terdengar, tegas namun penuh luka. “Apapun yang terjadi… tolong selamatkan dia. Saya mohon.”Langkah-langkah tergesa. Hembusan napas tertahan. Lalu suara tangis tertahan yang sangat dikenalnya. Kakak-kakaknya.“Shaz… adikku… kenapa sampai seperti ini?” suara sang kakak perempuan terisak, suaranya pecah.
Last Updated: 2025-09-14
Chapter: Bab 48 - Detak Jantung Terakhir
Ruang gawat darurat dipenuhi kepanikan. Dentuman suara monitor jantung, teriakan instruksi dokter, dan langkah tergesa para perawat bercampur menjadi satu. Tandu yang membawa Shaz didorong cepat masuk, tubuhnya lemah, pucat, dan hampir tak bergerak.“Pressure’s dropping fast! 60 over 40!” seru seorang perawat sambil menatap layar monitor.“Get me two liters of normal saline, now! Cepat!” dokter jaga memberi instruksi, tangannya cekatan memasang infus di lengan Shaz yang penuh darah. Jarum masuk, cairan mulai mengalir deras.“Respirasi makin lemah, Dok!” seru perawat lain yang menempelkan stetoskop ke dada Shaz.“Ambu bag, cepat! Kita bantu ventilasi!” seorang perawat segera memasang masker oksigen dan memompa udara ke paru-paru Shaz. Dadanya naik turun pelan, tapi sangat lemah.Raheem berdiri terpaku di balik kaca ruang IGD, wajahnya pucat, tangannya mengepal. Ia melihat tubuh Shaz yang semakin tak berdaya, hanya bergantung pada alat medis dan tangan-tangan sibuk para dokter.“Pulse i
Last Updated: 2025-09-13
Chapter: Bab 47 - Pernikahan Alysaa
Hari-hari berlalu, tapi bagi Shaz, waktu terasa seperti berhenti. Ia mencoba beraktivitas seperti biasa—makan, bekerja, berbicara dengan orang—namun semua dilakukan setengah hati. Senyumnya hilang entah kemana, tatapannya dingin seperti langit mendung yang tak pernah memberi sinar.Malam itu, ia pulang ke rumah dengan langkah berat. Raheem yang sedang duduk di ruang tamu langsung bangkit.“Shaz, kau pulang…!” ucapnya.Shaz hanya menoleh sekilas, tidak menjawab. Wajahnya tak menunjukkan rasa ingin tahu atau kelelahan—hanya datar.Raheem menghela napas, lalu menyodorkan ponselnya. “Kau harus lihat ini.”Shaz menerima ponsel itu. Satu ketukan layar, dan ia melihat sebuah postingan Facebook pada akun Alysaa. Di sana tertulis: Resmi menjadi istri dari Damar Indra Prasetya.Ada foto mereka berdiri di pelaminan, senyum bahagia terpancar. Bahkan ada video singkat saat akad nikah berlangsung—suara ijab kabul Damar terdengar jelas.Shaz terdiam.Memori itu langsung menghantamnya—mengingat hari
Last Updated: 2025-09-13
Terjerat Pesona Istriku

Terjerat Pesona Istriku

Sherine Souad Ahlam, wanita dengan simbol kecantikan yang sempurna, memiliki darah Lebanon dan Rusia menambah kecantikannya yang tidak biasa. Sebagai supervisor di perusahaan skincare ternama, Moonsky, sekaligus influencer dengan jutaan pengikut, ia tampak memiliki segalanya. Wajah menawan, karier cemerlang, dan kehidupan glamor yang diidamkan banyak orang. Namun, di balik semua itu, ia menyimpan rahasia kelam. Ia terlilit utang hampir 400 juta rupiah akibat gaya hidup borosnya. Dihantui ketakutan, ia tak berani meminta bantuan keluarganya dan memilih menanggung semuanya sendiri. Hingga di titik terendah, ketika tak ada lagi jalan keluar, sebuah tawaran datang dari pria misterius yang merupakan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Solusi atas seluruh beban yang mengikatnya ada di tangan pria itu, namun dengan syarat yang tak biasa. Apakah Sherine akan menerima tawaran tersebut? Dan berapa harga yang harus ia bayar demi kebebasannya?
