Walaupun Andres tidak tahu siapa penolongnya malam itu saat tenggelam, dia masih lebih memilih dan berharap Risa Abdullah adalah wanita yang akan bersamanya. Dia menunggu dengan sabar untuk melihat wanita itu kembali kepadanya, dan membuatnya menyadari kalau hanya dialah yang akan selalu mengejarnya meski ada banyak wanita di sekitarnya. Tak disangka, semua prediksinya meleset semua! Tunangan? Menjalin hubungan dengan dua pria berbeda? Tatapan benci dan jijik darinya? Semua itu membuat otak pria ini sangat kacau dan ingin meledak hebat tak karuan. Ini seperti dia terjebak dalam sebuah mimpi buruk, dan tidak bisa bangun sama sekali! Ke mana Risa yang dikenalnya dulu? “Risa, jika aku bisa membuktikan malam itu aku tidak bersalah, apakah kamu mau kembali kepadaku? Kita mulai lagi dari awal, Sayang. Aku berjanji akan memperlakukanmu lebih baik daripada sebelumnya. Aku tidak akan membuatmu seperti bebek yang kehilangan induknya lagi. Aku yang akan menjadi bebek untukmu. Bagaimana?
Risa Abdullah syok luar biasa sampai merasa jantungnya sudah mau lari dari tempatnya. Di depannya, kini sudah berdiri Adnan Budiraharja, menatapnya dingin dengan sikap yang sangat tenang. Namun, Risa bisa melihat ada permusuhan yang kuat di kedua bola mata sang tunangan, ditujukan tepat untuk pria dingin dan arogan yang berdiri di sebelahnya. Bagaimana ini? Kenapa Adnan tiba-tiba muncul? Suasana canggung dengan cepat menangkap atmosfer ruangan itu. Adnan yang melihat wanitanya sedang sibuk di tempat mereka berdua pernah menghabiskan waktu manis bersama, kini merasa gambaran romantis itu dirusak dengan kehadiran pria lain yang sepertinya sedang mencoba menggantikan posisinya. Sialnya, orang itu tidak lain adalah bos Risa yang sudah lama dicurigainya dengan penuh kebencian di hatinya. Pria ini masih dendam dengan ingatan kejadian panas di mobil dulu. Dia mencium Risa dengan cara yang sangat tidak bermoral dan begitu bernafsu. Berengsek! Kedua tangan Adnan mengepal di kedua sisi t
Hari Minggu itu berjalan dengan sangat lambat, seperti sedang menyiksa Risa dalam sebuah drama panggung berskenario buruk. Baik Shouhei dan Adnan, keduanya benar-benar sama sekali tidak mau mengalah dalam berdekatan dengan satu-satunya wanita muda di mansion itu. Selama proses pembuatan sisa kue yang dimaksudkan oleh Risa, bukan hanya Shouhei yang ikut campur dalam pembuatannya, melainkan juga Adnan yang tidak kalah bersemangat turun ke dapur. Kedua pria itu memang terlihat santai dan saling melempar senyum hormat, tapi Risa bisa merasakan hawa dingin yang sedingin kutub utara hadir di sekitarnya, meski udara di dapur ini cukup terasa panas dengan suasana membuat kue mereka. Risa Abdullah tahu kalau mereka berdua diam-diam saling melempar tatapan dingin satu sama lain, dan dia hanya berpura-pura tidak menyadarinya saja. Apa yang harus dilakukannya memang? Mustahil dia berpihak pada salah satu pria itu. Jika dia berbuat kesalahan dan berat sebelah, tentu saja salah satu dari merek
Senin esok harinya, Risa Abdullah yang dijemput oleh Shouhei, memasang wajah suram ke arah pria yang duduk di kursi pengemudi. “Kalau kamu menatapku seperti itu terus, entah matamu yang akan keluar dengan sendirinya dan menjadi bola pingpong gratis, atau malah aku harus menghukum bibir kecilmu agar berhenti memberi tunangan tercintamu tatapan panas seperti itu?” goda Shouhei yang tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan di depannya. Risa Abdullah kaget bukan main! Wanita dengan penampilan khas sekretaris itu mendengus kesal! “Sebenarnya, sifat mesummu itu berkurang, atau semakin parah saja? Aku sama sekali tidak bisa memahamimu!” Shouhei terkekeh geli dengan keluhannya, lalu membelokkan mobil ke kiri. Setelah kejadian cukup menegangkan kemarin di mana Adnan mendapat tamparan psikologis dari Shouhei, itu benar-benar membuat Risa jengkel luar biasa. Caranya membungkam dan mengerjai pria berkacamata itu bisa dikatakan tidak tahu malu, tapi perkataannya memang benar. “Kamu masih
