Share

7. Misteri Tulisan Di Mading

"EH GLAS! Sumpeh lo udah mesen rujak berapa kali? Itu cabe. Astaga," Gathenk geleng-geleng kepala, benar-benar heran ketika melihat Douglas yang membawa sepiring rujak di tangan kanannya.

Douglas berjalan untuk duduk di depannya dengan mulut kepedasan lalu cowok itu mengambil minuman esnya yang ada di atas meja. Wajahnya pun sudah merah merambat hingga telinga dan lehernya. Kalau di keadaan seperti ini Douglas tidak terlihat seperti sosok Kakak kelas yang harus ditakuti seperti dulu tetapi lebih mirip sosok teman yang sebaya dengan mereka. Itu mungkin karena kini mereka terbiasa bersama.

"Itu cabe berapa Glas?" tanya Raskal keheranan. "Kuat banget lo sama pedes."

"Yang namanya cowok itu harus kuat sama yang namanya pedes. Ini baru pedes cabe. Gimana sama pedesnya omongan istri lo nanti?" tanyanya Douglas, masih menahan pedas di bibirnya.

"Ntar kalau perut lo kenapa-napa baru ngeluh-ngeluh. Baru nyesel," kata Verrel yang sedang mengaduk-ngaduk es tehnya dengan sedotan. "Tumben ya Warpeng sepi," katanya lagi. 

Raskal menyadari hal itu. Warpeng biasanya di jam segini ramai. Bahkan ramainya bisa mengalahkan pasar. Tapi sepertinya pemikiran Raskal terlalu berlebihan. Namun sekarang di Warpeng cuman ada sekitar sepuluh orang di Warpeng. Itu pun sebagian dari mereka sudah selesai makan gado-gado.

Di Warpeng atau 'Warung Pengkol' memang terkenal dengan cita rasa gado-gadonya. Tempat ini bisa menjadi tempat di mana murid-murid SMA Nusantara yang dominan laki-laki tukang rusuh di sekolah atau tukang bolos kumpul dan makan sambil mengajak pacar mereka. Bahkan ada yang menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk saling bertemu dengan mereka yang memiliki pacar beda sekolah.

"Thenk pesenin gue gado-gado gih," suruh Verrel pada Gathenk ia mengeluarkan dompet cokelatnya dan memberikan Gathenk uang lima puluh ribu. "Beli krupuk juga."

"Enak aja lo! Pesen sana sendiri."

"Yah Thenk lo begitu banget lo sama gue. Gue udah PW nih," kata Verrel. "Pesenin kenapa dah."

"PW pala lo peyang! Kagak-kagak. Lo aja sana. Gue juga udah PW."

"Tai."

Douglas melotot pada Verrel karena ia sedang mengunyah.

"Sorry-sorry deh," kata Verrel geli. "Kebayang lo ya?" seringainya membuat Douglas langsung cegukan dan itu langsung disambut tawa Verrel.

"Sialan banget lo. Gue lagi makan lo ngomong tai-tai," kata Douglas lalu meminum minuman esnya. "Hampir aja tuh batu cabe masuk ke tenggorokan gue," ujarnya lagi dengan wajah kesal.

"Yee salah gue apa? Orang gue kan refleks ngomong gitu."

"Woi-woi liat ke sana," suruh Douglas. Sontak saja Raskal, Verrel, dan Gathenk menoleh dan di depan sekolah ada dua orang yang sedang tarik-tarikan. Lebih tepatnya Teresa mencoba menjauh dari Beling. Mereka menghalangi jalan menuju ke sekolah. Apalagi motor Beling berada di depan mobil Teresa.

"Si Beling. Udah mantan masih aja dikejar-kejar," ujar Gathenk. "Gak move on. Move on dia."

"Bego si mutusin Teresa," kata Douglas.

"Emang Beling masih suka sama Teresa?"

Douglas mengangkat bahunya ketika mendengar pertanyaan Raskal.

"Tapi kalau kelakuannya kaya gitu sih gue rasa masih," ucap Verrel.

