Beranda / Fantasi / 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga / 06. Diselamatkan Caroline

Share

06. Diselamatkan Caroline

Penulis: Fit
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-30 23:25:28

Luke terus berjalan walau kakinya terasa hampir seperti lumpuh. Aroma itu semakin kuat dan masuk ke sebuah bar. Tanpa pikir panjang, ia langsung masuk ke tempat tersebut. Namun tiba-tiba langkahnya dipaksa berhenti oleh dua penjaga bertubuh besar yang langsung menyeretnya kembali keluar.

Salah satunya menatap Luke dengan sorot tajam. "Tolong kartu identitasnya."

Luke menaikkan kedua alisnya dengan bingung. "Kartu identitas? Apa semacam kartu emas saat naik level?"

Dua penjaga itu saling beradu pandang dengan wajah bingung. "Bicara apa orang ini?"

"Aku tidak punya kartu seperti yang kalian minta, tapi ..." Luke mendesis pelan saat bau itu mulai samar lagi. "Sial! Sepertinya mereka mau kabur!"

Luke memanfaatkan tubuh kecil Joan untuk kabur melalui tengah-tengah kedua penjaga. Ia tidak peduli dengan seruan-seruan penuh ancaman. Saat ini, ia hanya ingin menangkap orang yang memotretnya.

Begitu tiba di dalam bar, Luke menoleh ke sana dan ke mari seperti orang bingung. Saat kedua penjaga itu masuk, ia bergegas mengambil jas dan topi yang tergeletak di atas meja. Kini penyamarannya pasti akan memudahkan rencananya.

Saat Luke sedang berjalan dengan sangat perlahan, tiba-tiba aroma itu membawanya ke depan sebuah ruangan. Luke sedikit mengintip dari celah pintu yang terbuka. Ada sekitar 4 orang di dalam sana. Aroma pembunuh memenuhi tempat tersebut.

"Apa tidak terlihat aneh?"

"Apa yang aneh?"

"Tunangan Caroline, pria lemah dan miskin bernama Joan. Bagaimana bisa dia diam saja diperlakukan seperti itu oleh orang tua Caroline?"

"Benar juga. Tapi bukannya itu jadi menguntungkan kita? Kita jadi bisa dengan mudah menyingkirkan Joan."

"Setelah membunuh Joan, mari kita makan di restoran mewah!"

"Ah ... Aku tidak sabar ingin makan enak."

'Sialan! Mereka mau makan enak setelah membunuhku?'

"Oh iya, aku baru saja melihat orang itu di rumah sakit. Sepertinya dia sudah diperbolehkan pulang."

"Benarkah?"

"Ya. Aku sedikit memotretnya untuk laporan hari ini. Tapi sayangnya ketahuan. Dia sampai mengejarku!"

"Aku ingin melihat fotonya. Pasti sangat menyedihkan punya luka di wajah."

"Benar! Dia bertambah buruk rupa."

Srak!

Suara kertas yang jatuh berantakan itu membuat Luke semakin emosi. Ia naik pitam, tanpa pintu terdorong cukup kuat hingga terbuka. Kini keempat orang itu menatapnya dengan raut tidak suka. Untung saja topi itu berhasil menutupi setengah wajahnya.

"Ma-maafkan saya, Tuan. Saya sedikit mabuk," kata Luke dengan suara yang dibuat lebih rendah.

"Hah, ternyata cuma orang mabuk!"

"Pergi sana!"

Luke mengangguk. Sebelum pergi, ia melirik ke atas meja yang dipenuhi kertas. Ada gambar wajahnya, masih dengan pakaian yang sama.

Baru saja selamat dari kandang harimau, kini ia kembali dihampiri buaya. Ia langsung ditarik oleh dua penjaga yang sedari tadi mencarinya. Tubuh lemah Joan dihempaskan ke jalan dengan begitu keras.

"Beraninya anak lemah sepertimu membodohi kami!" seru salah satu penjaga.

Luke meringis sembari memegangi sikunya yang tergores aspal. "Sial ... beraninya hanya pada yang lemah!"

"Jangan pernah menginjakkan kakimu di tempat ini, Nak."

"Benar. Itu juga kalau kau tidak mau kehilangan empat tulang rusuk."

