Di sinilah Aisya dan Reyhan duduk, di ruang tamu rumah Aisya dan di kelilingi oleh beberapa warga, mereka menuduh Aisya dan Reyhan telah berbuat mesum. Karena mereka hanya berdua saja di rumah, karena orang tua Aisya dan Abang-abangnya sedang tidak berada di rumah. Aisya sudah menjelaskan kalau dia hanya membantu Reyhan dan meminjamkan baju Abangnya sebab baju Reyhan basah terkena air hujan pas saat mengantarnya pulang. Tetapi para warga di sana tidak percaya dan tetap kekeh menuduh mereka berbuat yang tidak- tidak.
"Saya, berani bersumpah. Bapak-bapak. Saya tidak mungkin melakukan hal sekeji itu," kata Aisya, ia tetap membela diri karena merasa tidak bersalah. Tetapi warga semakin gencar menuduhnya apalagi Pak Rudi semakin mengompori mereka dengan kata-kata yang menyudutkan Aisya.
"Apa yang di katakan, Aisya semuanya benar. Saya hanya menumpang untuk meminjam baju dan berganti pakaian itu saja." Ujar Reyhan membenarkan perkataan Aisya. Tapi para warga sudah termakan omongan Pak Rudi yang selalu berusaha agar Aisya terlihat bersalah.
"Tolong percaya saya, Pak." Kata Aisya menatap satu persatu Bapak-bapak yang berada di sana. Kedua orang tua Aisya belum pulang, Aisya semakin takut perasaannya. Ia mulai menangis, bingung gak tahu lagi mau ngomong dan membela diri tetap saja orang-orang tersebut tidak mempercayainya.
"Kita tunggu saja kedua orang tuamu datang," ujar Bapak ketua Rt.
Tak berapa lama mereka menunggu terdengar suara mesin mobil dari arah depan. Pak Ali dan Bu Dewi bingung karena melihat di rumahnya terlihat rame. Mereka memutuskan untuk segera masuk.
"Ada apa ini?" Ujar pak Ali setelah dia masuk ke rumah.
Aisya langsung berlari dan memeluk Bundanya, ia menangis dengan suara keras. Bu Dewi kaget melihat anaknyà menangis dan memeluknya erat.
"Aisya gak salah, Bun." Ujar Aisya, disela isak tangisnya.
"Ini loh, anak Pak Ali. Kepergok saya sedang berbuat mesum di dalam rumah." Kata Pak Rudi, menjawab pertanyaan Pak Ali. Pak Ali kaget, ia menatap Aisya tetapi Aisya menggelengkan kepalanya sambil menangis.
"Gak, yah. Itu semua gak benar," ujar Aisya sambil terisak.
"Gimana ini, Pak Ali kami gak mau kampung kita ini kena sial karena perbuatan anak Bapak." Ucap salah satu warga.
Pak Ali menatap istrinya yang juga ikut menangis sambil memeluk anaknya, ia percaya kalau anaknya tidak mungkin berbuat seperti itu. Ia tahu Aisya anaknya seperti apa. Tapi para warga semakin menyudutkan Aisya dengan tuduhan mereka.
"Kita nikahkan saja mereka malam ini juga," ujar beberapa warga yang sudah termakan omongan Pak Rudi.
"Aisya, gak mau nikah, Yah. Aisya masih sekolah," pekik Aisya
Setelah melalui perdebatan dan segala macam pembelaan yang dilakukan Reyhan dan Aisya, warga tetap kekeh bahwa Aisya dan Reyhan harus di nikahkan. Pak Ali akhirnya harus menyetujui hal tersebut, daripada anaknya di arak keliling kampung oleh warga. Aisya tidak berhenti menangis. Pak Rudi tersenyum senang sebab rencananya membuat Pak Ali dan Aisya malu berhasil. Ia sangat membenci Aisya karena pernah membuat ia dan anaknya malu.
