Share

Ketegangan Di Rumah Sakit

Author: A Dreamer
last update Last Updated: 2025-08-15 11:40:25

Flora tiba di rumah sakit dengan langkah tergesa, wajahnya pucat, napasnya memburu. Ia baru saja mendapat telepon dari salah satu perawat yang mengenalnya, mengabarkan bahwa Nathan dibawa ke Unit Gawat Darurat. Di pelukannya, Nayla terlelap, masih menyisakan bekas air mata di pipinya.

Begitu sampai di lorong rumah sakit, pandangannya langsung tertuju pada Veronica, Melisa, dan Tuan Marshall. Ketiganya berdiri bersama, seolah menghadang jalan menuju ruang tindakan. Flora menatap mereka satu per satu, matanya tajam, tapi suaranya bergetar.

“Di mana Nathan?” tanyanya.

Veronica menoleh, wajahnya tegang. “Dia di dalam. Kondisinya kini kritis.” Nada bicaranya berbeda tidak lagi penuh kebencian, tapi ada nada gentar yang jarang Flora dengar.

Flora melangkah maju. Namun Melisa berdiri di depannya, menahan dengan sengaja. “Kau tidak perlu di sini. Kau hanya membuatnya semakin tertekan.”

Flora menatapnya dingin. “Aku adalah orang yang seharusnya berada di sisinya. Kalian yang membuatnya seperti ini.”

Melisa mendecak, tapi sebelum kata-kata pedasnya keluar, pintu ruang tindakan terbuka. Dokter keluar, wajahnya serius.

“Kami membutuhkan keputusan segera untuk melakukan operasi,” ucapnya. “Risiko besar, tapi ini satu-satunya cara.”

Semua mata terarah pada Veronica dan Tuan Marshall. Veronica terlihat ragu, matanya bergulir ke arah Flora yang berdiri di dekatnya. “Jika aku setuju, kau harus keluar dari hidupnya,” ujarnya pelan, nyaris berbisik namun cukup jelas untuk didengar.

Flora terpaku. “Apa maksudmu?”

“Operasi ini butuh ketenangan pasca perawatan dan kau, Flora, adalah sumber stres terbesar dalam hidupnya,” lanjut Veronica, suaranya tajam meski nadanya menahan emosi.

Flora menggeleng, air matanya mulai menetes. “Aku tidak akan meninggalkan Nathan. Tidak sekarang.”

Namun, suara lemah dari dalam ruangan membuat semua orang terdiam.

“Flora.” panggilan itu lirih, nyaris tak terdengar.

Flora menoleh cepat. Nathan terbaring di ranjang, pintu ruang tindakan belum sepenuhnya tertutup. Matanya setengah terbuka, tangannya terangkat lemah, mencoba meraih seseorang, Flora.

Flora langsung berlari mendekat, namun sebelum ia sempat menyentuh Nathan, alarm monitor jantung berbunyi nyaring. Para dokter dan perawat berteriak, bergegas masuk, mendorong Flora keluar.

“Jantungnya berhenti! Siapkan defibrillator!”

Pintu tertutup rapat. Flora terpaku di luar, memeluk Nayla erat-erat. Dari balik kaca kecil di pintu, ia bisa melihat cahaya kilat dari alat kejut listrik, tubuh Nathan yang terangkat, dan wajah para tenaga medis yang penuh ketegangan.

Veronica menutup mulutnya dengan kedua tangan, Melisa memucat dan Tuan Marshall berdiri kaku.

Suara monitor berubah menjadi nada panjang.

Tidak ada detak.

Lalu hening.

***

Kalau kamu mau, aku bisa langsung bikin bab setelahnya dengan twist apakah Nathan berhasil diselamatkan atau justru terjadi kejadian yang akan mengubah hidup Flora dan Nayla sepenuhnya.

Mau aku langsung teruskan ke bagian itu?

Oke, aku akan lanjutkan dalam bab yang sama, tetap mempertahankan ketegangan dan memberi kelanjutan setelah suara monitor itu.

***

Flora merasakan lututnya lemas. Nada panjang dari monitor jantung seperti menghentikan detaknya sendiri. Nayla terbangun, menggeliat di pelukan ibunya, menatap bingung ke arah pintu yang tertutup rapat.

“Ibu Ayah kenapa?” tanyanya lirih, suaranya gemetar.

Flora tak sanggup menjawab. Air matanya mengalir deras, membasahi pipi putrinya. Veronica mundur beberapa langkah, menabrak dinding, kedua tangannya menutup wajahnya rapat-rapat. Tuan Marshall berdiri mematung, tapi rahangnya mengeras.

Di balik pintu, suara dokter terdengar memerintah cepat.

“CPR! Tekan lebih kuat! Jangan berhenti!”

Suara hentakan di dada Nathan terdengar samar. “Satu, dua, tiga.”

Flora menunduk, berdoa dengan suara tercekat. “Ya Allah. jangan ambil dia dari kami.”

