Share

07. Undangan Pesta Dansa

Matahari masih enggan menampakkan diri, namun Luke sudah berada di taman. Padahal satu pun pekerja masih belum terlihat. Ia berlari kecil dengan penuh semangat. Ia menjilat ujung telunjuknya, lalu mengangkatnya ke udara.

"Baiklah! Arah anginnya sudah bagus! Saatnya meluncur!" seru Luke.

Luke masih bersikeras ingin menyelesaikan tugasnya. Ia berusaha menyimpan seluruh oksigen di dadanya. Jika ia berhasil berlari 3 putaran hari ini, ia akan lebih cepat kembali ke dunianya.

"Tuan Joan!"

Luke sontak menoleh sekilas tanpa menghentikan larinya. Entah mengapa ia sudah terbiasa dengan nama itu. Senyumnya langsung mengembang begitu melihat suster Elle.

"Suster Elle!" seru Joan.

"Tuan Joan! Mengapa Anda berlari di taman pagi-pagi sekali?! Anda baru pulang dari rumah sakit seminggu yang lalu!" kata Elle.

Wanita itu berlari tergopoh-gopoh dan langsung menarik sebelah tangan Luke hingga terjatuh ke belakang. Untung saja Luke tidak menimpa Elle. Tiba-tiba saja cahaya datang entah dari mana. Ia memutari Luke sembari terus tertawa.

"Anda gagal lagi, Kesatria!"

Luke mendecak. Ia bergegas berdiri dan membantu Elle. Ia berusaha keras untuk tidak menghiraukan ucapan cahaya yang terus meledeknya.

"Mari kita kembali ke dalam, Suster," kata Luke yang sudah berjalan di depan.

Elle mengangguk dan mengikuti langkah pria tersebut. Namun saat tiba di pintu masuk utama, Luke mendadak menghentikan langkahnya. Elle yang tidak memperhatikan ke depan, mau tidak mau menabrak punggung Luke.

"Ada apa, Tuan Joan?" tanya Elle.

Luke hanya diam. Di depannya sudah ada Caroline yang sedang berdiri sembari menatap ke luar jendela. Beberapa menit kemudian, nampaknya Caroline menyadari keberadaan mereka, lalu ia menoleh. Gadis itu terkejut, sebelah tangannya bergerak mengusap kedua matanya secara bergantian.

"A-apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Caroline dengan panik.

Luke menunjuk ke belakang. "Taman. Lalu Suster Elle menjemputku."

Elle tersenyum tipis, ia sedikit membungkuk dengan sopan. Caroline hanya menatapnya sekilas, lalu kembali menatap Luke.

"Suster Elle, Anda boleh pergi," kata Caroline.

Elle langsung pamit pergi meninggalkan kedua orang tersebut. Setelah kepergian Elle, Caroline mengulurkan sepucuk surat pada Luke.

"Ambil ini," ujar Caroline.

Luke menaikkan sebelah alisnya. "Apa ini?"

Helaan napas yang begitu berat lolos dari mulut Caroline. "Undangan pesta dansa jam 2 siang."

"Pesta dansa siang hari?"

Luke mengerutkan dahinya dan langsung membuka isi surat tersebut. Rupanya pesta dansa diselenggarakan di kediaman orang tua Caroline. Namun yang mengejutkan, tidak ada nama Luke di undangan tersebut. Justru nama Bran yang tertera.

"Tapi sepertinya aku tidak diundang," kata Luke sembari tertawa pelan.

"Jika aku pergi dengan Bran, menurutmu berita apa yang akan tersebar di media?"

"Benar juga," sahut Luke.

Caroline mendecih pelan, lalu pergi tanpa mengatakan apa pun. Setelah itu, Luke berjalan pelan sambil membaca isi surat yang ada di tangannya. Tiba-tiba saja cahaya mengikutinya. Tidak seperti biasanya, cahaya itu berkelip dan berubah warna menjadi biru.

"Tugas bernilai 10 sedang menunggu Anda, Kesatria!"

Luke menghentikan langkahnya lalu menoleh. "Tugas bernilai 10? Apa maksudnya?"

"Jika Anda berhasil menyelesaikan tugas ini, maka tugas Anda langsung dikurangi 10."

Senyum Luke mengembang. "Itu tandanya kalau aku berhasil, tersisa 89 tugas?"

"Benar sekali. Anda akan lebih cepat kembali!"

Luke yang sangat bersemangat tanpa sadar melepaskan surat di tangannya. Ia menatap cahaya itu dengan mata berbinar.

"Seperti apa tugasnya? Apa sangat sulit?" tanya Luke.

"Tugas kali ini tingkat kesulitannya menengah, Kesatria."

Luke mengerutkan dahinya dengan bingung. "Apa maksudnya?"

"Anda bisa saja mati jika tidak berhati-hati dalam tugas ini, Kesatria Luke!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status