"Harry!""Ya, Sayang." Harry menoleh dan menatap Emily dengan lembut. Gadis itu masih bergelung di bawah selimut. "Kau kenal Anna dari mana?""Anna?"Emily mengangguk cepat. Dia segera duduk dan menanti jawaban Harry. "Kenapa? Kau cemburu lagi, ya? Ingat, Emily, aku hanya mengenal Anna begitu saja, tidak lebih.""Tidak, bukan seperti itu." Emily melambaikan tangannya dan meminta Harry untuk duduk di sampingnya. Harry menuruti permintaan Emily tanpa banyak tanya. Dia tidak mau merusak mood pacarnya di pagi hari. "Lalu?" tanya Harry tidak mengerti. "Kelihatannya Anna gadis yang baik, ya. Dia bekerja di sini?"Harry hanya mengangguk. Pria itu memilih untuk fokus menatap Emily, sembari menciumi rambutnya. "Katanya kau mau bercerita kenapa Dominic bisa bertemu dengan gadis itu. Cepat ceritakan sekarang!""Sudahlah. Jangan ingin mencari tahu kehidupan mereka.""Tapi, aku penasaran."Harry menghembuskan napasnya dengan kasar saat melihat senyum penuh harap di mata Emily. "Jangan memak
"Kau terlihat cantik jika sedang diam."Anna langsung mendorong tubuh Dominic cukup kuat hingga pria itu sedikit terkejut. "Kenapa kau mendorongku dengan kasar begitu?" gerutu Dominic. Pria itu hampir saja terjatuh dari sofa. "Maaf, tapi kau yang membuatku terkejut, Dom.""Memangnya aku hantu!" keluh Dominic. Sorot teduh dari matanya kini berganti dengan ekspresi kesal. Anna menggeleng cepat. Gadis itu segera berdiri dengan wajah gugup dan berniat kembali pergi, tetapi .... "Kau mau ke mana?" tanya Dominic yang langsung membuat Anna berhenti. "Ke-ke belakang.""Kau ingin menghindar dariku?" tanya Dominic lagi. "Tidak, Dom. Aku memang ingin ke belakang saja.""Jelas-jelas kau sedang berusaha menjauh dariku. Memangnya aku melakukan apa?" tanya Dominic bingung. Dia tidak melakukan apa pun yang buruk, lalu kenapa Anna terlihat begitu gugup dan sangat kaget? Anna mengigit bibirnya. Rasanya dia mengatakan pada Dominic jika dia cukup terkejut dengan perkataan pria itu. Dominic baru
Suasana menjadi hening seketika. Menyadari hal itu, Dominic langsung tertawa pelan. Dia senang melihat wajah Anna yang terlihat seperti orang bingung. "Bercyanda!""Dasar Brengsek!" maki Anna. Tidak lama setelah itu, dia juga ikut tertawa bersama Dominic. Malam ini mereka menghabiskan makan malam dengan damai di tengah badai musim dingin. ***"Ini. Aku rasa hanya pakaian ini yang bisa kau pakai." Dominic menyerahkan sepasang sweater lengan panjang dengan celana training. Anna menerima sepasang pakaian itu dengan senyum simpul. Setelah itu dia langsung berdiri. "Thanks, Dom. Besok jika badai sudah berhenti aku akan pulang dan mencucinya."Dominic mengangguk. Pria itu kemudian berjalan mengambil karpet tebal untuk bawa di depan perapian. "Kau tidur di kamarku saja malam ini.""Tidak usah. Aku akan tidur di sini saja," tolak Anna tidak enak. Dia sudah meminjam pakaian pria itu dan tidak enak rasanya jika akan meminjam kamarnya juga. "Ya, sudah. Kalau begitu kita akan tidur bersama d
Anna menatap Dominic tanpa suara. Bibirnya ingin menolak, tetapi tidak dia tidak bisa. Apalagi saat melihat wajah lelah Dominic. "Kemari."Dominic menyambut uluran tangan Anna dengan senyum tipis. Pria itu merengkuh tubuh Anna, dan meletakkan kepalanya di bahu gadis itu. Dominic suka berada dalam dalam pelukan Anna. Aroma tubuh gadis itu membuat Dominic merasa tenang. Sementara itu, Anna menepuk kepala Dominic dengan lembut. Dia mengusap rambut ikal Dominic dengan pelan. Anna tahu jika jiwa Dominic sedang tidak baik-baik saja. Terlepas dari semua obrolan mereka tadi, pria itu sudah menyimpan rasa lelah yang berusaha disembunyikan. "Anna, aku suka aroma tubuhmu," lirih Dominic. Pria itu melepaskan dekapannya dan menatap mata biru Anna lamat-lamat. Anna hanya mengangguk dengan senyuman tulus. Dia tidak tahu mengapa menyukai perlakuan Dominic. Dia juga suka ketika Dominic memeluknya dengan hangat. "Aku juga suka dengan senyummu.""Sungguh? Kupikir kau tidak serius lagi kali ini, Do
"Apa katamu, Dam?""Charles mengalami kecelakaan, Dom. Kau harus segera kembali ke New York. Keadaan Nyonya Elena sangat kacau sekarang."Dominic langsung berdiri dan berjalan menjauhi Anna. Pria itu terlihat sedikit kaget dan bingung untuk sesaat. Dia tidak sedang bermimpi, kan? "Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Dominic. Pria itu berdiri di dekat sofa dengan khawatir. "Tidak baik. Setelah ini akan kupesankan tiket untuk kau dan Harry.""Aku tidak bisa langsung pulang sekarang. Di sini sedang terjadi badai salju sejak kemarin, dan mungkin saja penerbangan ditutup sementara.""Kau jangan mencoba berbohong lagi, Dom!" gerutu Adam. "Aku sudah mencari tahu di Spanyol tidak ada badai apa pun.""Aku tidak pernah pergi ke sana. Aku berada di Vermont.""Tapi, kau dan Harry kompak mengatakan jika kalian liburan ke Spanyol!""Aku mengatakan hal itu agar kau tidak datang menyusulku kemari," jawab Dominic jujur. "Dasar brengsek!" maki Adam. Sepertinya pria itu sangat kesal dengan Dominic.
