Share

Bab 7

Di sinilah Aisya dan Reyhan duduk, di ruang tamu rumah Aisya dan di kelilingi oleh beberapa warga, mereka menuduh Aisya dan Reyhan telah berbuat mesum. Karena mereka hanya berdua saja di rumah, karena orang tua Aisya dan Abang-abangnya sedang tidak berada di rumah. Aisya sudah menjelaskan kalau dia hanya membantu Reyhan dan meminjamkan baju Abangnya sebab baju Reyhan basah terkena air hujan pas saat mengantarnya pulang. Tetapi para warga di sana tidak percaya dan tetap kekeh menuduh mereka berbuat yang tidak- tidak.

"Saya, berani bersumpah. Bapak-bapak. Saya tidak mungkin melakukan hal sekeji itu," kata Aisya, ia tetap membela diri karena merasa tidak bersalah. Tetapi warga semakin gencar menuduhnya apalagi Pak Rudi semakin mengompori mereka dengan kata-kata yang menyudutkan Aisya.

"Apa yang di katakan, Aisya semuanya benar. Saya hanya menumpang untuk meminjam baju dan berganti pakaian itu saja." Ujar Reyhan membenarkan perkataan Aisya. Tapi para warga sudah termakan omongan Pak Rudi yang selalu berusaha agar Aisya terlihat bersalah.

"Tolong percaya saya, Pak." Kata Aisya menatap satu persatu Bapak-bapak yang berada di sana. Kedua orang tua Aisya belum pulang, Aisya semakin takut perasaannya. Ia mulai menangis, bingung gak tahu lagi mau ngomong dan membela diri tetap saja orang-orang tersebut tidak mempercayainya.

"Kita tunggu saja kedua orang tuamu datang," ujar Bapak ketua Rt.

Tak berapa lama mereka menunggu terdengar suara mesin mobil dari arah depan. Pak Ali dan Bu Dewi bingung karena melihat di rumahnya terlihat rame. Mereka memutuskan untuk segera masuk.

"Ada apa ini?" Ujar pak Ali setelah dia masuk ke rumah.

Aisya langsung berlari dan memeluk Bundanya, ia menangis dengan suara keras. Bu Dewi kaget melihat anaknyà menangis dan memeluknya erat.

"Aisya gak salah, Bun." Ujar Aisya, disela isak tangisnya. 

"Ini loh, anak Pak Ali. Kepergok saya sedang berbuat mesum di dalam rumah." Kata Pak Rudi, menjawab pertanyaan Pak Ali. Pak Ali kaget, ia menatap Aisya tetapi Aisya menggelengkan kepalanya sambil menangis. 

"Gak, yah. Itu semua gak benar," ujar Aisya sambil terisak.

"Gimana ini, Pak Ali kami gak mau kampung kita ini kena sial karena perbuatan anak Bapak." Ucap salah satu warga.

Pak Ali menatap istrinya yang juga ikut menangis sambil memeluk anaknya, ia percaya kalau anaknya tidak mungkin berbuat seperti itu. Ia tahu Aisya anaknya seperti apa. Tapi para warga semakin menyudutkan Aisya dengan tuduhan mereka.

"Kita nikahkan saja mereka malam ini juga," ujar beberapa warga yang sudah termakan omongan Pak Rudi. 

"Aisya, gak mau nikah, Yah. Aisya masih sekolah," pekik  Aisya

Setelah melalui perdebatan dan segala macam pembelaan yang dilakukan Reyhan dan Aisya, warga tetap kekeh bahwa Aisya dan Reyhan harus di nikahkan. Pak Ali akhirnya harus menyetujui hal tersebut, daripada anaknya di arak keliling kampung oleh warga. Aisya tidak berhenti menangis. Pak Rudi tersenyum senang sebab rencananya membuat Pak Ali dan Aisya malu berhasil. Ia sangat membenci Aisya karena pernah membuat ia dan anaknya malu.

=====

Reyhan sudah mengucapkan ijab kabulnya di saksikan oleh ketua Rt setempat dan beberapa warga yang sudah ada sejak tadi. Kini Reyhan sudah resmi menjadi suami Aisya secara Agama. Aisya sesegukan menangis di pelukan Bundanya. Ia tidak ingin menikah apalagi dengan Bang Reyhan, sahabat Bang Andra yang baru saja dikenalnya itu. Ia tidak menyangka gara-gara motornya yang mogok, diantar Reyhan pulang dan terjebak hujan, akhirnya harus seperti ini. 

"Sabar, sayang. Sudah berenti nangisnya!! Masa sudah jadi seorang istri masih nangis," ucap Bu Dewi sambil menghapus air mata yang terus mengalir dipipi anaknya. Kata-kata bundanya yang menyebutnya sudah jadi seorang istri membuat Aisya kembali menangis kencang.

Para warga berpamitan pulang, tinggallah kini hanya ada Pak Ali, Reyhan, Bu Dewi, dan Aisya.

"Maafin Rey, Om. Seandainya aja Reyhan gak mampir dulu buat pinjam baju pasti......" ucapan Reyhan terpotong oleh ucapan Pak Ali.

"Sudahlah, mungkin ini sudah menjadi takdir kalian, tak perlu saling menyalahkan dan merasa bersalah," kata Pak Ali sambil menatap Reyhan. Reyhan hanya bisa menundukan wajahnya.

Pak Ali memberikan petuah dan nasihat kepada Aisya dan Reyhan. Mereka mendengarkan nasihat yang disampaikan Pak Ali.

"Sudahlah, sebaiknya kita istirahat," ujar Pak Ali menyudahi obrolannya.

"Sya, ajak suamimu ke kamar," kata Ayahnya. Aisya hanya diam saja.