=====
Reyhan sudah mengucapkan ijab kabulnya di saksikan oleh ketua Rt setempat dan beberapa warga yang sudah ada sejak tadi. Kini Reyhan sudah resmi menjadi suami Aisya secara Agama. Aisya sesegukan menangis di pelukan Bundanya. Ia tidak ingin menikah apalagi dengan Bang Reyhan, sahabat Bang Andra yang baru saja dikenalnya itu. Ia tidak menyangka gara-gara motornya yang mogok, diantar Reyhan pulang dan terjebak hujan, akhirnya harus seperti ini.
"Sabar, sayang. Sudah berenti nangisnya!! Masa sudah jadi seorang istri masih nangis," ucap Bu Dewi sambil menghapus air mata yang terus mengalir dipipi anaknya. Kata-kata bundanya yang menyebutnya sudah jadi seorang istri membuat Aisya kembali menangis kencang.
Para warga berpamitan pulang, tinggallah kini hanya ada Pak Ali, Reyhan, Bu Dewi, dan Aisya.
"Maafin Rey, Om. Seandainya aja Reyhan gak mampir dulu buat pinjam baju pasti......" ucapan Reyhan terpotong oleh ucapan Pak Ali.
"Sudahlah, mungkin ini sudah menjadi takdir kalian, tak perlu saling menyalahkan dan merasa bersalah," kata Pak Ali sambil menatap Reyhan. Reyhan hanya bisa menundukan wajahnya.
Pak Ali memberikan petuah dan nasihat kepada Aisya dan Reyhan. Mereka mendengarkan nasihat yang disampaikan Pak Ali.
"Sudahlah, sebaiknya kita istirahat," ujar Pak Ali menyudahi obrolannya.
"Sya, ajak suamimu ke kamar," kata Ayahnya. Aisya hanya diam saja.
"Kalian sudah suami istri, ya walaupun jalannya harus seperti, jalani saja takdir yang sudah di tentukan oleh Sang pencipta,"
"Kamu, harus menghormati nak Reyhan, walau bagaimana pun dia sudah sah menjadi suamimu, Nak. Hormati dia, jangan membantah perkataan suami," ujar Pak Ali berusaha menasihati anaknya, karena dari tadi Aisya hanya diam dan menangis.
"Iya, Yah," jawab Aisya pelan.
"Mari, Bang," ajak Aisya pada Reyhan, Reyhan pun mengikuti Aisya memasuki kamarnya. Tiba di kamar mereka sama-sama merasa canggung, dan hanya keheningan yang tercipta.
"Biar gue tidur disofa aja," ujar Reyhan memecah keheningan di antara mereka. Aisya hanya diam saja.
"Tidurlah." Ucap Reyhan pada Aisya, seraya berjalan menuju sofa.
Reyhan membaringkan tubuh di sofa yang terletak di kamar Aisya, ia menatap langit-langit kamar. Ia bingung apa yang harus dia katakan pada orang tuanya bahwa dia sudah menikah. Seharusnya dia senang karena bisa memiliki Aisya, gadis yang ia kagumi dan sukai sejak pertama kali melihatnya, tapi bukan seperti ini keinginannya.
Ia ingin berjuang dan berusaha mendapatkan cinta Aisya, bukan dengan cara di grebek begini. Dan satu lagi bagaimana reaksi sahabatnya Andra, Abangnya Aisya bila mengetahui hal ini. Reyhan benar-benar pusing, ia tidak dapat memejamkan matanya. Di liriknya Aisya yang tengah berbaring di atas ranjang, ia menarik nafas dan membuangnya perlahan.
======
Pagi ini di rumah Aisya terasa berbeda dari biasanya, Aisya yang biasanya selalu ceria dan cerewet hanya diam saja. Dua Abangnya belum mengetahui hal pernikahannya dengan Reyhan karena mereka sedang ada urusan pekerjaan di luar kota. Aisya berangkat sekolah seperti biasa tetapi kini ia di antarkan oleh Reyhan, karena motornya masih berada dibengkel. Sepanjang perjalanan tak ada kata yang terucap dari mulut mereka, Aisya dan Reyhan sama-sama diam.
Kini mereka sudah sampai di sekolah, Aisya turun dari motor Reyhan.
"Nanti, pulangnya jam berapa??" Tanya Reyhan, akhirnya dia buka suara juga.
