
Nyonya, Tuan Presdir Sedang Mencari Putrinya
Flora hancur.
Ia pergi membawa luka dan sebuah rahasia besar—bahwa ia tengah mengandung anak Nathan yang kini berusia empat bulan dalam kandungannya. Tak ingin anaknya tumbuh dalam lingkungan penuh kebencian, Flora memilih untuk diam dan menghilang. Ia pindah ke sebuah desa terpencil bersama neneknya yang bernama Marlina, yang kini sudah rentan berusia 72 tahun, lalu melahirkan seorang bayi perempuan cantik dan manis yang ia beri nama Nayla, dia putih bermata khas seperti ayahnya. Flora Andini, seorang wanita yang kini berusia 24 tahun dan tubuh mungil itu harus membesarkan Nayla dengan penuh kasih sayang, menjalani kehidupan sederhana sebagai petani, meskipun hidup dalam keterbatasan, namun damai.
Tiga tahun berlalu.
Kehidupan Flora tampak tenang meski sering kali dihimpit kesulitan ekonomi. Nayla, putrinya, tumbuh menjadi gadis kecil yang cerdas dan manis. Namun, takdir kembali mempertemukannya dengan masa lalu. Perusahaan Marshall Group membuka sebuah proyek besar di dekat desa tempat Flora tinggal. Nathan turun langsung untuk meninjau proyek tersebut dan tanpa sengaja ia melihat Flora bersama Nayla. Seketika hatinya terusik—wajah Nayla terlalu mirip dengannya. Terlalu familiar untuknya.
Didorong oleh rasa penasaran yang besar, Nathan meminta asistennya untuk melakukan penyelidikan. Hasil penyelidikan itu mengguncang hatinya: Nayla adalah anak kandungnya.
"Nayla anakku, bukan anakmu! Ia bukan bagian dari keluarga Marshall!” seru Flora di malam itu, setelah Nathan mengembalikan Nayla yang sempat menghilang selama hampir 24 jam. Peristiwa itu membuat Flora dan neneknya panik bukan main.
“Dia anakku, Flora! Kau tak bisa terus mengelak!” Nathan membalas dengan nada tinggi. “Bagaimanapun, darahku mengalir di tubuh Nayla. Ia adalah darah dagingku!”
Baca
Chapter: Badai Itu Kembali DatangMalam berganti dengan cepat. Kegelapan yang menyelimuti langit tak ubahnya seperti kabut kelam yang menyelimuti hati Flora. Setelah seharian mencari Nayla tanpa hasil, tubuhnya mulai melemah, namun tidak dengan semangatnya. Ia duduk di beranda rumah, memeluk lutut, menatap jalan setapak yang sepi dengan tatapan kosong. Air matanya telah mengering, menyisakan perih yang mengendap di dada.Nathan mendapatkan informasi dari salah satu bawahannya jika Nayla hendak dibawa keluar pulau dan sedang dalam perjalanan menuju sebuah pelabuhan oleh ibunya, Veronica. Sementara itu, Nathan berada di dalam mobil, masih berusaha menghubungi sang ibu, Veronica Marshall. Berkali-kali ia menekan nomor yang sama, namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Kepalanya berdenyut karena panik dan lelah, tapi naluri sebagai seorang ayah tak membiarkannya berhenti terlebih ketik dia melirik ke arah Flora, hatinya terasa semakin hancur. Saat ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk dari seseorang yang tak dikenal. “D
Terakhir Diperbarui: 2025-02-03
Chapter: Melisa Datang Nayla HilangSuasana rumah sederhana milik Flora sore itu mendadak berubah panas ketika sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan halaman. Flora yang tengah menyiram tanaman di pekarangan, mengerutkan dahi melihat sosok tinggi semampai turun dari kendaraan. Wajahnya cantik sempurna, namun matanya menyala penuh amarah.“Melisa Gunawan,” gumam Flora pelan, tubuhnya kaku.“Jadi ini tempatmu bersembunyi, Flora Andini!” seru Melisa tajam, suaranya menggema menusuk udara sore yang damai. “Hidup seperti wanita desa, namun masih merebut apa yang menjadi milikku!”“Melisa, hentikan omong kosongmu itu!” ucap Flora tenang, meski jantungnya berdegup tak karuan.Melisa berjalan cepat menghampiri, hak sepatunya menghentak tanah dengan kasar. “Kau tahu persis maksudku! Jangan berpura-pura polos! Kau pikir hanya karena Nathan datang beberapa kali ke mari, kau bisa kembali menguasai hatinya?”“Sudah cukup, Melisa. Ada anak kecil di sini,” bisik Flora, menoleh ke arah anak kecil yang berdiri di ambang pintu bersam
