Share

TK 4

"Ada penjahat mengacau di kota"

"Benarkah? Biarkan saja, atau suruh anggota baru membereskannya" 

"Benar, kita ini sudah senior. Lagipula tak ada korban jiwa pada peristiwa itu" 

"Tapi kan ini bagian dari tugas kita" 

"Pangeran dan ratu dewi Chanda tak akan mempermasalahkannya"

"Kalau kamu ingin membereskannya silahkan pergi sendiri,"

"Tidak! Tidak. Aku kan juga ingin menikmati santai"

Damon hanya bisa menggerutu dalam hati melihat tingkah para prajurit, bagaimana bisa mereka diam tidak peduli ketika ada bahaya di kota.

"Bukan masalah ada korban jiwa atau tidak. Dan bukan soal Kanagara atau dewi Chanda yang marah. Menjaga kedamaian immortal adalah tugas kita semua. Tapi yang utama adalah kewajiban kalian melindunginya" ujar Damon melengos melewati para prajurit itu.

Semuanya tampak terkejut, beberapa menunduk takut namun ada juga yang tak peduli sama sekali. Damon mengerti, biasanya orang seperti itu adalah antek-antek dewi Chanda.

Cuit!

Damon membunyikan peluit dengan tangannya, tak lama kemudian seekor kuda terbang datang. Lelaki itu langsung menaikinya dan pergi ke kota. Dia tak bisa diam seperti orang-orang bodoh itu.

Sedangkan di kota, Evan langsung menjadi buah bibir dikalangan masyarakat. Dia banyak dipuji, bahkan langsung dikelilingi banyak perempuan. Memang selain tampan, kekuatannya tadi membuat dewi-dewi semakin terpikat.

"Anak ku menjadi sangat terkenal sekarang" ujar sang ayah, Mikaila.

"Jangan ikut menggoda ku ayah" keluh Evan.

Mikaila tertawa, namun tak membuat anaknya berhenti membereskan dagangan.

"Sudah, jangan kamu bereskan terus, dagangan itu sudah rapi. Duduklah disini bersama ayah" ujar Mikaila.

Barulah Evan berhenti, dengan raut kesal dia duduk disamping ayahnya.

"Hey jangan cemberut, ayah hanya bercanda. Lain kali kamu jangan mengeluarkan kekuatan jika tak mau di bicarakan orang" ujar Mikaila.

"Pada akhirnya aku juga harus belajar ayah, aku hanya belum terbiasa" timpal Evan.

"Memangnya kenapa? Jika ayah jadi kamu, ayah akan sombong mungkin" ujar mikaila.

"Sudah tampan, gagah, pintar, kuat lagi" imbuhnya.

"Terimakasih atas pujiannya ayah" timpal Evan tersenyum.

"Mungkin karena aku lama tinggal di kaki gunung, jarang bermain dan tiga terbiasa saja" imbuhnya.

Ekspresi wajah Mikaila berubah ketika Evan berkata seperti itu.

"Maafkan ayah, jika saja ayah sedikit bekerja keras, kita tak akan tinggal di kaki gunung, menyendiri, dan kita tak akan seperti ini" ujar Mikaila sendu.

Evan langsung merasa bersalah ketika ayahnya berbicara seperti itu, dia tak bermaksud menyinggungnya.

"Ayah jangan salah pahams, aku tak bermaksud, aku bersyukur dengan yang kita miliki sekarang" ujar Evan.

"Maafkan aku" adunya menyesal.

"Ayah tahu, terimakasih sudah bertahan Evan" timpal Mikaila.

Damon sendiri tak turun di tengah-tengah kota, dia turun di mulut jalan dan menyuruh kuda tunggangannya kembali. Damon tak suka tampil mencolok. Setelah itu Damon langsung berbaur dengan masyarakat.

Tap!

Tap!

Tap!

Lelaki itu berjalan memasuki kota, hal menarik langsung menyambutnya. Banyak orang membicarakan seseorang.

