Alea mengangkat tangannya menyentuh pipi Arka,” aku kangen kamu,” lirihnya lagi.
Alea mencoba untuk memberanikan diri melakukan itu, dibalasnya tatapan Arka. Kedua manik mata itu menyimpan kerinduan yang mendalam.
Tanpa permisi aliran bening di pelupuk mata Alea mengalir perlahan membasahi pipinya. Arka yang melihat langsung mengelap aliran itu agar pipi indah Alea tidak basah.
“Jangan menangis, aku juga merindukanmu. Aku minta maaf atas kesalahan ku yang lalu. Aku janji tidak akan mengulangi dosa itu lagi, aku akan lebih berhati-hati lagi pada semua orang.”
Arka kembali mengungkapkan rasa penyesalannya. Tanpa aba-aba keduanya langsung berpelukan meluapkan rasa rindu dan sayang. Air mata itu kembali lagi membasahi pipi Alea, membuat kemeja yang digunakan Arka ikut basah.
“Jangan nanggis terus, aku juga ikut sedih lihatnya,” ujar Arka yang melepaskan pelukannya demi menatap wajah Alea.
“Aku akan berus
“Ck,” Daffin berdecih saat panggilan itu berakhir. Daffin dari dulu memang tidak menyukai Clara. Sikap Clara yang selalu gampangan membuat Daffin tidak respect terhadapnya.Daffin melanjutkan tidurnya tubuhnya sudah lelah, pikirannya juga sudah lelah saatnya ia mengistirahatkan semua anggota tubuhnya.Agar menyambut hari esok lebih baik lagi.***Maya membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk dalam rentina matanya. Di rabanya di samping ia tidur, tapi tidak ia temukan seseorang yang biasa berada di tempat itu.Maya langsung duduk untuk mencari keberadaan sang suami, matanya mengawasi setiap sudut yang ada di kamar itu tapi ia tidak juga menemukannya.Maya langsung saja turun, berniat ingin mencari Arka di ruang kerjanya. Sambil mengingat hal apa yanag terjadi semalam?Maya takut jika ia kecolongan akan Arka yang pergi ke rumah Alea. Tapi saat Maya ingin membuka pintu kamarnya, dari luar Arka masuk sambi
Shela cukup kaget mendengar kabar jika rumah tangga sahabat lamanya mengalami masalah. Padahal yang ia tahu pasangan itu merupakan pasangan yang romantis dimasa mudanya. Sampai-sampai ia merasa iri dengan mereka.“Mudahan apapun masalahnya semoga cepat selesai,” batin Shela.Shela hanya bisa mendoakan sahabatnya itu. Ia tidak ingin bertanya atau ikut campur menurutnya itu privasi mereka apapun itu semoga ada jalan yang terbaik. Itulah harapan Shela saat mendengar kabar itu.“Sudah yuk sarapan,” ajak Shela yang melihat Daffin sudah selesai melakukan olahraganya.“Ayo,” sahut Daffin.Keduanya pun meninggalkan ruangan fitness itu, menuju rumah utama.“Aku mandi dulu mi,” ucap Daffin.Yang langsung masuk dalam lift. Saat pintu lift itu terbuka sang papi berada di depan menunggu pintu besi itu terbuka.“Pi,” sapanya.“Di tunggu mami sarapan tuh, aku mau mandi d
Daffin sedang berada di kamarnya, setelah melakukan perbincangan dengan sang papi di ruang kerja. Saat ini Daffin menatap MacBooknya untuk melihat email yang masuk, duduk di atas sofa mengamati setiap tulisan yang berada di layar pipih itu.Cukup lama Daffin berkutik dengan pekerjaan, hingga jam makan siang tiba. Sudah dua kali assisten rumah tangga memanggil dirinya untuk segera turun makan siang karena ditunggu oleh mami dan papinya.Padahal kerjaannya belum selesai. Dengan sangat terpaksa ia pun menutup MacBooknya dan bergabung dengan mereka.Setelah makan siang, Daffin pamit ingin kembali ke apartemen.***Alvira yang sudah menyelesaikan tugasnya kini duduk termenung sendiri.”Bagaimana bisa aku menjalani kehidupan rumah tangga bersama orang yang sama sekali tidak aku cintai. Sehari bersamanya saja bisa membuat aku tekanan, bagaimana jika aku satu atap dengannya?”Alvira terus membatin. Sepertinya ia menyesali keputusannya yan
Alvira duduk berhadapan dengan Daffin menunggu seseorang yang dikatakan oleh Daffin. Tidak ada percakapan yang terjadi diantara mereka.“Iya hallo,” ucap Daffin saat menjawab telepon yang masuk.Alvira menatapnya, “ sepertinya orang yang sejak tadi ditunggu,” batin Alvira.Dan betul saja tidak lama datang dua orang wanita menghampiri meja mereka. Saat mereka datang pelayan restoran juga datang dengan membawakan pesanan Daffin.“Ayo duduk, kita sambil makan,” ajak Daffin.“Terima kasih pak,” sahutnya.Mereka pun makan sambil berdiskusi tentang konsep yang akan digunakan. Alvira memilih diam saja mendengar pembicaraan mereka.“Oh ya, ini calon istri saya,” ucap Daffin mengenalkan.“Alvira,” ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat.“Desy, ini assisten saya Mia,” jawabnya mengenalkan diri.Disela-sela makan mereka, Daffin meng
