Share

Pertemuan ke dua

Setelah pertemuan itu selesai Daffin segera keluar dari restoran tersebut untuk kembali ke kantor. Namun, saat ia sudah sampai di pakira mall, tidak sengaja ia menabrak seseorang lagi. Orang yang sama seperti di kampus tadi.

“Elo,” ucap Alvira penuh penekaan saat melihat orang yang berada tepat di depannya.

“Lo lagi, lo lagi,” ucap Daffin tak kalah sinis dengan Alvira.

Karena keduanya tadi sibuk dengan ponsel mereka masing-masing jadi mereka tidak melihat saat berjalan. Tidak ada kata maaf keluar dari mulut mereka, keduanya malah saling melemparkan tatapan sinis.

Alvira ditarik oleh vita untuk segera masuk ke dalam mall. Mereka saat ini berada di mall karena dosen yang mau mereka datangi tidak hadir, jadi vita mengajak alvira untuk mencari buku dan alat penunjang lainnya untuk persiapan KOAS yang sebentar lagi mereka jalani.

“Kenapa sih harus ketemu dia lagi,” gerutu Alvira sambil berjalan mengikuti vita.

“Jodoh lo kali,” sahut vita asal.

“Amit-amit dah, nikah sama om-om seperti itu. Yang ada malah tensi gua naik terus songong banget.”

“Itu bukan om-om Viirraaa,” jawab vita penuh tekanan tepat di wajah Alvira yang membuat langkah Alvira berhenti mendadak.

“Lo rabun atau gimana yah, cowok cakep gitu dibilang om-om. Gua aja kalau diajak nikah sama tuh orang nggak akan mikir dua kali deh langsung gua sanggupi aja tuh," lanjut Vita lagi, kemudian melangkah meninggalkan Alvira yang masih diam di tempatnya.

Alvira hanya memutarkan bola matanya jengah mendengar perkataan sahabatnya itu. Lalu berlari menyusul Vita yang sudah masuk ke dalam toko.

Toko yang lumayan besar itu menyediakan alat-alat yang akan mereka butuhkan. Sengaja mereka membelinya sekarang agar nantinya mereka sudah siap semua. Selesai membeli kebutuhannya keduanya singgah untuk membeli es cream kesukaan mereka masing-masing.

Alvira memyukai es cream dengan rasa coklat sedangkan vita vanila. Puas keduanya makan es cream kini Alvira dan vita kembali menyusuri jalan raya. Vita akan mengantarkan Alvira terlebih dulu.

***

Daffin terus mengerutu mulutnya tak henti mengumpat semenjak dirinya dan Alvira kembali bertemu dengan cara yang sama.

“Jadi cewek kok nggak ada lembut-lembutnya sih,” ucap Daffin yang sudah masuk mobil  dan duduk di bangku belakang.

“Kalau sekali lagi gua ketemu dia bakal gua kasih pelajaran tuh cewek,"lanjut Daffin dengan rahang yang masih mengeras.

Reiki yang duduk di bagian depan menemani pak Budi hanya diam mendengar ocehan sang bosnya. Ia takut untuk bersuara saat Daffin dalam emosi yang memuncak seperti ini. Entah mengapa emosinya meledak, apa karena ketabrak dengan alvira atau ada hal lain yang membuat Daffin Mallory seperti ini. Reiki membatin sendiri melihat bosnya.

Kini Daffin dan Reiki sudah berada di kantor, perusahaan yang dipengang Daffin bukanlah Perusahaan utama milik keluarga Mallory melainkan perusahaan anak cabang namun tidak kalah besar dengan perusahaan utama yang masih di pimpin oleh papinya pak Ahmad.

Sebenarnya papinya mempunyai adik laki-laki penerus kedua keturunan Mallory, namun saat usianya menginjak enam belas tahun, adiknya meninggal karena penyakit jantung yang dideritanya semenjak lahir. Padahal kedua orang tua mereka sudah mengobatinya hingga keluar negri dan keadaan Daffan sudah dipastikan oleh dokter membaik tapi sayang dokter hanya bisa memberikan keterangan sesuai dengan yang diperiksanya. Tapi tuhan berkehendak lain ia kembali menghadap sang ilahi saat usianya sudah mengijak remaja. Karena cintanya kepada sang adik papi Ahmad pun memberikan nama anaknya yang hampir sama dengan nama adik satu-satunya yaitu Daffin Mallory.