"Tentu saja! Dia tidak akan pernah datang ke tempat ini!"

Luke dan dua penjaga itu langsung menoleh ke suara tersebut. Nampak Caroline yang diikuti lebih dari dua puluh pengawal. Gadis itu berjalan ke arah Luke dengan tangan terlipat di dada. Gaya angkuhnya masih seperti biasa.

"Karena mulai sekarang, tempat ini ditutup!"

Plak!

Plak!

Caroline menempelkan tulisan segel di dahi kedua penjaga itu. Tatapan tajamnya berhasil membuat mereka bungkam. Lalu Caroline mendekati Luke yang masih duduk di aspal dengan wajah bingung.

"Kau ini sangat merepotkan!" kata Caroline dengan ketus.

Entah mengapa ucapan Caroline membuat Luke tersenyum miring. Ia mengulurkan sebelah tangannya, berharap gadis itu mau mengulurkan tangannya juga. Namun yang datang justru sebuah pulpen berlapis emas kesayangan Caroline.

"Pegang itu. Tanganmu kotor, menjijikkan!"

Ya, benar.  Inilah sosok Caroline.

~~~

"Joan, tolong perhatikan sikapmu."

Luke meracau dalam hati. Ia sangat kesal dipaksa berlutut di depan orang tua Caroline. Rupanya keluarga ini sangat terobsesi disembah layaknya tuhan.

Luke mengerutkan dahinya. "Mengapa saya harus memperhatikan sikap saya?"

"Karena sejak kamu bertunangan dengan Caroline, maka cacatmu akan menjadi aib bagi keluarga ini."

"Cacat ini yang Anda maksud?" tanya Luke sembari menunjuk wajahnya.

Ayah Caroline mengangguk. "Ya, selain cacat fisik, cacat kepribadianmu juga berpengaruh."

"Apa maksudnya? Aku sedikit tidak mengerti."

Ayah Caroline memijat batang hidungnya dengan mata terpejam. "Intinya, kamu hanya perlu memperhatikan sikapmu."

"Benar. Jangan membuat Caroline melakukan hal kekanak-kanakan seperti tadi malam!" sahut ibu Caroline.

Luke mengangguk pelan. Rupanya ini teguran karena kejadian semalam. Caroline memang berlebihan, ia sampai menutup bar itu dan membubarkan semua pengunjung. Ia salah menggunakan nama TIOR Company.

"Baik. Saya mengerti, Ayah."

"Ayah?" Pria berkumis hitam tebal itu mengerutkan dahinya.

Luke mengangkat kedua alisnya dengan wajah bingung. "Hah? Apa saya salah?"

"Jangan panggil saya Ayah, kamu bisa memanggil saya Tuan Galiard, sama seperti ayahmu. Lagi pula, kamu tidak akan menikah dengan putri saya."

Rupanya ada dinding pemisah. Joan hanya dianggap orang asing yang menumpang tinggal dengan Caroline. Tidak lain dan tidak bukan, orang tua Caroline menganggapnya sama dengan pekerja lainnya.

Dengan penuh paksaan, Luke menarik kedua sudut bibirnya. "Baik. Saya mengerti, Tuan Galiard."

"Apa yang kamu bicarakan dengan ayah pagi-pagi sekali?"

Luke tersenyum tipis. Ia baru saja tiba di gerbang dan langsung dihadiahi pertanyaan oleh Caroline. Gadis itu terus mengekorinya sampai ke lorong. Sebab saat ini, Luke masih enggan membuka mulutnya.

Duk!

Luke sangat terkejut saat belakang lututnya di tendang, hingga ia hilang keseimbangan dan hampir terjatuh. Untung saja Caroline berhasil memeluknya dari belakang.

Suasana mendadak hening untuk beberapa saat. Keduanya, bahkan pengawal dan pekerja yang menyaksikan ikut terdiam. Caroline yang terlebih dahulu sadar, langsung melepas pelukannya. Ia mendeham beberapa kali. Tidak lupa ia melayangkan beberapa cubitan pedas ke pinggang pria tersebut.

"Beraninya kau mengabaikanku!" seru Caroline.

Luke meringis, namun ia tersenyum lebar. "Terima kasih."

"Terima kasih?" Caroline langsung melotot. "Jangan meledekku! Itu karena tubuhku bergerak sendiri!"

"Baiklah. Kalau begitu, terima kasih tubuh Nona Caroline," kata Luke sembari menggenggam kedua tangan yang tadi memeluknya.

