Home / Romansa / Bride (Indonesia) / 12. Arlan dan Zara

Share

12. Arlan dan Zara

Author: Writer in box
last update Last Updated: 2020-12-23 14:25:40

Arlan melirik jam tangannya menunjukan pukul Pukul 12.00.

"Waktunya makan siang," Seru Arlan.

Ia langsung menyusun semua buku, dan berkas di meja kerjanya, kemudian bergegas untuk makan siang di rumah bersama Zara.

"Di mana, ya!" Arlan lupa di mana menaruh kunci mobilnya.

Arlan memeriksa berkali-kali saku celananya, tetapi ia tidak menemukannya.

"Apa ketinggalan di kelas, ya!" gumam Arlan pada dirinya sendiri.

Sekarang ia beralih memeriksa tas punggungnya yang penuh dengan buku. Kening Arlan mulai berkerut karena ia sama sekali tidak ingat di mana menaruh kunci mobilnya.

"Bapak cari ini?" Renata datang dengan memegang kunci mobil Arlan.

"Kamu?" Arlan yang grasak -grusuk mencari kunci, berbalik badan mendengar suara Renata.

"Kenapa bisa ada padamu?" tanya

Arlan meraih kunci mobilnya yang ada pada tangan Renata.

"Eh, tunggu dulu!" Renata menyembunyikan kunci mobil Arlan di balik badannya.

"Kamu jangan main-main! Saya lagi terburu-buru!" Sungut Arlan ketus.

"Siapa yang main-main, Pak. Untung saya selamatkan kunci mobil Bapak yang ditinggal begitu saja di atas meja," Renata menaikan salah satu bibirnya hingga mebentuk senyuman usil.

"Iya terima kasih, tetapi saya harus pergi sekarang,  Jadi berikan kucinya!" guratan di dahi arlan terlihat berlipat.

"Baik, tapi ada syaratnya!"

"Jangan membuang waktu saya, istri saya sudah menunggu di rumah!" air muka Arlan memerah.

"Tipe lelaki sayang istri ternyata. Sangat cocok," ucap Renata.

Arlan terus melirik jam tangan. Waktunya semakin sedikit. Nanti jam dua dia ada kelas lagi.

"Zara pasti sudah sangat kelaparan sekarang," pikir Arlan.

"Tolong jangan membuang waktu saya!" pinta Arlan.

"Saya sudah bilang. Ada syaratnya kalau bapak mau kunci ini," Renata terkekeh.

"Apa syaratnya?"

"Jangan bertele-tele," sungut Arlan.

"Jadilah pacar saya," cetus Renata tanpa beripikir.

"Jangan meminta yang aneh-aneh, saya telah punya istri," seringai dingin Arlan.

"Salah Bapak! Kenapa mencuri hati saya?" goda Renata dengan memainkan kunci mobil Arlan.

Arlan menarik tubuh gadis itu untuk mendapatkan kunci mobilnya. Renata terperanjak ketika Arlan merapat padanya, mencoba mendapatkan kunci mobil. Tedengar samar-samar detak jantung Renata ketika Arlan meraih tangannya.

"Jangan pernah ganggu saya!"

"Saya sangat mencintai istri saya!" Ucap Arlan lugas.

Renata hanya terdiam memandangi punggung Arlan yang menarik tas punggungnya dan berjalan keluar kantor.

"Bagaimana kalau hanya makan siang," teriak Renata yang diabaikan Arlan.

"Di sini banyak canteen. Kenapa harus pulang makan dengan istrinya," sungut Renat kesal.

Foto Arlan dan Zara yang ada di meja Arlan, menarik perhatian Renata.

"Jadi ini istrinya my future husband," Renata mengambil foto berbingkai klasik itu dari meja Arlan.

"Kenapa bisa bucin banget, toh istrinya kampuangan. Cantikan aku," umpat Renata melihat foto Arlan dan Zara.

Arlan memencet kunci mobilnya setiba ia di pakiran, dan melangkah kasar, kemudian membuka pintu mobil berwarna silver itu. Arlan memacu mobil dengan kencang, membelah jalanan, kemudian ia melihat Rumah makan dan berhenti sesaat di sana untuk membeli makanan.

Arlan melirk banyak lauk yang terpajang, ia bingung sendiri memilih lauk apa yang akan dia beli.