Read
Chapter: 25. Tamparan Menyakitkan
Sherine menatap layar ponselnya yang masih penuh dengan pesan Johan, Luna, dan Yummi. Air matanya belum kering, tapi gengsi menahannya untuk terlihat lemah. Ia menarik napas panjang, lalu mengetik perlahan.Sherine:“Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Itu cuma urusan kantor, mungkin kebetulan.”Pesan terkirim.Beberapa detik kemudian Johan membalas:“Sher… kamu gak harus pura-pura kuat di depan kita. Kalau mau cerita, kami siap dengerin.”Luna menimpali cepat:“Iya, Sher. Gak usah sok tabah. Aku aja yang cuma temen ikut sakit lihat gosip itu. Apalagi kalian baru satu bulan menikah”Yummi menambahkan:“Kamu berhak marah, kamu berhak cemburu. Jangan pendam sendiri.”Sherine menutup ponselnya erat-erat, air matanya kembali tumpah. Pikiranya terus berputar diantara:Berhak marah? Berhak cemburu? Aku hanya istri yang di bayar untuk menunggu, aku hanya istri kontraknya?Di luar, malam semakin larut. Tapi hati Sherine tak kunjung tenang, seakan tersiksa oleh bayangan suaminya yang mungkin
Last Updated: 2025-09-22
Chapter: 24. Gosip Dewa
Rama menutup pintu ruangan rapat pelan. Wajahnya tegang, ia menunduk sebelum akhirnya membuka suara. “Pak… ada hal yang harus saya sampaikan,” ucapnya hati-hati.Dewa mendongak dari balik meja kerjanya. “Apa?” suaranya berat, penuh tekanan.“Gosip tentang Bapak… dan Mbak Veneza. Seluruh kantor sudah tahu beliau datang dan masuk ke ruangan Bapak. Mereka bilang… Bapak masih menjalin hubungan dengannya.”Suara kursi berdecit saat Dewa berdiri dengan kasar. “Sialan!” bentaknya sambil menghantam meja dengan telapak tangan. “Padahal aku sudah menjelaskan padanya, kenapa dia harus muncul seenaknya di sini!”Rama menunduk semakin dalam, tak berani menatap. “Saya khawatir gosip ini bisa keluar, Pak. Semua orang di kantor sudah mengetahui tentang gosip ini. Mereka turut prihatin pada Bu Sherine”Nama istrinya disebut, dada Dewa makin sesak. Ia meraih ponselnya, menekan nama Veneza dengan jari bergetar karena amarah.Di apartemennya, Veneza terduduk dengan mata sembab. Marry berusaha menenangka
Last Updated: 2025-09-22
Chapter: 23. Kehadiran Veneza
Dewa baru saja melangkah masuk ke lobby Hadisetyo Global Corp. Sosoknya, dengan setelan jas hitam elegan dan aura wibawa yang begitu kuat, berhasil membuat semua mata karyawan yang berpapasan menoleh kagum. Seperti biasa, ia adalah sosok yang mempesona dan berkarisma.Namun langkahnya terhenti ketika sekretaris pribadinya, Maya, menghampiri dengan wajah canggung.“Pak… maaf mengganggu, tadi ada tamu yang bersikeras ingin menunggu di ruangan Bapak,” ucapnya hati-hati.Dewa mengernyit. “Tamu? Siapa?”Maya menelan ludah. “Mbak Veneza Manova.”Darah Dewa seketika berdesir deras. “APA?!” serunya, hingga beberapa karyawan yang lewat menoleh dengan penasaran. Ia langsung bergegas menaiki lift, wajahnya tegang.Begitu pintu ruangannya terbuka, matanya membelalak. Di sana berdiri seorang wanita dengan gaun hitam yang begitu ketat, elegan, dan sensual—Veneza. Rambutnya tergerai indah, wajahnya tersenyum penuh gairah.“Sayang!!!” seru Veneza sambil setengah berlari menghampiri, lalu melingkarkan
Last Updated: 2025-09-19
Chapter: 22. Telah Dimiliki Sepenuhnya