Wajah Caroline sudah berubah merah padam. Ia langsung menarik kedua tangannya dengan paksa, lalu berlari ke arah kamarnya. Luke yang melihat itu hanya bisa tertawa. Setidaknya, ia merasa tidak ingin mengatakan semua perbincangannya pagi ini.

Luke memandang jauh ke arah jendela. Tawanya perlahan mereda, berganti dengan ekspresi sedih, marah, dan kecewa.

"Rupanya tempat ini cukup mengerikan. Kau sangat hebat, Joan."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   76. Caroline Mencurigakan!

    "Jiwaku akan dihapus dari alam semesta dan ingatan semua orang yang pernah mengenalku.""Kalau begitu, aku harus mencari tau sendiri ya," gumam Luke.Yellowdious tidak menjawab. Cahayanya perlahan memudar lalu hilang begitu saja. Kini tersisa Luke sendiri di dalam kamar. Matanya masih setia menatap langit-langit."Kapan terakhir kali aku mendapat misi?" Luke langsung bangun. Ia bergegas menghampiri lemari pakaian. Begitu dibuka, tidak ada satu pun surat misi yang melayang. Rasanya sangat kecewa. Setelah terbiasa menjalankan misi, hidupnya mulai terasa hampa saat tidak melakukan apa-apa.Suara langkah kaki terdengar mendekat ke kamarnya. Ia langsung menutup rapat lemari dan mendekat ke arah pintu. Sosok itu tidak langsung mengetuk. Ia hanya berdiri tanpa melakukan apa pun.Luke berusaha mengintip dari celah lubang kunci. Jika melihat celemek yang menutupi bagian depan pakaiannya, bisa dipastikan kalau sosok itu merupakan suster Elle. Namun Luke tidak langsung membukanya. Ia menunggu w

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   75. Ancaman Luke Pada Caroline

    "Siapa kau sebenarnya? Bagaimana kau bisa ada di sini?"Caroline termenung tiap kali mengingat ucapan Luke. Bagaimana bisa pria itu tahu identitasnya. Padahal selama ini ia sudah berusaha menyembunyikannya dengan baik.Ia memandang dirinya di cermin. Cukup lama hingga pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Ia langsung bangun dan mengatur sorot matanya agar mirip dengan pemilik tubuh tersebut.Begitu dibuka, nampak Elle yang membawa senampan makanan. Wanita itu tidak mengatakan apa pun. Namun ia terus menatap Caroline, seolah memintanya untuk mengambil nampak tersebut."Terima kasih, Suster Elle," ujarnya pelan.Namun setelah nampak itu sudah ada di tangan Caroline, Elle tidak kunjung pergi. Ia masih terus menatap gadis di hadapannya dengan sorot mata menyelidik."Ada apa, Suster Elle? Apa ada yang ingin Anda katakan?" tanya Caroline.Elle menunduk, lalu mengangguk pelan. "Nona ... belakangan ini ...."Ucapan Elle terhenti saat terdengar suara klakson dari arah luar. Wanita paruh baya i

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   74. Siapa Kau Sebenarnya?

    Setelah melewati percakapan yang cukup berat, akhirnya Luke ditinggal sendirian di dalam ruangan tersebut. Ia termenung dengan pandangan kosong ke arah pintu. Otaknya sibuk menimbang. Misi Christoper kali ini sangat menguntungkan. Namun sebelum itu, siapa yang layak untuk dibawa kembali bersama pria tersebut? Dirinya atau Ciel?Ciel punya banyak poin. Dia pasti bisa dengan mudah kembali. Sedangkan aku?Luke memejamkan matanya saat bayangan Joan yang memakai tubuhnya itu mulai melintas di pikiran. Joan bukan lawan yang bisa diremehkan. Apalagi setelah pria itu menggadaikan jiwanya pada ular mata air.Luke mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Lalu ia mulai memukul selimut yang membalut tubuhnya."Sial! Dia pasti punya banyak mana dan kekuatan!" rutuk Luke."Aku juga ingin kembali. Tapi aku tidak bisa membiarkan Ciel tertinggal di sini bersama pria gila itu!"Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Secepat mungkin Luke menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia memejamkan matanya dengan paksa