Masih kesal dengan kemesraan kedua orang yang makan siang bersama sebelumnya, membuat Risa mengambil langka ekstrem. Ketika jam pulang kantor kurang dari 1 jam lagi, Risa Abdullah dengan hati gusar, akhirnya cepat-cepat pulang tanpa peduli apakah bosnya akan marah atau tidak. Risa yang sudah merasakan suasana hatinya jauh lebih baik saat menginjakkan kakinya di luar gedung perkantoran, berhasil menarik napas lega. Sayangnya, baru saja 5 menit amarahnya reda, tiba-tiba saja dari arah samping sebuah mobil hitam mewah memotong jalannya. “Oh, ya, ampun! Dasar pengemudi berengsek! Apa tidak bisa lihat jalan?!” gerutu Risa kesal, tapi tidak mau memperpanjang masalah karena hatinya sedang tidak baik-baik saja. Dia setengah mati mengembalikan suasana hatinya ke mode stabil. Kalau bertengkar dengan orang bodoh si pemilik mobil, sudah pasti akan membuatnya meledak hebat. Bisa saja Risa akan melampiaskan amarahnya beberapa saat lalu tidak pada tempatnya. Dia tidak mau bertambah pusing! Deng
Risa dan Andres tidak berlama-lama di tempat sebelumnya, keduanya kini sudah berada di tempat lain yang lebih privasi. “Lepaskan aku, Andres! Aku mau pulang! Bukankah kamu sudah puas mempermainkanku?!” Risa berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan sang pria, tubuhnya diseret menuju sebuah tempat yang masih satu gedung dengan arena bermain ice skating sebelumnya. “Mempermainkan? Risa Abdullah, kapan kamu benar-benar akan percaya dengan ucapanku? Hanya karena aku adalah pria yang bermulut manis, maka kata-kataku sama sekali tak ada yang bisa dipercaya? Kamu benar-benar egois dan jahat! Sungguh tega memperlakukanku dengan sangat tidak adil!” Risa menahan dirinya agar tidak ditarik lebih kuat, menggigit tangan Andres hingga membuatnya berhenti berjalan. Teriakan kesakitan pria itu mengisi udara di tempat ini. “Benar! Aku memang adalah wanita egois dan jahat! Kalau sudah tahu, sebaiknya pergi menjauh dariku!” Andres menggertakkan gigi marah, matanya membesar hingga urat-urat m
Risa menghela napas berat, melirik ke arah lantai di mana dua pria yang babak belur tampak memohon ampun. Wanita manis itu lalu berkacak pinggang, kening mengernyit dalam. “Segera hentikan semua ini! Mereka berdua adalah anak dari rekan kerja bisnis ayahmu, kan? Tidak takut membuat masalah lebih besar lagi?” “Risa... aku benar-benar ingin kamu memaafkanku, dan kembali mempercayaiku...” gumam Andres lesu, menunduk dengan wajah mengkelam suram. “Andres, bulan ini aku akan segera menikah! Kamu pikir pernikahanku dengan Adnan adalah sebuah permainan? Itu adalah pernikahan bisnis yang tidak bisa aku hentikan meskipun aku tidak setuju sama sekali! Bagaimana aku bisa meyakinkanmu agar tidak berbuat hal gila lagi? Kamu tahu, selain kesalahan mereka berdua, masalah yang terjadi di antara kita berdua tetaplah terjadi karena dirimu! Bercerminlah! Instrospeksi diri sedikit! Aku telah memberimu kesempatan untuk menyambut cintaku, tapi malah kamu sia-siakan dengan sikap dingin dan masa bodohmu it
Di mobil, Risa sama sekali tidak mengatakan apa pun. Kepalanya hanya terus tertunduk muram. Tidak berani melirik ke arah Shouhei hanya untuk memeriksa bagaimana ekspresinya. Selama perjalanan, pria galak itu juga tidak menanyakan apa pun kepadanya. Dia hanya mengemudi serius, dan membuat suasana di antara mereka berdua lebih hening daripada kuburan. “Kamu tidak bertanya kenapa aku sampai bisa bersama Andres?” tanya Risa dengan suara mencicit lirih, kepala tertunduk bersalah ketika sudah tiba di depan mansion keluarganya. Shouhei yang berdiri di depannya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, tetap saja dingin dan misterius. “Shouhei...?” lanjut Risa dengan kening bertaut tak nyaman, wajahnya sangat kasihan. “Aku yakin kamu punya alasan tersendiri untuk ikut bersamanya. Lain kali, jangan gegabah seperti itu. Kamu tahu seberapa marah aku kepadamu sekarang?” Orang-orang bilang, level tertinggi seseorang saat sedang marah adalah diam dengan sikap acuh tak acuh. Shouhei saat ini sudah m