"Jam 3 sore," jawab Aisya
"Ya udah, nanti gue jemput." Kata Reyhan. Aisya ingin menolak tapi Reyhan dah keburu pergi aja. Kan gak ada akhlak tu anak.
Aisya berjalan memasuki gerbang sekolahnya.
"Woy, melamun aja lo. Dari tadi gue panggil gak dengar-dengar," teriak Nisa pada Aisya.
"Lo tadi di antarin siapa,Sya??" Ujar Nisa yang mulai kepo
"Bukan siapa-siapa," ujar Nisa acuh
"Kayaknya yang tadi bukan Abang lo kan??" Tambah kepo dia, soalnya ini baru pertama kali dia melihat Aisya di antar cowok selain para Abangnya.
"Gak penting," sungut Aisya, sebab dia sudah pusing dengan nasibnya yang harus terpaksa nikah sama Reyhan. Di tambah lagi ini sahabatnya nanya terus.
"Lo, kenapa sih?? Lagi dapet ya, lemas bener tu muka, kaya gak ada semangat hidup aja," cibir Nisa, yang melihat sahabatnya itu.
"Sya," teriak Nisa sebab Aisya hanya melamun dan diam tanpa menjawab pertanyaannya.
"Eeh, apa??" Katanya kaget
"Nah, melamun lagikan ni anak."
====
Aisya sudah pulang sekolah dan dijemput oleh Reyhan. Kini mereka sudah berada di rumah. Aisya memasuki kamarnya, dan Reyhan mengekorinya.
Tok tok
Terdengar suara pintu di ketok dari luar, Reyhan mendekati pintu dan ingin membukanya sebab Aisya sedang berada di kamar mandi berganti pakaian. Cekleekk (anggap aja lah suara pintu terbuka wkwk). Pintu terbuka Andra yang berdiri di depan pintu kaget saat mendapati Reyhan berada di kamar Adiknya. Ia pun langsung melayangkan bogeman di muka Reyhan, dan Reyhan yang belum siap menerima bogeman dari Andra pun terhuyung ke belakang.
"Ngapain lo di kamar adik gue??" Teriak Andra
"Jawab!!!"
Reyhan berusaha bangun, namun Andra memberikannya bogeman lagi. Semua yang berada di rumah langsung berlari menuju kamar Aisya sebab mendengar suara ribut-ribut.
"Stop!!" Teriak Bu Dewi saat Andra ingin memukul Reyhan kembali. Andra menoleh kearah Bundanya. Aisya buru-buru keluar dari kamar mandi.
"Astagfirullah," ucapnya saat melihat Reyhan hampir babak belur di hajar oleh Abangnya.
Bu Dewi dan Pak Ali membawa dan menyuruh mereka duduk di ruang keluarga. Pak Ali menjelaskan apa yang sudah terjadi, dan tentang pernikahan Aisya dan Reyhan. Andra dan Dimas sangat terkejut, mendengar penjelasan Ayah mereka. Andra pun meminta maaf pada sahabat sekaligus adik iparnya yang sudah dia buat babak belur.
Bersambung.....
Terima kasih.
