Share

30 Hari Bersama Ceo Angkuh
30 Hari Bersama Ceo Angkuh
Penulis: Amy_Asya

1. Pesta Pernikahan

Di hotel bintang lima, Keluarga Williams yang terkenal di New York tengah mengadakan pesta pernikahan untuk putra bungsu mereka.

Tamu undangan yang datang pun begitu banyak.

Umumnya, mereka dari kalangan pengusaha.

Selain memberi selamat pada pengantin, mereka punya tujuan lain di sini, yakni mendekati Dominic–kakak dari pengantin laki-laki yang juga anak sulung dari keluarga Williams.

Dalam hati, mereka berharap jika putri mereka dapat menjadi pasangan pria berkepala empat yang terkenal bertangan emas di dunia bisnis itu.

Sayangnya, Dominic justru tampak bosan dan duduk bersama sang sahabat di sudut ruangan.

“Memangnya, kau tidak ingin memilih salah satu dari mereka, Dom? Banyak wanita cantik dan seksi di sini.”

“Shut up!” Dominic menatap Harry dengan kesal.

Tring!

Suara ponselnya tiba-tiba berdering.

Namun, melirik kontak yang menghubunginya, Dominic mengabaikannya.

“Ibumu menghubungimu sejak tadi. Siapa tahu penting, jawab saja!” ucap Harry yang tampak mencari seseorang.

Dominic hanya mengendikan bahu, malas. Dia tahu Ibunya pasti ingin menjodohkannya dengan anak perempuan temannya.

“Siapa yang kau cari? Tunanganmu?” tanya Dominic untuk mengalihkan perhatian Harry darinya.

“Tidak. Dia sudah pulang tadi.”

“Lalu?”

“Siapa lagi kalau bukan Casanova kita dari Vermont.” Harry menatap Dominic dengan senyum geli saat membayangkan teman mereka yang satu itu, “si Austin!”

Tring!

Bunyi ponsel Dominic kembali terdengar.

Kali ini, dia benar-benar tidak tahan lagi dengan suara bising dari ponselnya. Ibunya itu benar-benar keras kepala dan pantang menyerah.

Jadi, dia pun merapikan setelan jas yang dikenakan lalu meneguk anggur di dalam gelasnya hingga kandas.

“Mau menemui ibumu?”

Dominic mengangguk. “Dia benar-benar berisik.”

Harry mengibaskan tangan tanda meminta Dominic untuk segera pergi.

Pria itu pun segera mencari tempat sepi untuk menjawab panggilan ibunya.

“Kau di mana?” ucap sang Ibu tanpa basa-basi.

“Aku bersama Harry.”

“Cepat kemari! Keluarga Brown ingin memperkenalkan putri bungsu mereka. Dia cantik. Kau pasti akan suka.”

Mata Dominic menelisik setiap sudut ruangan, dan, ya, dia berhasil menemukan ibunya.

Wanita itu memang tampak sedang bersama dengan Keluarga Brown. Keluarga konglomerat yang sudah lama menginginkan perjodohan di antara mereka.

Padahal, bulan lalu, Brown sudah memperkenalkan putri keduanya. Kini, putri bungsunya?

Dominic benar-benar tidak habis pikir.

“Aku tidak berminat,” jawab pria itu pada akhirnya.

“Dom!” seru ibunya dengan suara tertahan. “Dia wanita yang cantik dan terpelajar. Setidaknya temui dan berkenalan dulu. Hargai mereka.”

“Baiklah. Akan kutemui jika sempat.”

Dominic langsung menutup panggilannya secara sepihak.

Pria itu lantas tertawa miris setelah mengingat kembali aksi ibunya selama lima tahun terakhir.

Nyonya Williams itu benar-benar gencar mencarikannya “wanita dari keluarga kaya” untuk dinikahi.

“Padahal, mereka juga yang membuatku bekerja keras di perusahaan, hingga lupa waktu,” lirih Dominic mengepalkan tangan menahan emosi.

Tanpa basa-basi, pria itu pun berjalan dengan langkah cepat menuju keluar hotel.

Dia sudah memutuskan untuk tidak menemui ibunya ataupun keluarga Brown.

Hanya saja, baru beberapa langkah ….

“Dom!”

Nama pria itu dipanggil!

“Damn it!” Dominic sontak mengumpat pelan kala mendapati ibunya dengan seorang gadis muda, yang dia yakini adalah putri bungsu keluarga Brown.

“Kau mencari Mama, ‘kan?” tanya Elena dengan alis terangkat sembari menghampiri pria itu, “kenalkan. Dia Sarah. Gadis yang Mama katakan tadi.”

“Halo, Dom. Aku senang bisa berkenalan denganmu.” Wanita berambut merah itu mengulurkan tangannya.

Akan tetapi, Dominic mengacuhkannya dan tak menyambut uluran itu sama sekali.