Terakhir Diperbarui: 2025-02-03
Chapter: Pertemuan Yang Tak DisangkaTiga tahun telah berlalu.Langit pagi di desa kecil tempat Flora menetap kini terlihat lebih jernih dibandingkan langit kota yang dulu penuh kebisingan dan kabut polusi. Kabut tipis menggantung di atas sawah dan ladang, menciptakan pemandangan yang menenangkan bagi siapa pun yang melihatnya.Di sebuah rumah sederhana yang berdiri di pinggir kebun kecil, Flora Andini kini hidup sebagai seorang petani. Ia mengelola sebidang tanah warisan keluarga dengan penuh kesabaran. Hidupnya tak lagi mewah, tak lagi dikelilingi pelayan atau fasilitas kelas atas. Tapi di balik segala kesederhanaan itu, ia menemukan hal yang selama ini tak pernah ia temukan di rumah mewah keluarga Marshall—ketenangan.Di tengah kesibukannya mengangkut hasil panen sayuran ke dalam keranjang rotan, terdengar tawa kecil dari balik pintu rumah kayu itu.“Nayla Tiara Maharani, jangan lari-lari, Nak. Kotor bajumu nanti,” seru Flora lembut sambil tersenyum.Seorang anak perempuan kecil berambut ikal dan bermata bulat keluar
Terakhir Diperbarui: 2025-02-03
Chapter: Sudah Menjadi AsingLangkah Flora mulai gontai. Tubuhnya menggigil, bukan hanya karena dingin dari angin sore yang menusuk tulang, tapi karena jiwanya terasa kosong. Pipinya masih perih karena tamparan Veronica dan hatinya remuk karena pengkhianatan cinta yang selama ini ia perjuangkan.Rumah kecil di ujung gang sempit itu akhirnya terlihat. Rumah neneknya—satu-satunya tempat yang dulu selalu membuatnya merasa aman. Namun kini, bahkan untuk berdiri tegak di depan pintu itu saja, lutut Flora nyaris tak mampu lagi menopang tubuhnya.Langkah kakinya menyeret, menimbulkan bunyi gesekan yang lemah di atas ubin teras. Bunyi itu cukup membuat sang nenek, yang kerap di sapa Nyai Marlina, yang tengah duduk membaca doa di ruang tengah, segera berdiri dan membuka pintu.“Siapa di luar sana?” serunya panik.Begitu pintu terbuka, tubuh Flora langsung ambruk di kaki wanita tua itu.“Ya tuhan! Flora!!” jerit neneknya kaget, ia langsung bersimpuh memeluk tubuh cucu satu-satunya yang tergeletak tak sadarkan diri.Nenek M
Terakhir Diperbarui: 2025-02-03
Chapter: Diusir Tanpa Kesalahan"Mulai hari ini kau keluar dari rumah ini, Flora Andini!"Suara bariton Nathan terdengar mengelegar di seluruh ruangan. Suaranya menyayat udara, membelah suasana pagi yang seharusnya damai menjadi mencekam. Semua mata yang hadir di ruang tamu mewah keluarga Marshall tertuju pada pasangan muda itu."Kau bukan lagi siapa-siapanya dari keluarga Marshall!"Jari telunjuk Nathan pria berusia 28 tahun yang memiliki tubuh tegap dan proporsional itu menunjuk tajam ke arah wajah Flora, membuat gadis itu menunduk dalam, seperti seorang pesakitan. Sorot matanya tak lagi lembut seperti dulu—yang ada hanyalah bara kemarahan yang membakar habis sisa kasih yang pernah tumbuh di antara mereka."Nathan, maafkan aku! Aku mohon dengarkan penjelasan aku terlebih dahulu!"Tubuh mungil Flora bersimpuh dengan lututnya yang menyentuh lantai marmer yang dingin. Suaranya parau, matanya sembab, tetapi masih menyimpan secercah harapan. Namun, tangan yang ia julurkan untuk meraih suaminya justru ditepis kasar. Tub
Terakhir Diperbarui: 2025-02-03