"Orangnya udah nggak suka masih aja dipaksa-paksa." Gathenk melihat Raskal meminum es-nya lalu menaruh uang sambil berdiri.

"Eh Kal lo mau kemana?"

"Mau ngambil motor di basement," katanya jutek. Raskal menyebrang jalanan. Cowok itu menuju ke arah Teresa dan Beling yang membuat ketiga temannya tau kalau Raskal tidak hanya akan mengambil motornya ke basement sekolah.

"Kalau mau pacaran jangan di tengah jalan," sindir Raskal. "Sana cari tempat sepi."

Teresa menatap tajam cowok itu.

"Oh ya Sa. Jangan lupa kerja kelompok kita."

Raskal sengaja.

Teresa tau kalau Raskal sengaja berkata demikian di depan Beling.

Dan sekarang Beling menampilkan wajah

bingungnya. "Maksud lo apa?" tanya Beling terdengar

marah pada Raskal.

"Tanya aja sendiri sama Teresa."

Beling menoleh pada Teresa. "Apa?" tanya Teresa ketus.

"Kerja kelompok?" tanya Beling. Suaranya penuh rasa tidak suka.

"Kenapa emangnya?"

"Sa-"

"Udah deh jangan ganggu gue. Gue mau pulang." Teresa berjalan masuk ke dalam mobilnya. Dengan sengaja ia menekan klakson mobilnya dan suara klakson itu terdengar panjang sehingga membuat orang-orang melihat ke arah mereka.

Beling yang melihat itu akhirnya melirik Raskal. Namun dengan songongnya Raskal menaikan sebelah alisnya. Beling memundurkan motornya dari depan mobil Teresa lalu Teresa langsung menekan pedalnya dan pergi dari sana dengan kecepatan yang terbilang lumayan untuk seorang perempuan.

Raskal bersiul untuk menuju ke sekolah namun Beling menarik seragam sekolahnya.

"Ntar malem. Berani nggak lo?"

"Lo ngomong sama siapa?"

Rasanya Beling ingin menonjok cowok yang ada di hadapannya ini.

Namun dia tidak mau bunuh diri karena ada Douglas yang sedang duduk di Warpeng dan menyaksikan mereka.

"Menurut lo gue ngomong sama siapa? Jangan jadi banci lo."

"Oke. Di mana?"

"Ntar malem trek-trekan di jalur biasa. Awas sampe lo nggak dateng."

Raskal mengangguk, santai. "Ada lagi?"

"Nggak. Itu aja."

Raskal akhirnya meninggalkan Beling, menuju ke basement sekolah. Ketika ia turun, ia berjalan menuju ke arah motornya namun langkah kakinya terhenti begitu melihat sebuah tepat mading yang sudah berdebu. Raskal akhirnya menuju ke sana dan mengurungkan niatnya untuk mengambil motor. Sebenarnya tidak ada yang menarik cuman Raskal ingin melihatnya saja. Namun ketika matanya tertuju pada kertas merah kecil yang tertempel di paling bawah manding membuatnya berjongkok untuk melihat tulisan itu.

Udah lama ya gak ketemu. Kakak apa kabar?

Sa cuman mau bilang kalau Sa sayang banget sama Kakak.

Kalau nggak ada Kakak, Sa nggak bakalan bisa kaya sekarang.

Sa maunya Kakak pulang tapi Sa tau kalau itu nggak mungkin.

Hati-hati ya. Maafin kalau Sa banyak salah sama Kakak.

Maaf Sa belum bisa jadi adik yang baik.

-Sa.

Raskal melihat tanggal, bulan dan tahun yang ada di atas mading. Tulisan ini sudah dibuat 2 tahun lalu. Itu artinya saat masa-masa Raskal masih belum mengerti tentang kehidupan anak SMA. Saat itu ia masih kelas X. Raskal berdiri. Sa? Nggak mungkin Teresa. Cewek itu, jangankan membuat tulisan untuk di mading. Buat PR aja jarang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status