Dewa menunduk lebih dekat, wajahnya berhenti sejenak di antara kedua paha istrinya yang telah ia renggangkan dengan paksa namun hati-hati. Sherine menggeliat, kedua tangannya menahan dada bidang Dewa, namun usahanya seolah tak berarti di hadapan hasrat yang sudah menguasai pria itu.Dengan satu gerakan mantap, Dewa merobek pakaian penghalang yang masih menutupinya. Kain tipis itu ia lempar begitu saja ke lantai, tersisa tubuh Sherine yang bergetar malu dalam balutan cahaya lampu kamar yang temaram.Dewa menghela napas panjang, seakan ingin menenangkan diri—namun justru semakin dalam ia tenggelam pada pesona istrinya. Pandangannya jatuh pada keindahan yang paling rahasia, lembut, tersembunyi, dan suci. “Indah sekali…” bisiknya lirih, hampir seperti doa.Sherine menggigit bibir, menahan debar yang kian tak terkendali. “Pak Dewa… jangan…” suaranya pecah, setengah tangis, setengah memohon.Tapi Dewa sudah tak bisa berhenti. Ia menunduk, bibir dan lidahnya menyentuh lembut bagian yang membu
Last Updated: 2025-09-16
Chapter: 21. Terpaksa
Dewa bangkit dari sofa bed, langkahnya berat tapi cepat, seolah ada magnet kuat yang menariknya pada sosok Sherine di ambang pintu kamar mandi. Tatapannya panas, sorot matanya penuh hasrat yang tak lagi bisa ia sembunyikan.Sherine mundur selangkah, tubuhnya refleks menegang. “P…Pak, jangan…” suaranya lirih, namun suaminya justru semakin mendekat.Dalam sekejap, tangan kokoh Dewa meraih pergelangan tangan Sherine dan menariknya masuk ke dalam dekapannya. Napas keduanya beradu, Sherine bisa merasakan dada Dewa yang bergetar kencang menempel di tubuhnya.“Pak Dewa!!” teriak Sherine kaget, matanya membelalak, mencoba melepaskan diri.Namun Dewa hanya menatapnya lekat-lekat, tatapan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Tatapan seorang pria yang sedang berperang dengan dirinya sendiri—antara menahan atau melepaskan semua keinginan yang membara.Udara kamar itu seakan mendidih, dan malam pun baru saja dimulai.Malam itu, Dewa bukan lagi Dewa yang biasanya. Ada sesuatu dalam dirinya yang seo
Last Updated: 2025-09-16
Chapter: 20. Ramuan Rahasia Mama
Dewa melangkah gontai menuju kamarnya. Begitu pintu tertutup, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk itu. Tangannya mengelus pelan sprei putih bersih, seolah mencari ketenangan. Namun bukannya tenang, pikirannya justru dipenuhi bayangan Sherine.Ingatan tentang malam sebelumnya kembali menyeruak—tatapan mata Sherine, kulitnya yang lembut, dan gairah yang tak bisa ia tahan. Dewa menutup mata rapat-rapat, berusaha mengusir bayangan itu, tapi justru semakin jelas.“Sherine…” desahnya lirih. Tubuhnya menegang. Keinginan itu datang lagi, membakar setiap urat nadinya. Laki-laki mana yang bisa menahan diri dengan istri secantik itu? pikirnya getir. Ia menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri.Namun pada akhirnya, ia goyah. Dewa bangkit cepat, mengambil handuk, lalu masuk ke kamar mandi. Air dingin mengalir deras membasahi tubuhnya, seolah mencoba meredam api yang membakar dalam dirinya. Setelah membersihkan diri, ia berdiri di depan cermin, menatap wajahnya sendiri.“Tenang, Dewa
Last Updated: 2025-09-15
Gadis Tanpa Mata Batin

Gadis Tanpa Mata Batin

Seorang perempuan biasa, bukan dari kalangan ahli agama, namun keluarganya membesarkannya dengan penuh kehangatan dan cinta. Dirinya berasal dari keluarga sederhana yang pergi ke kota untuk bekerja. Karena keuangan yang terbatas Minama seorang perempuan berhijab terpaksa mencari kostan yang sesuai dengan budgetnya, sampai dia menemukan sebuah tempat tinggal kostan berlantai 2 yang menurutnya bagus, fasilitas yang memadai namun harganya sangat jauh di bawah rata-rata. Saat pertama kali penyerahan kunci kamar, dari sanalah semua cerita Mina di mulai..