"Lauk apa yang di sukai, Zara!" pikir Arlan karena ia sama sekali tidak tahu apa yang disukai dan tidak di sukai Zara yang sekarang.

"Dulu ketika kami masih kecil, Zara suka dengan Ikan air tawar," gumam Arlan.

"Uda pesan nasi dua bungkus, lauknya gulai ikan." Arlan telah menjatuhkan pilihan pada gulai ikan.

"Baik, Mas!" jawab pelayan, langsung menyiapkan pesanan Arlan.

Setelah mendapatkan pesanannya, Arlan langsung melaju kembali mobilnya sembari melirik jam di tangannya.

"Sepertinya aku harus segara mendapatkan seorang pembantu di rumah, agar Zara tidak kesepian, dan Zara tidak harus kelaparan, menungguku pulang dulu baru bisa makan," pikir Arlan yang sedang menyetir.

Sampai di rumah Arlan langsung memutar seklar lampu dan membuka pintu rumah.

"Assalammulaiku, Zara!" Arlan memasuki rumah menuju kamarnya.

Di dalam kamar Zara masih terbaring di ranjang.

Arlan menghampiri Zara, dan duduk di tepian ranjang.

"Zara kamu masih tidur sayang," Arlan mengelus rambut Zara.

Zara yang tidak tidur tetap memunggungi Arlan.

Ia sama sekali tidak menanggapi Arlan.

"Aku tahu kamu tidak tidur," seru Arlan.

"Pergi!" teriak Zara, masih dalam keadaan memunggungi Arlan.

"Kamu masih marah kutinggal sendiri dirumah?" tanya Arlan.

"Pergi!" teriak Zara lagi.

Arlan terus mencoba membujuk Zara yang sedang merajuk padanya.

"Aku beli nasi padang untukmu sayang. Ayo kita makan siang!" ajak Arlan.

"Lauknya ikan. Bukankah istri jelekku ini suka sekali ikan," bujuk Arlan lagi.

Arlan memeluk istrinya yang sedang berbaring itu, mencoba membujuknya lagi, "Ayolah kita makan siang!"

"Menjauh!" perintah Zara yang sedang merajuk.

Arlan berdiri menjauh dari istrinya, "aku pergi, ya!"

"Benaran, nih!."

"Aku pergi!" ancam Arlan.

"Jangan panggil-panggil aku lagi, ya!" goda Arlan.

Kriuk

Kriuk

Kriuk

Suara perut Zara terdengar berbunyi. Membuat Arlan tak mampu menahan tawanya hingga muncret.

"Kayaknya ada yang sedang kelaparan, nih!" goda Arlan lagi.

Zara bangun dari baringannya, "Suami, Zara lapar!"

"Tadi ada yang ngusir!" sindir Arlan.

Zara yang cemberut terus menatap Arlan. Membuat Arlan terus menggodanya.

"Sepertinya nasi padangnya sudah habis!" Arlan berbalik badan pura-pura meninggalkan Zara.

"Suami!" pekik Zara dengan bulir-bulir air jatuh di pipinya.

Mendengar pekikan Zara. Arlan langsung menggendongnya menuju meja makan.

"Duduk!."

"Aku siapkan makananya dulu!."

Zara yang ingin meraih sendok di ujung meja makan tiba-tiba jatuh dan terduduk di lantai. Ketika Zara ingin berdiri, ia merasa kaku dan sakit di pergelangan kakinya.

"Ahhhhh!" Zara marah memukul-mukul kakinya yang tidak bisa berdiri.

Arlan yang menyadari Zara jatuh langsung mebantu Zara berdiri, tetapi tangan Arlan ditepis Zara. Raut wajah memerah tergambar jelas di wajah Zara. Ia marah-marah pada dirinya sendiri.

"Kenapa begini." gerutu Zara memukul-mukul kakinya penuh amarah.

Arlan menarik tangan Zara yang sedang terduduk di lantai, dan menghentikan tangannya yang terus memukuli kakinya.

"Kamu punya aku yang bisa menggendongmu." Arlan mencium tangan Zara yang sedang terduduk.

Zara terdiam dan memandangi suaminya. Arlan yang menyadari Zara telah tenang, menggendongnya untuk kembali duduk di kursi.

"Kamu mau aku suapi atau makan sendiri?" tanya Arlan, melihat Zara bermain dengan makanannya.

Zara menggelengkan kepalanya. Ia ingin makan sendiri. Suara dentingan piring dan sendok makin terdengar di tengah-tengah makan siang mereka.