Detik terasa seperti menit. Hingga tiba-tiba, monitor jantung memancarkan bunyi beep beep beep pelan tapi teratur. Semua orang di lorong itu serempak mengangkat kepala.

Dokter keluar lagi, kali ini napasnya terlihat lega. “Kami berhasil mengembalikan detaknya. Tapi kondisinya sangat rapuh. Dia akan langsung dibawa ke ruang operasi. Sekarang.”

Flora ingin masuk, ingin melihat Nathan, tapi dua perawat mencegahnya. “Mohon maaf, Nyonya. Kami harus segera membawanya.”

Saat ranjang dorong keluar, Nathan terbaring pucat dengan tabung oksigen, matanya setengah terbuka. Jari-jarinya bergerak lemah, seolah mencari sesuatu. Flora mendekat cepat, memegang tangannya.

“Nathan, aku di sini,” ucap Flora sambil menahan tangis.

Bibir Nathan bergerak pelan, mengucapkan sesuatu. Flora mendekat, nyaris menempelkan telinganya.

“Jangan… percaya… mereka…”

Sebelum Flora sempat bertanya, perawat mendorong ranjang menuju ruang operasi.

Flora berdiri terpaku. Kata-kata itu menusuk pikirannya. Siapa yang dimaksud Nathan? Veronica? Melisa? Atau… seseorang yang lain?

Saat ia berbalik, tatapannya bertemu dengan Melisa yang tersenyum tipis, senyum yang membuat bulu kuduknya meremang.

“Aku harap dia selamat,” ucap Melisa lirih, tapi sorot matanya mengatakan hal berbeda seperti ada rahasia yang sengaja disembunyikan.

Flora menelan ludah, dada terasa sesak.

Di saat yang sama, telepon di saku bajunya bergetar. Nomor tak dikenal. Dengan ragu ia mengangkat.

Sebuah suara berat, asing, terdengar di seberang.

“Kalau mau Nathan keluar hidup-hidup… temui aku malam ini. Sendirian. Dan jangan bilang siapa pun.”

Sambungan terputus.

Flora mematung. Ruang operasi baru saja dimulai, tapi ancaman baru sudah menunggu di luar sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Sedang Mencari Putrinya   Luka Yang Tak Terlihat

    Sudah hampir dua bulan sejak malam kelam di gudang tua itu berlalu. Luka di tubuh Nathan telah mengering, dan luka di bahu Flora pun perlahan sembuh. Namun, luka yang tertinggal di hati mereka tidak sesederhana itu.Rumah Nathan kini jauh lebih tenang. Tak ada lagi penjaga berseragam hitam di setiap sudut, tak ada ketegangan bisnis yang membuat udara rumah terasa sesak. Hanya suara Nayla yang sesekali memecah keheningan dengan tawa kecilnya.Namun, di balik kedamaian itu, ada jarak yang belum sepenuhnya hilang.***Pagi itu, cahaya matahari menembus jendela kaca ruang makan, menciptakan kilau keemasan di atas meja. Nathan sedang menuangkan kopi ketika Flora masuk dengan langkah pelan, rambutnya masih sedikit berantakan. Ia mengenakan gaun rumah berwarna lembut, tampak sederhana namun menenangkan.“Pagi,” sapa Nathan dengan senyum hangat, tapi senyum itu sedikit kaku.“Pagi,” balas Flora pelan, duduk di kursi berhadapan dengannya.Keheningan menggantung beberapa detik sebelum Nathan ak

  • Nyonya, Tuan Presdir Sedang Mencari Putrinya   Comta Yang Tak Mudah Mati

    Sirene polisi meraung semakin keras, menggema di antara dinding gudang tua itu. Lampu merah biru menari liar di antara debu dan asap senjata. Di tengah kekacauan itu, Nathan menunduk, tubuhnya gemetar, memeluk Flora yang bersimbah darah di pelukannya.“Flora… bertahanlah, dengar aku…” suaranya parau, nyaris pecah. “Aku di sini, sayang. Aku tidak akan pergi lagi.”Flora berusaha tersenyum, bibirnya bergetar. “Kau… seharusnya… masih di rumah sakit…”Nathan memejamkan mata, air mata menetes di pipinya. “Aku dengar kau hilang. Aku cabut infus, paksa diri keluar. Aku tak bisa biarkan kau sendirian.”Sebelum Flora sempat menjawab, suara langkah berat dan bentakan polisi menggema dari luar.“Letakkan senjatamu, Reno! Kau dikepung!”Reno yang masih berdiri beberapa meter dari mereka menoleh cepat. Wajahnya pucat, keringat menetes di pelipisnya. Senjatanya terangkat, matanya liar.“Jangan mendekat!” teriaknya. “Kalian tidak tahu apa yang kalian lakukan! Aku punya bukti—semuanya ada di sini! Me