Anna segera melepaskan tangan Dominic. Setelah itu, dia memakai sweater milik pria itu, dan berlari masuk ke dalam kamar tanpa menjawab pertanyaan Dominic. Dominic menatap kepergian Anna dengan nanar. Pria itu mengepalkan tangannya dengan kuat lalu meninju lantai dengan keras. Dia ingin marah saat melihat semua bekas luka di tubuh Anna. Sumpah demi apa pun, jika benar yang melakukan itu adalah Frank—ayah Anna sendiri, Dominic berjanji tidak akan mengampuni pria tua itu. ***Pagi ini cuaca mulai membaik. Badai salju yang menerpa Vermont selama dua hari sudah berhenti dan membuat tumpukan salju semakin tebal. Dominic bangun karena suara deringan ponselnya. Mata pria itu menyipit dan langsung mengangkat setelah melihat nama Harry. "Dom, aku dengar Charles mengalami kecelakaan. Adam sudah menghubungiku tadi.""Ya, kau bisa cari tahu apakah akan ada penerbangan hari ini? Kita harus kembali sekarang.""Aku akan meminta bantuan Austin. Kau bisa bersiap-siap saja, Dom. Setelah ini, kami
"Segera kabari aku setelah kau sampai di New York." Austin memeluk dan menepuk punggung Dominic pelan. Dominic mengangguk. Setelah itu dia beralih pada Anna yang berdiri di sisi Austin. "Aku pergi.""Jaga diri baik-baik, Dom."Dominic hanya mengiyakan tanpa bicara. Dia menatap Anna dengan perasaan resah. Dominic tidak ingin pergi dan meninggalkan Anna sebenarnya. Dia masih ingin bersama dengan gadis itu, tetapi dia juga khawatir dengan kondisi Charles sekarang. "Ayo, Dom!" ajak Harry. Sebelumnya dia sudah berpamitan pada Austin dan juga Anna. "Ah, iya. Sampai jumpa lagi." Dominic melambaikan tangannya kemudian berbalik, meninggalkan Anna begitu saja. Jika saja tidak ada Austin dan Harry di sana, dia mungkin sudah memeluk dan memberikan perpisahan yang tak akan bisa Anna lupakan. Anna melambaikan tangannya dengan tersenyum tipis. Matanya masih melihat Dominic yang juga terlihat enggan pergi. Setelah Dominic benar-benar tidak terlihat, terdengar helaan napas panjang dari gadis itu
Dominic menendang ban mobil di depannya dengan kuat. Pikiran pria itu sudah kacau balau. Bagaimana bisa disalahkan atas kelalaian yang dilakukan Charles? "Dom.""Kau dengar tadi, Harry? Mereka menyalahkanku, padahal jelas-jelas aku tidak ada di tempat kejadian. Aku bersamamu di Vermont!""Tenangkan dirimu, Dom." Harry menepuk punggung Dominic dari belakang. Berusaha menenangkan amarah temannya itu. "Aku tidak tahu apa-apa, Harry. Apa salahnya jika Charles juga berkerja di perusahaan? Dia juga sama denganku, sama-sama putra keluarga Williams. Lalu kenapa hanya aku yang boleh berkerja tanpa kenal lelah. Kenapa dia bisa bebas dan menikmati segalanya begitu saja?"Adam ingin menyela, tetapi Harry mencegahnya dan meminta asisten Dominic itu untuk segera pergi. "Mari kita duduk dan bicara dengan kepala dingin!" ajak Harry. Namun, Dominic menepis tangan Harry dan duduk di dekat mobil dengan rasa frustrasi dan putus asa. "Aku tidak melakukan apa pun."Harry mengangguk. Dia akhirnya ikut