Reyhan duduk di tepi ranjang sambil meringis memegang sudut bibirnya yang berdarah, Aisya datang membawa kotak P3K. Ia mendekati Reyhan dan membantu mengobati luka suaminya itu dengan pelan. "Maafin, bang Andra ya, Bang." Ujarnya. Ia merasa tidak enak karena dia Reyhan sampai babak belur. "Hmm, gapapa, Sya. Mungkin kalo Abang jadi Andra akan melakukan hal yang sama," kata Reyhan sambil meringis menahan perih luka di sudut bibirnya. "Ya, sudah Abang istirahat saja di kamar, Aisya mau keluar sebentar," ujarnya setelah selesai mengobati Reyhan. Reyhan hanya menganggukkan kepala, dan berbaring di ranjang Aisya. "Bunda, sedang apa?" Tanyanya, kini ia berada di dapur untuk membuang air bekas membersihkan luka Reyhan. "Bunda, lagi masak Ayam kecap sama tumis kangkung," "Reyhan, bagaimana keadaan Reyhan?" Bu Dewi menanyakan keadaan menantunya. "Aisya, suruh Bang Reyhan istirahat di kamar, kayanya lukanya masih saki
Aisya terbangun dari tidurnya karena merasa perutnya lapar, ia melirik jam yang menempel di atas didinding, sudah jam 9.00 malam. Aisya mengedarkan pandangan tak ditemuinya Reyhan. Ia pun melangkah keluar dari kamar dan tetap sama, ia tak menemukan Reyhan.'Apa dia belum pulang sejak dari tadi' gumam Aisya.Aisya beranjak ke dapur, ia membuka lemari es yang berada didapur Apartement Reyhan, ternyata isinya kosong melompong, gak ada makanan yang bisa ia makan. Cacing-cacing di perutnya sudah pada protes minta jatah lagi. Reyhan juga kemana, jam segini belum pulang, gak tahu apa dia kalau istrinya lagi kelaparan dirumah.Aisya kembali masuk ke kamar, ia membuka tas kresek yang berisi jajanan yang dia dan Reyhan beli sewaktu di jalan tadi. Hmm makan ginian mana bakalan kenyang. Setelah habis memakan jajanannya, ia segera meneguk air mineral dalam kemasan yang sisa setengah.Ia memutuskan untuk menonton Tv saja, sambil menunggu Reyhan pulang
Lanjutan Bab 9 ya, kemaren langsung kepencet publish gara-gara batrei hp saya low. Mau mengedit layarnya kok gak bisa geser jadi ya sudah lanjutnya di sini saja. Eh malah curhat lagi. Ya udah nih lanjutannya.======="Sini, biar Abang bantu," Reyhan dengan sigap mengambil dan menyusun belanjaan mereka, sedangkan Aisya masih duduk di atas kursi ia kelelahan.Tak berapa lama Reyhan duduk di samping Aisya."Udah, selesai?" Tanya Aisya"Iya, sudah." Jawabnya sambil meminum air mineral dalam kemasan yang ada di atas meja."Kamu bisa masak, Sya??" Ia menatap Aisya."Gak bisa, Bang. Kalo mie instan bisa," jawabnya"Terus, bahan-bahan yang kita beli tadi, siapa yang mau masak?" Ia kira Aisya bisa masak jadi dia ambil-ambil aja itu, seperti ayam, ikan, daging, dan sayuran dia ambil."Hmm, nanti Aisya yang masak,"" Katanya, gak bisa masak. Gak usah di paksakan kalo gak bisa." Ujar Reyhan"Nanti, masaknya
"Mami." Seru Reyhan kaget.Reyhan dan Aisya langsung melepaskan pelukan mereka. Aisya juga lupa kalau ada Bu Rasti masih berada di sana. Ia jadi kikuk dan menundukan wajahnya. Agak sedikit malu-malu meong."Kok mami bisa di sini?" Ujar Reyhan yang membuat mata Bu Rasti melotot kearahnya."Kenapa, Mami gak boleh gitu datang kesini!?""Bukan begitu, Mi. Maksud Reyhan..""Apa!?" Kata Bu Rasti memotong ucapan anaknya."Cepat, jelaskan pada Mami. Apa kalian tinggal bareng berdua disini?""Iya." Reyhan dan Aisya menjawab berbarengan sambil menganggukan kepala mereka."Apa!?. Astagfirullah, Reyhan apa yang sudah kamu lakukan. Ya Allah Reyhan." Ujarnya pada Reyhan."Sabar, mi. Ini semua gak seperti apa yang Mami pikirkan.""Gak seperti pikiran mami gimana? Laki-laki dan perempuan tinggal satu atap bersama tanpa adanya ikatan, orang-orang pasti akan berpikiran yang tidak-tidak, apalagi mami melihatnya dengan kepala