"Kusuapi aja, ya!" tawar Arlan melihat Zara tidak berhenti memainkan makanannya.

Zara menggelengkan kepalanya lagi.

"Sini!"

"Kusuapi, aja!" Arlan pindah kesebelah Zara.

Baru satu suapan masuk ke mulut Zara, pranoid dan  delusinya kambuh.

"Aku takut!" Zara memeluk lengan Arlan.

"Kenpa takut? Ada aku di sini!" Arlan menenangkan Zara.

"Ussssst, Apa kamu dengar suara itu, suami?" tanya Zara, meletakan telunjuk di bibir seolah-olah dia mendengar sebuah suara.

"Suara apa?"

"Suara itu, aku takut!" Zara mempererat pelukannya pada Arlan.

"Kamu pasti belum minum obat!" Arlan mengelus bahu istrinya untuk menenangkannya.

"Belum," jawab Zara.

Arlan mempelonggar pelukan Zara, ia ingin mengambil obat, tapi Zara tidak memperbolehkan Arlan beranjak darinya.

"Aku ambil obat dulu sebentar!"

"Jangan aku takut..."

"Jangan tinggalkan aku!"

****

terimakasih my lovely reader udah setia baca iya, dia istriku.

Jangan lupa vote, like, love dan ikuti writer in box, biar semangat aku upnya.

Note: Salah satu akibat dari halusinasi dan delusi skizofrenia, penderitanya seolah-olah mendengar suara yang biasanya membuat mereka makin paranoid terhadap lingkungan dan orang sekitar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bride (Indonesia)   Bab 23 calon Ibu

    Bab 23 calon Ibu❤Pengharapan cinta ini terlalu besar dan tanpa kusadari aku telah menyakitimu❤Arlan termenung di meja kerjanya, karena sedari pagi telinganya telah panas oleh sebuah gosip yang membakar telinganya. Setiap mata mulai memandang dan berbisik, ia hanya bisa diam tanpa pejelasan. Meskipun dijelaskan pun tidak akan ada gunanya. Hanya akan membuang tenaga dan menguras hati, karena seringkali yang didengar seolah-olah adalah kebenaran adanya. Kini Arlan menatap kosong pada pena yang digenggamnya, sembari tangan kanan memegangi pelipisnya, menggambarkan air muka sedikit frustasi."Are you ok, Arlan?" tanya Leo yang merupakan rekan kerja Arlan. Ia merupakan dosen Teknik pertambangan juga, dan meja kerjanya bersebelahan dengan Arlan di ruang dosen."Tidak terlalu baik!" jawab Arlan lesu. Ia tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang begitu gelisah."Apa kabar angin itu benar?" selidik Leo.Mendorong

  • Bride (Indonesia)   Bab 22

    Sepiring nasi dengan lauk ikan gurame goreng telah, Arlan hidang untuk Zara di meja makan. Nanar mata Zara menatap jijik melihat ikan goreng gurame yang ada di atas piringnya. Ia mengakat Ikan gurame itu dengan dua jemarinya dan mulutnya sedikit miring. Arlan yang sadar dengan raut wajah istrinya pun bertanya, "Kenapa? Ikannya tidak enak?""Enak!" Zara tersenyum dengan kening berkerut."Kalau enak kenapa tidak dimakan tanya Arlan?" mengambil sendok di tangan Zara dan menyuapinya."Buka mulut!" perintah Arlan yang dipatuhi Zara.Zara mulai mengunyah makanan yang baru saja disuapi Arlan, ia menelan makanan itu dengan setengah hati, karena bau ikan memasuki seluruh rongga hidungnya. Zara pun langsung berlari ke toilet untuk memuntahkan semua bau busuk itu dari lambungnya."Apa kamu baik-baik saja sayang! Bagaiman kalau kita ke rumah sakit aja!" saran Arlan menepuk-nepuk punggung istrinya yang terus muntah di closet.

  • Bride (Indonesia)   Bab 21 Apakah Zara hamil?