"Kalian sudah suami istri, ya walaupun jalannya harus seperti, jalani saja takdir yang sudah di tentukan oleh Sang pencipta," 

"Kamu, harus menghormati nak Reyhan, walau bagaimana pun dia sudah sah menjadi suamimu, Nak. Hormati dia, jangan membantah perkataan suami,"  ujar Pak Ali berusaha menasihati anaknya, karena dari tadi Aisya hanya diam dan menangis.

"Iya, Yah," jawab Aisya pelan.

"Mari, Bang," ajak Aisya pada Reyhan, Reyhan pun mengikuti Aisya memasuki kamarnya. Tiba di kamar mereka sama-sama merasa canggung, dan hanya keheningan yang tercipta.

"Biar gue tidur disofa aja," ujar Reyhan memecah keheningan di antara mereka. Aisya hanya diam saja. 

"Tidurlah." Ucap Reyhan pada Aisya, seraya berjalan menuju sofa.

Reyhan membaringkan tubuh di sofa yang terletak di kamar Aisya, ia menatap langit-langit kamar. Ia bingung apa yang harus dia katakan pada orang tuanya bahwa dia sudah menikah. Seharusnya dia senang karena bisa memiliki Aisya, gadis yang ia kagumi dan sukai sejak pertama kali melihatnya, tapi bukan seperti ini keinginannya.

Ia ingin berjuang dan berusaha mendapatkan cinta Aisya, bukan dengan cara di grebek begini. Dan satu lagi bagaimana reaksi sahabatnya Andra, Abangnya Aisya bila mengetahui hal ini. Reyhan benar-benar pusing, ia tidak dapat memejamkan matanya. Di liriknya Aisya yang tengah berbaring di atas ranjang, ia menarik nafas dan membuangnya perlahan. 

======

Pagi ini di rumah Aisya terasa berbeda dari biasanya, Aisya yang biasanya selalu ceria dan cerewet hanya diam saja. Dua Abangnya  belum mengetahui hal pernikahannya dengan Reyhan karena mereka sedang ada urusan pekerjaan di luar kota. Aisya berangkat sekolah seperti biasa tetapi kini ia di antarkan oleh Reyhan, karena motornya masih berada dibengkel. Sepanjang perjalanan tak ada kata yang terucap dari mulut mereka, Aisya dan Reyhan sama-sama diam.

Kini mereka sudah sampai di sekolah, Aisya turun dari motor Reyhan. 

"Nanti, pulangnya jam berapa??" Tanya Reyhan, akhirnya dia buka suara juga.

"Jam 3 sore," jawab Aisya

"Ya udah, nanti gue jemput." Kata Reyhan. Aisya ingin menolak tapi Reyhan dah keburu pergi aja. Kan gak ada akhlak tu anak.

Aisya berjalan memasuki gerbang sekolahnya. 

"Woy, melamun aja lo. Dari tadi gue panggil gak dengar-dengar," teriak Nisa pada Aisya.

"Lo tadi di antarin siapa,Sya??" Ujar Nisa yang mulai kepo

"Bukan siapa-siapa," ujar Nisa acuh

"Kayaknya yang tadi bukan Abang lo kan??" Tambah kepo dia, soalnya ini baru pertama kali dia melihat Aisya di antar cowok selain para Abangnya.

"Gak penting," sungut Aisya, sebab dia sudah pusing dengan nasibnya yang harus terpaksa nikah sama Reyhan. Di tambah lagi ini sahabatnya nanya terus. 

"Lo, kenapa sih?? Lagi dapet ya, lemas bener tu muka, kaya gak ada semangat hidup aja," cibir Nisa, yang melihat sahabatnya itu. 

"Sya," teriak Nisa sebab Aisya hanya melamun dan diam tanpa menjawab pertanyaannya.

"Eeh, apa??" Katanya kaget

"Nah, melamun lagikan ni anak."

====

Aisya sudah pulang sekolah dan dijemput oleh Reyhan. Kini mereka sudah berada di rumah. Aisya memasuki kamarnya, dan Reyhan mengekorinya.

Tok tok 

Terdengar suara pintu di ketok dari luar, Reyhan mendekati pintu dan ingin membukanya sebab Aisya sedang berada  di kamar mandi berganti pakaian. Cekleekk (anggap aja lah suara pintu terbuka wkwk). Pintu terbuka Andra yang berdiri di depan pintu kaget saat mendapati Reyhan berada di kamar Adiknya. Ia pun langsung melayangkan bogeman di muka Reyhan, dan Reyhan yang belum siap menerima bogeman dari Andra pun terhuyung ke belakang.

"Ngapain lo di kamar adik gue??" Teriak Andra

"Jawab!!!"  

Reyhan berusaha bangun, namun Andra memberikannya bogeman lagi. Semua yang berada di rumah langsung berlari menuju kamar Aisya sebab mendengar suara ribut-ribut.

"Stop!!" Teriak Bu Dewi saat Andra ingin memukul Reyhan kembali. Andra menoleh kearah Bundanya. Aisya buru-buru keluar dari kamar mandi. 

"Astagfirullah," ucapnya saat melihat Reyhan hampir babak belur di hajar oleh Abangnya.

Bu Dewi dan Pak Ali membawa dan menyuruh mereka duduk di ruang keluarga. Pak Ali menjelaskan apa yang sudah terjadi, dan tentang pernikahan Aisya dan Reyhan. Andra dan Dimas sangat terkejut, mendengar penjelasan Ayah mereka.  Andra pun meminta maaf pada sahabat sekaligus adik iparnya yang sudah dia buat babak belur.

 Bersambung.....

 Terima kasih.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bundane Arsya Keysha Putry
kasihan reyhan...semoga ending y happy ending
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status