Read
Chapter: 32. Keanehan Kembali
Langit di ufuk timur perlahan mulai berubah warna, dari gelap pekat menjadi ungu keemasan. Udara pagi terasa dingin menusuk, namun semangat rombongan mulai bangkit kembali saat mereka memulai perjalanan ke puncak tepat pukul 05.00.Pak Rahman memimpin rombongan di barisan depan, diikuti oleh Zuen, Iren, Mina, dan Tara yang berjalan berdekatan di tengah, sementara Pika memilih untuk berada di barisan paling belakang. Sebagai salah satu yang paling berpengalaman dalam mendaki, Pika merasa tanggung jawabnya adalah memastikan tidak ada yang tertinggal atau mengalami masalah di perjalanan.Namun, semakin jauh mereka berjalan, semakin tidak tenang perasaan Pika. Bukan hanya karena medan yang semakin berat, tapi karena Tara.Pika melirik ke arah Tara yang berjalan di depan dirinya. Gerakannya terlihat lambat dan kaku, berbeda dari biasanya. Wajahnya tetap pucat, dan tatapannya kosong. Pika merasa ada sesuatu yang salah, tapi ia tidak tahu apa itu."Tara… kenapa kamu jadi seperti ini?" gumamn
Last Updated: 2025-05-29
Chapter: 32. Gangguan Berlanjut
Setelah memastikan semua orang sepakat, Pika keluar dari tenda untuk menyampaikan keputusan kepada Pak Rahman.Di dalam tenda, suasana kembali hening. Tara berbaring kembali tanpa mengatakan apa-apa, sementara Mina merapikan tasnya untuk memastikan semuanya siap saat mereka harus pergi.Zuen duduk bersandar di dinding tenda, menatap ke arah pintu dengan pandangan kosong. "Aku harap keputusan ini yang terbaik," gumamnya.Iren yang duduk di sebelahnya menghela napas panjang. "Aku juga. Semoga Tara benar-benar kuat. Aku nggak mau ada yang jatuh sakit atau… sesuatu yang lebih buruk."Mina menoleh ke arah mereka berdua, wajahnya menunjukkan kepercayaan diri yang tulus. "Nggak ada yang buruk akan terjadi. Kita harus percaya, kan? Kalau kita bareng-bareng, semuanya pasti baik-baik aja."Kata-kata Mina membuat suasana sedikit lebih ringan. Zuen dan Iren tersenyum kecil, meskipun rasa gelisah masih mengintai di hati mereka.Di sudut tenda, Tara membuka matanya sedikit, mengamati Mina dalam diam
Last Updated: 2025-01-11
Chapter: 31. Keputusan Pendakian
Dini hari suasana terasa lebih dingin dari biasanya. Jam di tangan Pak Rahman menunjukkan pukul 02:00 saat ia berjalan menuju tenda Pika. Suara langkah kakinya terdengar samar di atas tanah yang lembap. Lampu senter kecil yang dibawanya menerangi jalan, menciptakan bayangan panjang yang tampak semakin menakutkan di antara pohon-pohon tinggi.Pak Rahman berhenti di depan tenda Pika dan mengetuk bagian atasnya perlahan."Pika, kamu bangun?" tanyanya dengan suara pelan namun tegas.Terdengar suara resleting tenda dibuka. Pika muncul dengan wajah setengah mengantuk, rambutnya berantakan dan tubuhnya terbungkus jaket tebal."Pak Rahman? Ada apa?" tanya Pika, suaranya serak."Saya mau tanya, apa kalian berencana melihat matahari terbit di puncak? Kalau iya, kita harus mulai perjalanan sekarang," jawab Pak Rahman sambil menunjuk ke arah jam di pergelangan tangannya.Pika menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan pikirannya yang masih kusut. Ia menoleh ke dalam tenda, tempat Nadin dan Ratn
Last Updated: 2025-01-10