    Terdengar kericuhan di lapangan yang berada di depan kampus. Terlihat gerombolan mahasiswa membawa spanduk, dan beberapa diantaranya mengunakan pengikat kepala bertulisan 'Kami Butuh Keadilan'. Arlan yang barus saja membuka pintu mobilnya, bingung sejenak. Melihat begitu banyak Mahasiswa berlarian di depannya."Ada apa?" tanya Arlan menghentikan seorang pemuda berbaju biru yang berlarian kecil di depannya."Kami lagi demo, Pak!" jawab pemuda itu singkat, berlalu pergi."Demo!" pikir Arlan sejenak, memegang dagunya."Tumben!"Sudah lama tidak terdengar, para mahasiswa mengeluarkan taringnya. Sekarang tidak ada hujan, tiba-tiba demo. Bukan hal yang ganjil, mahasiswa melakukan demo atas sebuah kebijakan, tetapi semua terasa aneh. Ketika di zaman yang mulai individualisme, dan apatis ini. Ada beberapa yang berani meneriakan suara. Bukankah itu luar biasa, disaat mahasiswa lainya fokus dengan nilai, dan mengejar toga.

  • Bride (Indonesia)   Bab 20

    Arlan telah mengajak Zara berputar-putar mencari Gudeg Mbah Lindu. Sebuah gudeg buatan seorang wanita yang telah sepuh dimana ia telah berusia hampir satu abad. Kelezatan Gudegnya tiada tara, meskipun cuma jajanan sederhana, tetapi memiliki rasa istimewa. Arlan ingin Zara mencobanya juga."Biasanya Mbah Lindu jualan di sini, Zara!" tunjuk Arlan pada sebuah tempat lesehan, biasanya Mbah Lindu berjualan."Zara capek, Arlan!" keluh Zara."Apa Mbahnya tidak jualan lagi atau Dia cuma jualan di siang hari, ya?" pikir Arlan."Suami!" panggil Zara."Apa sayang?"Zara memegang perutnya, menunjukan gerak-gerik kelaparan."Lapar, ya?" tanya Arlan."Hmmm!" jawab Zara mengagukan kepalanya."Kalau begitu, kita makan di tempat lain saja," usul Arlan, menarik tangan Zara."Ayo!" ajak Arlan, melihat Zara masih bengong.Karena tidak menemukan Gudeg Mbah

  • Bride (Indonesia)   Bab 19 Azed

    ❤Tidak ada kata terimakasih di dalam cinta❤Renata yang sedang menggendeng tangan Dion dengan mesranya, tiba-tiba beradu pandang dengan dua sosok yang merengkuh nikmatnya sebuah kebersamaan. Dua mata coklat Renata menggeliat pada seorang Pria yang menggendong istrinya di punggung. Renata pun menghentikan langkahnya. Membuat Dion menoleh ke arahnya."Berhenti!" ucap Renata menahan tangan Dion yang berjalan di sampinya."Kenapa?""Bukankah itu, Pak Arlan!" Renata menunjuk ke arah paradise gate."Yang mana?""Itu yang menggendong wanita di punggunya!" tunjuk Renata."Ooooo, iya!""Ayo ke sana!" ajak Renata."Ngapain coba!" sungut Dion risih melihat Renata begitu tertarik dengan Arlan."Ya, aku cuma mau menyapa Pak Arlan!" jawab Renata santai menghadapi Dion yang mulai cemburu."Sekadar menyapa atau ingin menggoda Pak Arlan!" celetuk Dion d

  • Bride (Indonesia)   18 .Azed

    Jika takdirmu adalah akuJika rasa resahmu adalah akuJika takdirku adalah kamuJika rasa resahku adalah kamuKuingin di garis takdirku hanya namamuTuamu, tuaku, kita akan selalu bersama. Arlan melajukan mobilnya. Menembus jalanan kota Yogyakarta, menuju The Lost World Castle. Sebuah tempat wisata di kawasan lereng gunung merapi. Arlan dan Zara memiliki satu kesamaan, yaitu menyukai tempat wisata yang berada di ketinggian. Mereka bisa melihat segala hal tanpa sekat, dan membebaskan jiwa dari tekanan kehidupan. di sepanjang perjalanan Zara tertidur, menyenderkan kepalanya ke jendela mobil. "Jangan tidur seperti itu, Nanti telingamu sakit," tegur Arlan memiringkan kepala Zara ke bahunya yang sedang menyetir. "Aku akan pergi jauh! Jauh sekali!" Zara menceracau tidak jelas di dalam tidurnya. Arlan mencium pucuk kepala istrinya yang masih menceracau, "Kamu sungguh butuh liburan, Zara!" Untuk mencapai lokasi The L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status