Share

6. DEAL!

Saat ini Teresa sedang berjalan di koridor dan selama jam istirahat di hari ini, ia tidak akan ke kantin lagi. Tidak dengan Beling dan kedua temannya, Saka dan Yogi. Ia bahkan tidak memberitahu Rivka dan Varra. Sedikit lagi ia sampai di kelasnya namun seseorang menarik sebelah tangannya.

"What the-"

Raskal langsung menarik Teresa ke kamar mandi yang ada di dekat sana. Tidak kasar namun itu terlalu terburu-buru dan Teresa hanya bisa melihat sebentar wajah Raskal karena cowok itu sudah berbalik badan dan menariknya masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah Raskal melepaskan tarikannya, ia langsung mendengar teriakan Teresa.

"LO TUH APA-APAAN SIH?!"

Raskal menjauh, refleks. "Jangan teriak-teriak bego. Ntar dikiranya gue ngapa-ngapain lo."

"Terus ngapain lo ngajak gue ke sini?!" kalimat itu keluar begitu lancar dari mulut Teresa tak lupa dengan nada galaknya.

"Udah gue bilang jangan teriak-teriak. Dengerin gue dulu."

"Apa?" kata Teresa namun kali ini suaranya tidak sekencang tadi.

"Gue nggak bisa besok. Tadi temen-temen gue ngajakin buat ke basecamp sama main billiard. Intinya gue nggak bisa besok."

Teresa jelas melongo namun ia langsung bisa mengendalikan raut wajahnya.

Apa-apaan tuh? pikir Teresa

"Lo pikir gue bisa besok?" ujar Teresa dengan nada tinggi. "Tadi kan lo yang ngotot buat belajar besok!"

"Suara lo tuh pelanin dikit!" Raskal membentak membuat Teresa mundur namun kini Raskal sadar akan kesalahannya. Tidak seharusnya ia membentak seperti itu. Apalagi hanya karena masalah ini. Padahal dengan perempuan lain Raskal jarang begini. Kecuali pada perempuan yang bersikap kurang ajar padanya. Akhirnya ia menghela napas, "Maaf. Gue gak maksud," katanya. Dan ini adalah kali pertama seorang Raskal minta maaf padanya.

"Terus lo maunya kapan?"

"Kapan?" Raskal malah balik bertanys.

"Kok lo malah balik nanya sih?"

Raskal menghela napas, memilih mengalah. "Terus kapan?" tanyanya. "Gimana kalau hari Rabu sama Jum'at?"

"Gue gak bisa Rabu."

"Emang lo ngapain hari Rabu?"

"Kepo banget lo."

Raskal mendengus. "Kalau gitu hari Kamis sama Jum'at. Gimana?"

"Gue nggk-"

"Gue nggak denger penolakan!"

"Gue nggak bisa Jum'at!"

"Lo harus bisa Jum'at. Inget nilai kita seminggu ini harus bagus."

Teresa memasang tampang keberatannya. Namun tak urung juga ia menyetujuinya. "Oke-oke Jum'at bisa," jawaban dengan wajah

terpaksa itu membuat Raskal menarik sudut

bibirnya. "Tempatnya di mana?"

"Jangan di rumah gue!"

"Jangan di rumah gue!"

Keduanya saling tatap setelah sama-sama mengucapkan hal itu. Mereka hanya diam namun akhirnya Teresa kembali membuka suara.

"Jangan di rumah gue," katanya.

"Gue juga gak mau di rumah gue. Ntar dikiranya lo tuh pacar gue."

"Idih najis banget sih. Siapa juga yang mau dikira pacar lo? Gue sih ogah banget."

"Pokoknya jangan di rumah gue," ucap Raskal.

"Terus di mana?"

"Di mana pun asal jangan di kolong jembatan," kata-kata Raskal membuat Teresa ingin memenggal kepala cowok itu detik ini juga. Terdengar berlebihan tapi kalau kalian berada di posisi Teresa, kalian juga pasti akan setuju dengan pemikiran itu. Lagian Raskal di saat-saat seperti ini masih bisa berkata seperti itu. Dengan gampangnya pula.

"Bisa serius dikit gk lo?"

"Oke serius. Di café aja. Di atasnya-"

"Jangan di café! Gak bakalan konsen. Lo tuh gimana sih," omelnya.

"Terus di mana?"

"Ya mana gue tau."

Raskal tiba-tiba terdiam sejenak dan teringat tempat yang menurutnya cocok untuk belajar. "Di basecamp temen-temen gue mau? Ntar gue bilangin."

"Tenang temen-temen gue orangnya gak seserem yang lo pikir," tambah Raskal.

"Asal gak ada Douglas gue mau."

Tiba-tiba Raskal terkekeh, "Kenapa sama temen gue si Douglas? Dari dulu kan dia ngejar-ngejar lo. Harusnya lo seneng."

"Tuh Kakak kelas sinting banget! Enggak-enggak. Gue nggak mau."

"Takut digrepe-grepe kan?" dua alis Raskal naik turun.

"Gue pernah liat dia nyolek pan-"

"Jangan diterusin!" potong Teresa cepat sebelum Raskal menuntaskan kata-kata biadabnya.

Raskal tertawa geli mengingat betapa gilanya Douglas. Dasar otak cabul. Untung sewaktu itu cowok berbadan besar itu tidak dilempari satu mangkuk kuah bakso yang masih panas oleh Teresa.

"Oke," Raskal masih tertawa. "Jadi gimana? Deal?" ia berdehem pelan untuk meredakan tawanya.

Masih terbayang di kepalanya kejadian itu.

Teresa diam. Ia masih ragu namun akhirnya ia mengangguk, "Deal."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status