Chapter: Menghadapi Kemarahan Ayah"Dia baik-baik saja kok, dia anak yang kuat. Tapi kamu jangan stres ya, kasihan dia." ucap Bunda Alina sembari mengelus perut Nisa juga. Walaupun kebencia dan kekecewaannya pada Dimas masih belum pudar, itu tak mempengaruhi sayangnya Nisa pada janinnya."Alhamdulillah,""Kamu jangan banyak gerak dulu, istirahat aja dulu nak.""Ayah, dimana bund?" tanyanya sembari celingukan."Ayah masih sibuk, belum bisa kesini.""Ah, nggak Bund. Bunda nggak usah nutupin, nggak apa-apa kok, kalau emang Ayah masih benci dan masih marah sama Nisa. Nisa tahu Nisa salah. Tapi... Gimana caranya minta maaf ke Ayah, bund?""Ya minta maaf aja.""Nisa takut Ayah makin marah dan makin benci sama Nisa. Oh ya bund, Ayah sudah tahu belum kalau... ""Sudah, Bunda sudah cerita semuanya kok,""Gimana respon Ayah, Bund? Ayah makin benci ya ? Makin marah ya ? Bund... ""Sssst, sudahlah, jangan di fikirkan dulu... Yang penting ka
Huling Na-update: 2025-11-19
Chapter: Gosip"Iya, tapi Dia lebih jago sih dari Ayah. Skillnya lebih oke. Haha," ucap Bundanya, lalu ia berjalan ke pintu mobil dan mengajak Dara masuk. Tak berapa lama, kendaraan roda empat itu melesat meninggalkan area parkir PT. Relin Group. Perusahaan produk lokal yang di bangun oleh Pak Rustam sejak kecilnya triplet Niar, Nisa dan Nina. Sejak Pak Rustam memutuskan untuk pindah haluan dari seorang fotografer."Bund, Bunda kok pucat? bunda... Bunda nggak apa-apa kan? Kita, kita kerumah sakit dulu ya Bunda? Bunda pucat gitu?""Ah, nggak... Bunda nggak apa-apa. Capek aja mungkin. Pulang aja, nggak perlu ke rumah sakit, nanti Bunda pakai tidur juga normal lagi." ucap Bunda Alina. Kemudian keduanya tampak saling terdiam. Dari raut wajahnya Bundanya sebenarnya sudah tampak lelah dan banyak sekali yang di pikirkan."Ya udah Bund, kita... Masuk dulu yu, Bunda istirahat deh kalau begitu," ucapnya saat baru turun dari mobil di depan halaman rumahnya. "Eh, jeng jeng, tahu nggak... Si Nisa itu kemarin pu
Huling Na-update: 2025-11-19
Chapter: Apa maafku diterima ?"Iya, tapi Dia lebih jago sih dari Ayah. Skillnya lebih oke. Haha," ucap Bundanya, lalu ia berjalan ke pintu mobil dan mengajak Dara masuk. Tak berapa lama, kendaraan roda empat itu melesat meninggalkan area parkir PT. Relin Group. Perusahaan produk lokal yang di bangun oleh Pak Rustam sejak kecilnya triplet Niar, Nisa dan Nina. Sejak Pak Rustam memutuskan untuk pindah haluan dari seorang fotografer."Bund, Bunda kok pucat? bunda... Bunda nggak apa-apa kan? Kita, kita kerumah sakit dulu ya Bunda? Bunda pucat gitu?""Ah, nggak... Bunda nggak apa-apa. Capek aja mungkin. Pulang aja, nggak perlu ke rumah sakit, nanti Bunda pakai tidur juga normal lagi." ucap Bunda Alina. Kemudian keduanya tampak saling terdiam. Dari raut wajahnya Bundanya sebenarnya sudah tampak lelah dan banyak sekali yang di pikirkan."Ya udah Bund, kita... Masuk dulu yu, Bunda istirahat deh kalau begitu," ucapnya saat baru turun dari mobil di depan halaman rumahnya. "Eh, jeng jeng, tahu nggak... Si Nisa itu kemarin pu
Huling Na-update: 2025-11-19
