Ranjang yang Bukan Milikku

Ranjang yang Bukan Milikku

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Oleh:  DuvessaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat. 4 Ulasan-ulasan
171Bab
5.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Saat Arka memutuskan untuk membawa wanita lain ke atas ranjang mereka, Alea dibiarkan menelan kehancuran pernikahan dan luka yang dalam. Bukan cinta, tetapi luka yang membuat Alea bertahan!

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 : Luka yang Tak Terucap

"Urusanku bukan cuma soal kamu Alea."

Kalimat itu keluar dari bibir Arka seperti pisau tajam, dingin dan tanpa emosi. Kata-kata itu terus menggema di kepala Alea, bahkan bertahun-tahun setelah ia mendengarnya.

Sekarang hatinya seperti kaca yang retak—tidak pernah benar-benar utuh lagi.

Dulu, Arka adalah segalanya. Sosok pria yang setiap malam memastikan pintu terkunci, memeluknya erat saat ia bermimpi buruk, dan selalu mengirim pesan, "Aku akan terlambat pulang, jangan tunggu aku, ya."

Sekarang? Arka adalah pria yang bahkan tak pernah benar-benar pulang, meski tubuhnya ada di rumah. Kehangatan itu lenyap, seperti mimpi yang menguap sebelum sempat ia genggam.

Alea mengingat masa-masa indah mereka, pernikahan yang penuh tawa dan janji. Saat ia mengabarkan bahwa dirinya hamil, Arka memeluknya begitu erat, mencium perutnya yang masih datar, lalu berkata dengan mata berbinar, "Aku akan jadi ayah yang terbaik untuk anak kita." Saat itu, Alea percaya bahwa bahagianya akan abadi.

Tapi semuanya berubah setelah Raka lahir. Pelukan itu perlahan menghilang. Kata-kata penuh cinta digantikan dengan keheningan yang memekakkan.

Arka mulai pulang larut tanpa kabar, mengunci diri di ruang kerja, dan setiap kali mereka bicara, nada suaranya terdengar seperti berbicara dengan orang asing.

Malam ini, Alea duduk sendirian di ruang tamu, menatap cangkir teh yang sudah dingin. Pikirannya berkelana ke hari-hari ketika cinta mereka masih utuh, ketika Arka masih pria yang membuatnya merasa seperti satu-satunya wanita di dunia ini.

Sekarang, ia hanyalah seorang istri yang dilupakan, seorang wanita yang mencoba bertahan dengan sisa-sisa cinta yang hampir habis.

"Apa aku salah?" pikir Alea, membiarkan air mata yang tertahan akhirnya jatuh. Ia tidak tahu apa yang salah. Tetapi ia tahu satu hal, Arka yang dulu, pria yang pernah ia cintai sepenuh hati, telah menghilang.

Dan yang tersisa hanyalah bayangannya.

Alea masih membuka matanya malam itu, terjaga dalam kegelapan kamar yang sunyi. Jam di dinding menunjukkan pukul dua dini hari.

Di sampingnya, Arka berbaring dengan posisi membelakangi, napasnya teratur, tanda ia sudah lama tenggelam dalam mimpi.

Alea menatap siluet suaminya yang terasa asing. Dulu, saat mereka baru menikah, posisi ini sering jadi candaan kecil di antara mereka. “Aku nggak bisa tidur kalau membelakangi kamu, Alea,” katanya sambil tersenyum, lalu memeluknya erat. Tapi kini, itu hanya tinggal memori yang terasa jauh.

Alea menghela napas panjang, merasakan dingin yang menyusup hingga ke tulang. “Masihkah aku ada di hatimu, Mas?” gumamnya lirih.

Ia tidak berani berkata lebih keras, takut keheningan malam akan mengungkap semua luka yang selama ini coba ia pendam. Tangannya terulur, ingin menyentuh bahu Arka, namun ia urungkan niat itu.

Di luar, suara hujan mulai terdengar, mengetuk perlahan di kaca jendela kamar. Alea memejamkan mata, berharap hujan bisa menenangkan hatinya yang kacau.

Tapi justru memori lama mulai mengalir, membawa ia kembali pada saat segalanya terasa sempurna.