Seketika Kevin menoleh ke arah Daffin dan juga Alvira. Niat untuk memperkenalkan diri malah ia kaget milihat mantan pacarnya bersama teman lamanya.Iya, yang nymaperin Clara adalah Kevin. Mantan pacar Alvira.“Alvira!” Seru Kevin.Alvira yang disebut namanya hanya tersenyum tipis. Daffin tidak melepaskan tangannya dari pinggul Alvira. Seakan memberitahu jika Alvira sudah jadi miliknya.“ Hey, apa kabar?” tanya Kevin yang dibuat sesantai mungkin. Kevin mengulurkan tangannya untuk berjabat.Uluran tangan itu diterima oleh Alvira.“Baik,” jawab Alvira.“Elo apa kabar?”Kini tangan Kevin berahli kepada Daffin.“Seperti yang lo lihat,” balas Daffin sambil menyambut uluran tangan Kevin.“Boleh gabung?” tanya Kevin lagi.Alvira mengangguk.“Silahkan!” ucap Daffin.Clara bingung melihat ketiga orang yang berada di depa
Selesai mandi Alvira merebahkan tubuhnya di atas kasur yang tidak begitu besar tapi cukup menampung dua orang. Tubuhnya begitu lelah setelah melakukan aktivitas seharian.Alvira membuka ponselnya mengusir rasa bosannya. Alvira mulai memainkan jarinya di atas ponselnya. Melihat laman sosial media miliknya. Lama ia tidak melihat beranda sosial medianya itu. Alvira menscroll ke bawah demi melihat postingan teman-teman dunia mayanya.Ia pun terhenti saat ia melihat postingan dari Kevin. Kevin memposting fotonya yang sedang bersandar di mobil sportnya menatap lurus ke depan dengan caption “Gua akan berjuang mendapatkannya”.Alvira yang membacanya langsung menegakkan tubuhnya, ia pun berpikir apa maksud dari caption tersebut?Tidak ingin besar kepala tapi captionnya seperti mengarah kepadanya.”Gua mikir apaan sih?” gumam ya sambil memukul pelan kepalanya.“Gua udah memutuskan, lagian bukan gua yang salah lebih dulu. Kalau bu
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh kedua keluarga besar itu. Hari bersejarah bagi putra-putri mereka. Sebuah ballroom hotel yang sudah disulap menjadi taman bunga mawar putih dan beberapa lampu kristal yang bergantung. Dekorasi bernuansa putih itu tampak sederhana sesuai request yang punya hajat.Di dalam kamar Alvira tampak tengang, ini hal nekat yang pertama kali ia lakukan. Seperti pada pengantin semestinya, Alvira begitu terlihat sangat cantik dengan menggunakan gaun hasil rancangan Miss Salsa. Sedikit polesan makeup di wajahnya dan rambut yang digulung sedikit berantakan dengan sisi kanan-kirinya di biarkan menjuntai sedikit, di sisipkan bunga melati untuk mempermanis tampilan rambutnya. Semua itu adalah hasil mahakarya Miss Salsa pria dengan postur tubuh sedikit gempal tapi gerakannya sangat gemulai.“Sayang, kamu cantik sekali!” seru Alea saat masuk ke dalam kamar rias Alvira.Alvira yang disanjung seperti itu tampak merona. Ia pun
Mata itu menatap mereka dengan memancarkan aura permusuhan, tak ada yang sadari jika pemilik mata itu tersebut menghunus tajam pada pasangan yang berada tidak jauh dari tempatnya.“Silahkan diminum pak,” ucap seseorang yang ditugaskan untuk melayani para tamu undangan. Kevin mengambil gelas berkaki kecil yang sudah diisi air berwarna merah itu, lalu meneguknya dengan cepat.Hatinya masih terbakar cemburu melihat sang mantan bersanding dengan teman lamanya.Iya, yang sedang menatap mereka adalah Kevin, entah dari mana Kevin bisa masuk soalnya acara yang Daffin buat cukup ketat, tidak ada yang boleh masuk tanpa ada kode barcode dari mereka.Tapi nyatanya Kevin lolos dan bisa masuk dalam ruangan itu. Tapi tidak ada yang menyadari kehadirannya di tengah-tengsh mereka.Dirasa ia tidak bisa berbuat apa-apa, dan apabila ia semakin lama di ruangan itu yang ada Kevin akan terus melihat kemesraan yang ditampilkan oleh pasangan pengantin baru itu.