Chapter: kasih Bunda tiada Tara 2"Apa mereka memperlakukanmu tidak baik? Sering memukulimu kah? Atau... sering mencacimu ya?" tanya Bundanya sembari melihat mata Nisa. Kemudian beralih menatap badan Nisa yang sekarang kurus, tak seperti dulu saat terakhir kali Bundanya melihatnya. Sejenak Nisa terdiam. Setelah beberapa detik dia pun tertawa hingga membuat Bundanya bingung."Kok malah ketawa.""Hehehe, enggak Bund, Keluarga Mas Dimas memperlakukanku dengan baik kok. Ibunya Mas Dimas baik, istrinya juga baik bahkan seperti malaikat. Mbak Zahra namanya bund. Dia baik kok. Bahkan aku yang merasa bersalah padanya, sampai saat ni aku masih punya hutang maaf padanya. Entah, mungkin suatu saat nanti kalau aku udah siap, aku kembali ke sana untuk minta maaf langsung pada mbak Zahra," jawab Nisa, Tapi malah membuat Bundanya bingung."Tapi belakangan Mas Dimas sudah mulai berubah bund. Dia tak pernah menghargai keberadaanku. Terakhir kali, mas Dimas sama mbak Zahra sudah bercerai. Mbak Zahra akhirnya melepaskan Mas Dimas, tapi
Huling Na-update: 2025-11-19
Chapter: kasih Bunda tiada tara"Mas, tunggu!!!" "Kenapa Neng?" Dimas berhenti lalu menoleh setelah mendengar panggilan dari wanita yang pernah, bahkan masih sampai saat ini mengisi hatinya. Zahra tampak melangkah maju beberapa langkah ke depan, "Ada apa? Jangan bilang kamu mau menolak itu. Apa karena sekarang kamu sudah di kasih jatah sama si Zean itu?" "astagfirullah, pikirannya. Baru aja aku heran kok tumben nggak marah-marah. Rupanya aku salah! Aku cuma mau tanya Mas, kamu sudah tahu keberadaan Nisa dimana?" "Eum, belum." "Ck. Mas, walau bagaimana pun ada anak juga di dalam Rahim Nisa yang menjadi kewajibanmu atas nafkahnya. Bukan hanya Rayyan dan Zahwa." "Iya, aku tahu kok Neng. Nanti aku akan mencarinya, prediksi aku dia pulang ke Bogor." "Gampang banget ya mas kamu kalau ngomong? Kalau tidak? Bukankah terakhir Ayahnya bilang tidak mau menerimanya lagi setelah memilih menikah dengan mu?" "Neng... Kenapa kamu masih perduli dengannya?" "Ya karena aku juga seorang perempuan." "Ck. Sudahlah Neng
Huling Na-update: 2025-11-19
Chapter: kata Cinta ? untuk apa ?"Hm... Takutnya kalau kamu langsung mengungkapkannya sekarang dia malah makin jauh Zeann. Aku pernah bicara ke dia, untuk saat ini fokusnya masih ke anak. Mungkin kamu juga bisa memulainya dari situ.""Ambil hati anak-anaknya dulu kan?""Nah, itu tau... ""Baiklah, ku ikuti saranmu suhu,""Dasar! Gitu aja pake di ajarin segala!" ucap Resti sembari melempar batu kecil ke Zean.Tak berapa lama Zahra datang bersama anak-anak. Mereka tampak berlarian sembari membawa beberapa bungkus jajan."Disitu kesalahan pertamamu, Zean." bisik Resti ke Zean"Apa?""Kamu kurang peka! Harusnya kamu lah yang jajanin mereka!""Mana aku tahu, Resti. Tadi waktu aku pergi bentar mereka masih di sini kok,""Halah, dasar nggak peka!""Oh hai... Sorry ya lama. Anak anak tadi rewel minta jajan. Wah, kok dapat bunga edelweish dari mana Zean? Emang di sini ada yang jual?" tanya Zahra saat melihat Zean memegangi bunga yang di bawanya tadi."Mmmm, mmm""Oh, ini bungaku Za, tadi Dani yang beli di Tengger." ucap Resti
Huling Na-update: 2025-11-10
Chapter: Dalam jerat Takdir***Jam menunjukkan pukul 14.30. Sinar matahari sore menyelinap melalui celah-celah gedung pencakar langit, menyorot debu-debu yang melayang di udara kantor PT Maple Atmajaya. Suasana kantor yang biasanya ramai dengan deru mesin ketik dan obrolan ringan, kini terasa lebih tenang. Sebagian besar karyawan telah pulang, meninggalkan suasana hening yang hanya diiringi oleh detak jarum jam dan suara keyboard yang sesekali ditekan. Di ruangannya, Rizan duduk tegak di kursinya. Tatapannya terpaku pada layar laptop, jari-jari lentiknya bergerak cepat mengetik. Alisnya sedikit mengerut, seakan sedang bergulat dengan masalah rumit. Secangkir kopi hangat yang baru saja dibuat oleh Pak Budi, OB kantor, menghiasi mejanya. Sesekali, Rizan menyeruput kopinya, menikmati kehangatannya sebagai teman setia dalam menyelesaikan pekerjaannya. Aroma kopi robusta yang kuat bercampur dengan aroma kertas dan tinta memenuhi ruangan itu. Di luar jendela, lalu lintas kota mulai padat. Suara klakson mob