"Abang, kapan datang?" Tanya Aisya yang baru saja keluar dari kamar mandi."Tadi, pas kamu lagi tidur.""Oh.""Kita shalat Magrib bareng mau!?" Tawar Reyhan."Boleh.""Ya udah, Abang ambil wudhu duluan ya." Kata Reyhan."Ok."Reyhan berjalan menuju kamar mandi dan segera berwudhu. Selesai Reyhan berwudhu Aisya segera masuk ke kamar mandi untuk berwudhu.Mereka melaksanakan shalat Magrib bareng, dan Reyhan sebagai imamnya. Ini pertama kalinya mereka bisa shalat bersama. Biasanya sendiri-sendiri. Setelah selesai shalat Aisya meraih tangan Reyhan dan menciumnya, sedangkan Reyhan mencium kening istrinya.Walaupun pernikahan mereka, menikah karena terpaksa tetapi mereka berdua berusaha untuk mempertahankan dan menjalankan kewajiban mereka masing-masing. Tak berapa lama setelah mereka merapikan peralatan shalat mereka, terdengar suara pintu kamar mereka di ketok.Tok tok"Reyhan, Aisya ayo
Hari ini Aisya pergi bersekolah, ia di antar oleh Mang Dadang supir keluarganya Reyhan, sebab Reyhan pagi-pagi harus pergi kekantor karena ada pekerjaan mendadak.Sesuai janjinya kemaren hari ini pulang sekolah dia akan kerumah orang tuanya. Aisya sudah meminta izin dengan suaminya, dan Reyhan mengizinkannya. Dan pulangnya nanti Reyhan yang akan menjemputnya.Aisya sudah berada dihalaman rumahnya, ia memandang sekeliling halaman rumahnya. Ah dia rindu ini semua, padahal baru beberapa hari gak tinggal disana. Ia menuju pintu dan membukanya."Assalamu'alaikum.""Bunda.!!" Panggilnya, gak ada sahutan dari dalam, ia pun segera mencari Bundanya itu di tempat favorite Bundanya itu, yaitu didapur. Dan ia menemukannya, Bu Dewi sedang memasak.Aisya langsung saja berlari dan memeluk wanita kesayangannya itu dari belakang dan membuat sang Bunda terjengkit kaget."Astagfirullah." Kaget Bu Dewi"Bunda, Aisya kangen." Ka
Kini Aisya sedang berada di rumah orang tuanya. Ia baru saja pulang sekolah dan sudah mendapat izin dari Reyhan untuk mampir di kediaman orang tuanya."Assalamualaikum, Bunda.""Walaikumsalam." Sahut Bu Dewi"Kamu sama siapa, Sya?""Sendiri aja, tadi naik angkutan umum, Bun.""Udah izin sama Nak Reyhan, belum?""Udah dong, Bun. Makanya Aisya kesini.""Hmm, bagus lah. Sana ganti baju dulu, terus makan." Titah Bu Dewi pada Aisya."Siap Nyonya Ratu." Aisya mencium pipi wanita kesayangannya itu, dan berlari memasuki kamarnya.Aisya mencuci muka, kaki, dan tangannya lalu berganti pakaian. Ia keluar dari kamarnya menuju dapur, ia ingin segera makan cacing-cacing diperutnya sudah pada teriak minta di beri makan.Ia membuka tudung saji, disana sudah ada ikan goreng, sayur bayam, tempe tahu, dan sambal. Aisya mengambil segara mengambil sebuah piring lalu mengisinya dengan nasi dan lauk pauknya
Hari ini Aisya ke sekolah didampingi oleh Reyhan sebagai wali muridnya, hari ini dia akan menghadiri acara pengumuman hasil ujian dan kelulusan. Ia turun dari mobil dan diikuti oleh Reyhan."Bang, Aisya ke sana dulu ya gabung sama teman-teman." Aisya menunjuk segerombolan siswa-siswi yang mana di sana juga sudah ada Nisa."Iya."Aisya pun berjalan ke arah temannya berada, dan Reyhan terlihat bergabung dengan wali murid yang lainnya."Hai, Nis,""Eh, hai Sya. Lo hari ini datang sama siapa?" Tanya Nisa"Emm, anu.., eh sama Abang gue.? Jawabnya"Oh, tumben Abang lo yang datang?""Iya, soalnya Bokap gue ada kerjaan.""Kita duduk di sana aja, yuk!!" Ajak Nisa pada Aisya, sambil menunjuk sebuah kursi panjang yang ada di sana."Oke."Mereka sudah duduk di kursi, sambil ngobrol-ngobrol.Tak berapa lama acara pengumuman pun diumumkan, Aisya deg-degan semoga dia lulus d