Chapter: 31. Mencekam
Iren dan Zuen saling bertukar pandang, wajah mereka dipenuhi rasa takut. Langkah kaki itu masih terdengar, semakin jelas, seperti bergerak lebih dekat ke tenda mereka."Zuen, kamu denger itu lagi?" bisik Iren sambil mendekat ke Zuen.Zuen mengangguk, matanya tidak lepas dari pintu tenda. "Iya. Aku nggak tahu siapa atau apa itu, tapi ini nggak wajar."Mina menghela napas panjang, mencoba untuk tetap tenang. "Mungkin ini cuma pikiran kalian aja. Aku nggak denger apa-apa, beneran."Namun, suara langkah kaki itu mendadak berhenti. Keheningan yang mengikuti terasa jauh lebih mencekam daripada suara apa pun.Zuen dan Iren semakin tegang, tetapi Mina tetap tidak mendengar apa-apa. Dia memandang teman-temannya dengan rasa bingung sekaligus penasaran."Kalian berdua serius banget. Kalau ada suara itu, kenapa aku nggak denger?" tanya Mina.Zuen mengangkat bahu, suaranya pelan. "Aku juga nggak tahu. Tapi ini nyata, Min. Aku yakin."Mina kembali menoleh ke Tara, yang masih duduk diam dengan wajah
Last Updated: 2025-01-07
Chapter: 30. Kembali
Yang lain mengikuti, menatap Tara dengan campuran lega dan keheranan. Tara berdiri di tengah kabut, tubuhnya sedikit membungkuk, tetapi senyuman kecil terlihat di wajahnya."Aku… aku akhirnya balik," ucap Tara dengan suara pelan.Mina langsung berlari dan memeluk Tara erat-erat, air mata mengalir di pipinya. "Tara, maaf! Aku bener-bener minta maaf. Aku ninggalin kamu. Aku pikir… aku pikir kamu nggak akan balik."Tara tidak langsung menjawab, hanya menepuk punggung Mina dengan lemah. Suaranya terdengar serak. "Aku baik-baik aja, Mina. Jangan nangis, ya. Maaf aku tadi pergi gak bilang-bilang"Yang lain ikut bergabung, memeluk Tara satu per satu dengan wajah lega. Bahkan Zuen yang biasanya tenang terlihat emosional, sementara Kinan terus-menerus memastikan Tara benar-benar tidak terluka.Namun, di tengah kehangatan itu, Pak Rahman hanya berdiri di tempatnya, mengamati Tara dengan tatapan tajam. Ada sesuatu yang tidak beres. Wajah Tara terlalu pucat, lebih pucat dari orang yang hanya kehu
Last Updated: 2025-01-05
Chapter: 29. Pencarian
Hujan masih turun, meski mulai mereda menjadi gerimis tipis. Udara di sekitar perkemahan terasa semakin dingin, menusuk hingga ke tulang. Kabut tetap tebal, seperti selimut tak kasat mata yang menutup pandangan. Malam semakin larut, tetapi perasaan cemas di antara rombongan tak kunjung reda.Tenda yang tadinya menjadi tempat berlindung terasa seperti ruang sempit penuh beban. Semua orang duduk dalam diam, saling melirik dengan wajah lelah dan pucat. Ketakutan dan rasa bersalah bercampur menjadi satu, memenuhi atmosfer yang sudah mencekam sejak Tara menghilang.Pintu tenda terbuka dengan suara lirih. Pak Rahman masuk, wajahnya basah oleh air hujan, tubuhnya tampak kelelahan setelah berjam-jam mencari di tengah hutan. Semua mata tertuju padanya, berharap ia membawa kabar baik.Namun, tatapan kosong di wajahnya sudah menjawab semuanya. Ia menggeleng pelan, mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar. "Saya belum berhasil menemukan Tara."Kata-kata itu membuat suasana di dalam tenda lang
Last Updated: 2025-01-05
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status