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   73. Diskusi Bersama Christoper

    "Buka mulutmu."Luke menggeleng pelan, ia mendorong pelan sendok yang sudah ada di depan mulutnya. Sejak tadi Ciel tidak mau mengalah. Ia terus memaksa Luke untuk menerima suapan darinya."Aku bisa makan sendiri Ciel," ujarnya.Ciel mendengus pelan. "Apa salahnya sih? Aku cuma mau membantumu makan.""Tapi ...."Luke tidak melanjutkan ucapannya. Ia melirik Caroline yang duduk di sofa tanpa merasa terusik. Gadis itu tengah membaca sebuah buku tebal."Satu suapan saja. Kamu mau 'kan?" tanya Ciel.Akhirnya Luke mengalah. Ia membuka mulutnya dan membiarkan bubur itu masuk. Sontak Caroline menutup bukunya dengan keras. Kini pandangan gadis itu sudah benar-benar teralihkan pada Luke dan Ciel."Aku akan datang lagi nanti malam," ujar Caroline sembari bangun dari tempat duduknya.Ciel mengerutkan dahinya. "Kau sudah mau pulang, Caroline? Tapi kau 'kan baru saja datang."Caroline tidak menjawab. Kini pandangannya hanya tertuju pada Luke. Pria itu tidak mengatakan apa pun, padahal ia sudah mau p

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   72. Menghindari Caroline

    "Jo-Joan!" cicitnya."Pergi kau sialan!" bentak Luke.Caroline berusaha keras untuk mendorong tubuh Luke, namun sia-sia saja. Tenaga pria itu jauh lebih besar darinya. Lima menit berlalu, Caroline membiarkan Luke terus menekan tubuhnya. Perlahan tubuh Luke bergerak menyingkir. Namun tatapan pria itu masih terpaku padanya. Dahinya berkerut seolah menajamkan pandangannya."Joan?" panggil Caroline.Bukannya menjawab, Luke justru langsung pergi meninggalkannya. Pria itu setengah berlari keluar dari ruangannya.~~~"Selamat sore!"Luke sontak menoleh ke arah pintu yang mulai terbuka. Nampak Ciel sudah sangat sehat dan bertenaga. Gadis itu melambaikan kedua tangannya. Senyum Luke langsung mengembang, ia merasa sangat senang karena gadis itu berhasil diselamatkan.Setelah menutup pintu, Ciel berlari kecil menghampiri Luke. Lalu ia duduk di kursi yang sudah disiapkan. Senyumnya perlahan luntur saat melihat luka yang ada di tangan Luke. Ia merasa tidak enak karena sudah membuat pria itu mendap

  • 100 Tugas Kesatria Pemburu Naga   71. Pertemuan dengan Christoper Brandon

    "Lama tidak bertemu, pria yang tidak kuat minum."C-Christoper Brandon?!Klosa langsung berontak. Ia berusaha melepaskan cengkraman Christoper dari wajahnya. Namun bukannya terlepas, cengkramannya justru semakin menguat."Di mana orang berwajah Joan itu berada?" tanya Christoper Brandon.Klosa mengerutkan dahinya. "Siapa orang berwajah Joan? Saya tidak tahu!""Beraninya kau berbohong!"Kali ini Christoper menurunkan cengkramannya ke leher Klosa. Ia menahan kekuatannya agar pria itu tidak mati tercekik. Sebab ia melakukannya hanya untuk menakut-nakuti Klosa."Mustahil kau tidak tahu. Kau selalu mengikutinya!" seru Christoper."Kalau maksud Anda itu Tuan Joan, saya tahu! Tapi dia memang Tuan Joan, bukan hanya mirip.""Ya, anggap saja begitu. Jadi kau tahu dia ada di mana?""Ada urusan apa mencariku sampai menyiksa orang tidak bersalah seperti itu?"Christoper langsung melepas cengkramannya dari leher Klosa. Senyumnya perlahan mengembang begitu melihat sosok Luke berdiri di ujung jalan.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status