Daffin yang mempunyai postur tubuh yang atletis dengan warna kulit putih bersih dan rahang sedikit tegas yang ditumbuhi bulu-bulu halus membuat seorang Daffin banyak diminati wanita, karena selain tampangnya yang rupawan ia merupakan satu-satu pewaris di keluarga Mallory, karena ia tidak mempunyai adik maupun kakak. Tapi semua wanita itu diacuhkan olehnya padahal yang mendekati dirinya adalah pembisnis-pembisnis dan juga selebrtis hingga ada relasi bisnisnya ingin menjodohkan putri mereka dengan Daffin namun ia menolaknya secara langsung padahal ia belum bertemu dengan orang yang akan dijodohkannya.

Saat ini Daffin hanya ingin fokus untuk mengembangkan bisnisnya. Ia ingin seprti papinya yang berhasil membangun berbagai macam bisnis dengan banyaknya anak cabang yang tersebar. Wanita menurutnya hanya membuat kepalanya sakit.

Papinya sangat mendukung niatnya yang ingin memajukan perusahaan yang sekarang dikelolahnya. Berbeda dengan sang mami, maminya begitu tidak setuju kalau putra semata wayangnya hanya memikirkan bisnis tanpa mau memikirkan calon pendamping hidup. Mengingat usia Daffin yang sudah pantas untuk berumah tangga. Usia yang sudah mengijak kepala tiga itu, membuat mami terus menanyakan kapan dirinya menikah?

Tapi jawaban Daffin tetap sama belum ada yang cocok dengannya, jika ada yang cocok ia akan mengenalkan langsung pada mami.

Sebenarnya tidak ada kriteria tersendiri untuk menjadi keluarga Mallory, keluarga Mallory tidak pernah memandang seseorang dari jabatan atau materinya. Asalkan saling menyayangi dan mengerti maka papi dan mami bersedia menikahkan Daffin. Tidak serta merta karena Daffin mempunyai kekuasaan. Seperti maminya yang terlahir dari keluarga biasa saja, tapi mampu mendampingi sang papi hingga saat ini.

Maminya Daffin yang bernama Shela dulunya hanya seorang dari keluarga sederhana ayahnya hanya bekerja sebagai PNS ibunya seorang ibu rumah tangga. Karena pertemuan yang tidak sengaja oleh papi Ahmad dan mami Shela hingga berakhir sampai saat ini.

Di kantor Daffin duduk di kursi putarnya matanya fokus pada tumpukan kertas yang ada di atas meja. Membaca setiap tulisan yang ada di atas lembaran putih tersebut dengan teliti, selesai membaca dirinya membubuhkan tanda tangannya pada tempat yang telah disediakan. Daffin melakukannya hingga tumpukan itu habis tidak tersisa.

Fokusnya terganggu oleh ketukkan pintu, tidak ingin yang mengentuk menuggu terlalu lama ia pun menyuruh untuk segera masuk.

“Maaf pak nggangu,” ucap Reiki sang assisten.

“Ya ada apa?” tanyanya.

“Gini pak produk baru yang akan kita keluarkan minggu depan, sudah dikeluarkan oleh perusahaan lawan pak,” lanjut Reiki dengan setengah gugup saat menyampaikan.

Seketika rahang Daffin mengeras mencoba mencerna dari setiap kata-kata Reiki.

“Kenapa bisa, apa ada yang membocorkannya?” tanya Daffin dengan tangan yang sudah melipat di dada.

“Itu masih saya selidiki pak,” jawab Reiki yang berdiri di depan Daffin.

“Cepat selidiki dan beritahu saya, siapa yang berani menghianati saya,” titah Daffin.

“Baik pak,”sahut Reiki sambil menundukkan sedikit badannya ia pun meninggalkan ruangan Daffin.

Sepeniggalan Reiki, Daffin menghembuskan nafasnya secara kasar, ia pun membuka website lawan dan terpampang jelas produk yang baru, yang sama dan akan dikeluarkan minggu depan. Tapi produk itu sudah diklaim oleh perusahaan sebelah dan sama persis dengan yang dibuat oleh perusahaannya.

Daffin yakin kalau ada orang dalam yang menghiati dirinya,tidak mungkin produk itu sama persis. Ia pun mencoba mencari apa yang terjadi dalam perusahaannya sehingga bisa bocor seperti ini dan kalah cepat.

Karena masalah ini ia pun segera mengumpulkan semua dewan direksi beserta para staff tertinggi di perusahaan itu. Untuk membahas masalah yang terjadi sambil dirinya menyelidik siapa dalang dari semua itu.

BERSAMBUNG.....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rizki
Sangat menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status