“Aku sudah bilang jika aku sibuk, bukan?” Dominic bertanya dengan suara rendah.

Siapa pun yang mendengar pasti akan merasa ngeri, termasuk Elena dan Sarah.

Hanya saja, sang ibu tak menyerah. “Dom, ini pernikahan Charles. Pernikahan adikmu. Jadi, jangan terlalu keras dengan dirimu sendiri,” ucapnya dengan selembut mungkin.

Namun, Dominic justru menatap ibunya dingin. “Aku sudah muak dengan semua ini, Ma.

“Jadi, tolong jangan memaksaku untuk melakukan hal yang tidak bisa kau bayangkan,” ucapnya lagi, lalu menoleh sekilas pada gadis di samping sang ibu, “Oh, iya. Senang berkenalan denganmu, Ms. Sarah, tapi kuharap kita tidak bertemu lagi!”

Elena sontak terdiam setelah Dominic mengatakan ancaman seperti itu.

Dia tidak bisa mempertaruhkan kehormatan keluarga Williams di depan publik.

Jadi, wanita itu hanya bisa melihat sang putra berbalik dan berjalan menjauhi keduanya.

***

Sembari bersumpah serapah, Dominic tampak berjalan tanpa memperhatikan sekitar.

Dia sungguh emosi kali ini.

Brug!

Seseorang tiba-tiba menabrak tubuhnya dan menumpahkan cairan berwarna ungu kehitaman di tubuhnya.

Tentu saja, hal itu membuat Dominic menjadi tidak terkendali.

“Apa kau tidak punya mata?” maki pria itu memperhatikan kemeja putih yang dikenakannya menjadi berwarna ungu.

“Maaf, Sir. Aku tidak sengaja.” Seorang gadis menunduk, berusaha meminta maaf dengan tulus.

Setelah itu, dia memberanikan diri menatap Dominic. “Aku akan mencuci pakaian Anda,” ucapnya agar tidak terjadi keributan.

Sayangnya, lawannya kali ini sedang dalam keadaan tak baik. Dominic butuh sesuatu untuk melampiaskan kekesalannya sejak tadi.

“Kau tau berapa harga setelan yang aku kenakan hari ini? Oh, Tuhan. Siapa yang mengundang gadis udik ini?” Dominic berteriak dengan wajah kesal.

“Maaf, Sir, tapi—“

“Kau benar-benar tidak punya mata? Kau lihat pakaianku. Ini mahal dan kau tidak akan sanggup menggantinya,” makinya lagi.

Gadis itu terlihat tidak terima setelah Dominic meneriakinya. “Maaf, Sir. Aku sudah bilang akan mencucinya, bukan? Kenapa Anda berteriak seperti ini?”

“Kau berani berteriak kepadaku? Kau tidak tahu siapa aku?”

Teriakan keduanya sontak menarik perhatian semua orang.

Mata yang awalnya menatap pasangan pengantin di depan sana, kini beralih menatap pertengkaran Dominic dengan seorang gadis muda.

“Siapa Anda? Aku tidak takut sama sekali. Aku memang salah, dan sudah meminta maaf. Seharusnya Anda tidak menghinaku seperti itu.” Gadis itu menunjuk wajah Dominic dengan ekspresi kesal.

Dominic tertawa pelan—tersenyum mengejek menatap gadis muda itu. Selama ini tidak ada yang berani meneriakinya seperti itu.

“Siapa yang mengundangmu kemari?” tanya Dominic kesal.

“Kenapa? Memangnya kau siapa?” Gadis muda itu berkacak pinggang dengan senyum mengejek. Dia tidak terima harga dirinya direndahkan begitu saja.

“Anna!”

Gadis itu menoleh ketika mendengar Austin memanggil namanya, tetapi setelah itu dia kembali menatap Dominic dengan senyum permusuhan.

“Anna, ada apa ini?” tanya Austin. Pria itu kemudian menatap Dominic dengan senyum hambar, ketika sadar jika Anna mendapatkan lawan yang tidak tepat.

“Dia meneriakku. Mengataiku udik. Memangnya, dia pikir dia siapa?”

Dominic memerhatikan Austin. Dia tak menyangka gadis di depannya ini mengenal sang sahabat. “Kau kemari bersamanya?”

Austin mengangguk. Dia tampak menyenggol bahu Anna, dengan wajah khawatir. “An, cepat minta maaf!”

“Tidak mau!” tolak Anna keras.

Melihat itu, Dominic jelas tampak geram. Kenapa hari ini semua orang membuatnya marah?

“Kau….”

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Umi Mu'minatin
menghibur di kala jenuh dengan pekerjaan,ceritanya mensrik dan penataab bahasa jg simple
goodnovel comment avatar
Sri Lestari
ibunya terlalu keras terhadap anaknya
goodnovel comment avatar
Asiah Erap
Wuu, awal cerita sudah seru... semangat thor aku suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status