Hujan semakin deras, membawa Alea kembali ke kenyataan. Janji itu ... janji yang dulu diucapkan dengan penuh keyakinan kini terasa kosong.

Ia menarik napas dalam-dalam, menatap langit-langit kamar. Mungkin, cinta mereka dulu terlalu indah untuk bertahan menghadapi kenyataan hidup.

Alea meraih ponselnya, membuka galeri foto. Foto pernikahan mereka masih ada di sana.

Dalam gambar itu, Arka tersenyum lebar, memandang Alea dengan tatapan penuh cinta. Alea memandang dirinya sendiri di foto itu, mengingat betapa bahagianya ia saat itu.

Tapi sekarang, bayangan di cermin hanya menunjukkan seorang perempuan yang lelah, dengan mata sembab dan senyum yang sulit ditemukan.

Pagi itu, seperti biasa, Alea bangun lebih awal. Langkahnya pelan menuju dapur, untuk menyiapkan kopi dan sarapan. Di ruang tengah, Raka asyik menonton kartun, tawanya sesekali terdengar, menjadi satu-satunya suara yang mengisi rumah yang sunyi.

Saat ia mengaduk kopi, pintu kamar terbuka. Arka muncul dengan langkah tegas, mengenakan setelan rapi seperti biasa. Wajahnya tampan, tapi kosong—tanpa senyum, tanpa kehangatan.

Matanya bertemu dengan Alea sejenak, tapi hanya lewat seperti angin, tak ada sorot yang menunjukkan cinta atau perhatian. Ia berjalan menuju meja, mengambil cangkir kopi yang sudah disiapkan Alea. Gerakannya sederhana, tetapi terasa dingin, seolah ini hanya rutinitas tanpa arti.

“Pagi,” katanya singkat, mengambil kopi yang sudah Alea siapkan.

Alea mencoba tersenyum. “Mas, aku udah bikin sarapan. Makan dulu ya, sebelum ke kantor.”

Arka tidak menoleh. “Nggak usah. Aku sarapan di kantor aja.” Suaranya datar, tanpa sedikit pun perhatian.

Alea terdiam. “Oke, hati-hati ya, Mas,” katanya pelan, menahan rasa yang menghantam dadanya.

Arka hanya mengangguk kecil sebelum melangkah keluar, seolah keberadaan Alea hanyalah bayang-bayang yang tak layak diperhatikan.Sebelum pergi, ia membungkuk untuk mencium kening Raka dengan lembut—satu-satunya momen hangat yang masih tersisa darinya.

Tetapi kepada Alea? Tidak ada. Bahkan tidak sepatah kata atau tatapan singkat.

Pintu tertutup, dan keheningan yang menyakitkan kembali mengisi rumah. Alea berdiri di dapur, tubuhnya terasa seperti batu yang berat. Ia menatap cangkir kopi di tangannya, yang dinginnya mulai menyusup hingga ke hatinya.

Air mata yang tadi ia tahan akhirnya jatuh, satu per satu, membasahi pipinya. Suara hatinya berbisik dengan getir, “Masihkah aku ada di hatinya? Atau aku sudah benar-benar hilang dari dunianya?”

Di dalam dirinya, cinta yang dulu terasa kokoh kini seperti reruntuhan yang hanya menyisakan debu dan luka. Luka yang terus berdarah setiap kali Arka berlalu tanpa melihatnya.

Namun, tawa kecil Raka yang sedang menonton serial kartun kesukaannya seolah menjadi pengingat bagi Alea. Ia mengusap wajahnya dengan cepat, mencoba menghapus jejak air mata yang tidak akan hilang begitu saja dari hatinya. Ia tahu, meski hatinya runtuh, ia harus tetap berdiri untuk Raka!

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
Zira
sedih kalau jadi Alea...
2025-01-25 16:21:41
0
user avatar
annasya que
ceritanya bikin reader penasaran
2025-01-24 21:28:50
0
user avatar
berryber
kasian Alea...
2024-12-13 20:12:24
0
default avatar
Reffaaa
Menurut aku klasik ya ceritanya, tapi cerita gini bikin pembaca tertarik sih
2024-11-27 23:18:01
0
171 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status