  • Nyonya, Tuan Presdir Sedang Mencari Putrinya   Pilihan Yang Berat

    Flora menelan ludahnya. Kalimat pria itu menampar kesadarannya, menimbulkan rasa takut sekaligus penasaran yang saling bertabrakan di dalam dadanya.“Aku tidak mengerti,” ucap Flora lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh deru mesin. “Kalau kau tidak ingin dia mati, kenapa kau membuatku datang sendirian malam-malam begini?”Pria itu menyeringai samar, menghembuskan asap rokok ke arah jendela. “Karena hanya kau yang bisa menyelamatkannya, Flora Andini.”Jantung Flora serasa berhenti berdetak. Ia menatap pria itu penuh tanda tanya. “Menyelamatkannya? Bagaimana maksudmu?”Tatapan mata pria itu berkilat dingin. “Ada sesuatu yang ditanamkan di perusahaan milik Nathan—dokumen yang bisa menghancurkan reputasi seluruh keluarga Marshall. Kalau aku memberikannya ke tangan yang salah, Nathan tidak akan pernah keluar hidup-hidup dari meja operasi itu.”Flora tercekat, pandangannya bergetar. “Jadi ini... ancaman?”“Bukan ancaman,” pria itu mengoreksi, “kesempatan. Aku bisa memastikan tim medis beker

  • Nyonya, Tuan Presdir Sedang Mencari Putrinya   Tawaran Yang Menghancurkan

    Malam itu, pilihan Flora hanya dua, menyerahkan dirinya ke dalam jebakan yang ia tak tahu pasti atau membiarkan Nathan berjuang sendirian di ruang operasi yang penuh risiko. *** Flora menggenggam ponselnya erat-erat, layar yang sudah gelap terasa seperti bara di telapak tangannya. Suara asing itu masih bergema di telinga, menancap tajam di pikirannya. “Kalau mau Nathan keluar hidup-hidup, temui aku malam ini. Sendirian.” Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia melirik sekilas ke arah Veronica, Melisa dan Tuan Marshall yang sibuk membicarakan tindakan medis berikutnya dengan dokter. Tidak ada seorang pun yang memperhatikan Flora. “Siapa yang meneleponmu?” suara kecil Nayla membuat Flora tersentak. Putrinya menatap dengan mata berkaca-kaca, penuh rasa ingin tahu sekaligus ketakutan. “Bukan siapa-siapa, sayang,” jawab Flora cepat sambil menyembunyikan ponsel ke dalam tasnya. Ia memeluk Nayla lebih erat, seolah dengan itu ia bisa menyembunyikan kegelisahan yang semakin menyesa

  • Nyonya, Tuan Presdir Sedang Mencari Putrinya   Ketegangan Di Rumah Sakit

    Flora tiba di rumah sakit dengan langkah tergesa, wajahnya pucat, napasnya memburu. Ia baru saja mendapat telepon dari salah satu perawat yang mengenalnya, mengabarkan bahwa Nathan dibawa ke Unit Gawat Darurat. Di pelukannya, Nayla terlelap, masih menyisakan bekas air mata di pipinya.Begitu sampai di lorong rumah sakit, pandangannya langsung tertuju pada Veronica, Melisa, dan Tuan Marshall. Ketiganya berdiri bersama, seolah menghadang jalan menuju ruang tindakan. Flora menatap mereka satu per satu, matanya tajam, tapi suaranya bergetar.“Di mana Nathan?” tanyanya.Veronica menoleh, wajahnya tegang. “Dia di dalam. Kondisinya kini kritis.” Nada bicaranya berbeda tidak lagi penuh kebencian, tapi ada nada gentar yang jarang Flora dengar.Flora melangkah maju. Namun Melisa berdiri di depannya, menahan dengan sengaja. “Kau tidak perlu di sini. Kau hanya membuatnya semakin tertekan.”Flora menatapnya dingin. “Aku adalah orang yang seharusnya berada di sisinya. Kalian yang membuatnya seperti

  • Nyonya, Tuan Presdir Sedang Mencari Putrinya   Badai Itu Kembali Datang

    Malam berganti dengan cepat. Kegelapan yang menyelimuti langit tak ubahnya seperti kabut kelam yang menyelimuti hati Flora. Setelah seharian mencari Nayla tanpa hasil, tubuhnya mulai melemah, namun tidak dengan semangatnya. Ia duduk di beranda rumah, memeluk lutut, menatap jalan setapak yang sepi dengan tatapan kosong. Air matanya telah mengering, menyisakan perih yang mengendap di dada.Nathan mendapatkan informasi dari salah satu bawahannya jika Nayla hendak dibawa keluar pulau dan sedang dalam perjalanan menuju sebuah pelabuhan oleh ibunya, Veronica. Sementara itu, Nathan berada di dalam mobil, masih berusaha menghubungi sang ibu, Veronica Marshall. Berkali-kali ia menekan nomor yang sama, namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Kepalanya berdenyut karena panik dan lelah, tapi naluri sebagai seorang ayah tak membiarkannya berhenti terlebih ketik dia melirik ke arah Flora, hatinya terasa semakin hancur. Saat ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk dari seseorang yang tak dikenal. “D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status