Huling Na-update: 2025-10-29
Chapter: Istana Atmajaya"Di jidatmu!!! Ya jelas lah di situ! Kamu sekolah kan? Bisa baca kan? Di situ sudah jelas, letak dimana kamu tanda tangan!" ucap Rizan lagi.Alin segera mengusap air matanya dengan kasar, lalu segera membubuhkan tanda tangan di atas materai itu."Bagus. Kalau gitu kita akan menikah besok!""Hah? Besok?""Kenapa? Kamu mau balik ke dalam sana lagi?""Tapi Pak... Ayah ibuku... Belum tahu,""Gampang!""Jalan!""Baik tuan!"Mobil hitam itu melaju mulus di jalan raya. Di dalamnya, Rizan dan Alin duduk berdampingan di kursi belakang, dipisahkan oleh rasa canggung.Lampu-lampu kota berkelap-kelip di luar jendela, membentuk labirin cahaya yang membingungkan.Di dalam mobil, Rizan dan Alin terkurung dalam keheningan malam. Kegelapan di luar seakan merefleksikan kegelapan yang melingkupi hati mereka. Hanya cahaya redup dari lampu dalam mobil yang menerangi wajah mereka yang tampak lelah dan tegang. Suara mesin mobil dan deru ban di aspal menjadi satu-satunya penanda perjalanan mereka menuju rum
Huling Na-update: 2025-10-29
Chapter: Kilas Balik Alin"Buk... Ibuk... Assalamu'alaikum!!!" Gadis cantik berambut lurus tergerai itu berlari dengan girang mendekati ibunya yang tengah memasak. Ia baru pulang sekolah, meski jam menunjukkan masih pukul sepuluh pagi."Loh, kok sudah pulang, Al? Baru jam sepuluh kan?" tanya Bu Hanum sembari mengulurkan tangannya. Alin pun segera menyambut dan mencium punggung tangannya dengan takdzim. "Iya, Bu. Kan sudah tidak ada pelajaran. Oh ya bu, coba lihat!!! Nilai Alin sudah keluar bu!!!" ucap Alin lagi dengan mata berbinar."Wah... Alhamdulillah... Anak ibu pintar sekali," ucap Bu Hanum kagum. "Bagus? Untuk apaaaa punya nilai bagus, kalau nggak bisa buat nyari duit!" Ayah Alin, Pak Rustam baru saja masuk ke dapur dan menimbrung dengan kalimat menohok, membuat suasana yang semula riang menjadi hening. Seketika Alin pun terdiam."Kopi, buk!" ucap Pak Rustam sembari meletakkan gelas kopinya dengan kasar.Bu Hanum meraih gelas itu, sambil berbicara, "Siapa bilang nilai bagus tidak ada gunanya. Nilai ba
Huling Na-update: 2025-10-29
Chapter: Pertemuan Malam itu"A a ampun Tuan... Jangan, jangan sentuh Alin, Alin mohon..." Wanita berpakaian mini berwarna purple itu berjalan mundur seirama dengan pria berbadan kekar yang melangkah di depannya dengan tatapan penuh nafsu. Pria itu sama sekali tidak menggubris Alin yang tampak ketakutan. Ia terus mendekat, bahkan kini wajahnya dengan wajah Alin hanya berjarak lima centi meter saja. hembusan nafas hangat, memburu dari pria itu juga sangat terasa jelas di wajah Alin. Alin tak berhenti memohon walau terus di abaikan. Tubuhnya tampak menegang dan panas dingin terasa menjalar keseluh tubuhnya, tangan mungilnya itu juga tampak mencengkram sisi kanan kiri rok mini yang ia pakai itu. Tubuhnya yang mungil tak mampu untuk melawan pria didepannya, sekalipun melawan, ia sangat yakin jika ia akan kalah, tubuhnya tak ada apa-apanya di banding dengan tubuh kekar itu. 'Bruk!'Pria itu kemudian mendorong Alin ke kasur, lalu ia membuka kancing kemejanya dengan kasar serta menarik ikat pinggangnya. Sementara A
Huling Na-update: 2025-10-27