"Aku melihatnya, dia pengendali angin dan tanah yang hebat" 

"Tapi aku juga dengar dia tak sengaja melakukannya"

"Betul, dia mengatakan jika pencuri itu lemah" 

"Tapi aku yakin dia aslinya hebat" 

"Ya, seseorang yang merendah untuk meroket"

Damon mengernyitkan keningnya, apa yang mereka bicarakan soal pencurian di kota? Jadi semuanya sudah diselesaikan?. Oleh siapa.

"Pokoknya dia tampan, aku jadi jatuh cinta padanya. Apalagi dia masih belum mempunyai pasangan" 

"Memangnya dia mau dengan kamu? Ingat saingan kamu bukan hanya satu, tapi hampir seluruh dewi di kota ini" 

Lain halnya dengan para dewi muda, mereka sedang menceritakan sosok lelaki, apa itu adalah orang yang sama dengan yang sudah mengalahkan para penjahat? Damon terus memikirkan itu.

"Sebelumnya aku berpikir dia orang kerajaan karena wajahnya sangat tampan, juga kekuatannya besar. Apalagi dia tak jumawa dan meminta imbalan kepada kerajaan"

"Tapi ternyata dia hanya pedagang senjata yang baik"  

Percakapan terakhir yang Damon dengan membuatnya seratus persen yakin, seseorang telah mengalahkan penjahat, dia tampan dan baik. 

Damon jadi penasaran. Dia pun mempercepat langkahnya untuk sampai di kota. Tak membutuhkan waktu lama, Damon sampai dipusat perdagangan.

Tapi keadaan sudah tenang, tak ada lagi keributan dan semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Akan jadi masalah jika aku bertanya, mereka bisa saja marah karena pertolongan dari kerajaan datang" gumam Damon.

Namun tak urung, Damon terus melangkahkan kakinya kedalam. Sampai matanya menangkap siluet seseorang yang dia rasa pernah ditemui.

"Hey kesatria! Hoho, aku tadi melihat aksi mu mengusir penjahat, dan itu menakjubkan" 

Damon langsung terperanjat, tak salah lagi, orang itu yang dimaksud banyak orang. Dia memang tampan, tak sadar Damon melengkungkan senyumnya.

"Ekhem, tuan bisa kita berbicara sebentar" ujar Damon menghampiri orang itu.

"Dengan ku?" tanya nya.

Damon mengangguk. Beberapa detik orang itu memperhatikan Damon, dari atas sampai bawah. Sampai akhirnya orang itu memekik mengenali Damon.

"Damon! Si anggota ker-"

"Sut! Diam, ikuti aku saja" potong Damon cepat-cepat?

"Nama ku Evan," ujar lelaki itu.

"Evan, ikut dengan ku sebentar" ulang Damon.

Mikail yang melihat anaknya didatangi orang bagus, sontak menghampirinya. 

"Ayah aku ingin pergi sebentar dengan teman ku" ujar Evan meminta ijin.

"Dia.." timpal Mikaila menggantung.

"Tenang ayah, aku bisa tahu dan bisa menjaga diri" ujar Evan.

Mikaila pun memberikan ijinnya.

"Kita terbang?" tanya Damon.

Evan terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk.

"Ikuti aku" ujar Damon.

Wush!

Evan melihat Damon terbang tinggi, sayapnya indah sekali dan sangat bersih. 

Wush!

Dia pun menyusulnya diiringi pekikan orang-orang yang terpukau melihat sayap putih dengan ujung biru nya.

Damon sendiri belum menyadari keindahan sayap Evan, sampai keduanya turun di sebuah hutan.

Wush!

Damon langsung terkejut melihat sayap Evan yang gagah dan warnanya yang cantik.

"S-Sayap mu" gumam Damon.

"Sayap mu indah Damon, sangat bersih" ujar Evan tersenyum dan menutup sayapnya.

Damon sendiri merasa de javu melihat sayap itu. Sayap yang tak akan pernah dia lupakan, dan selamanya akan dia ingat. 

Melihat Damon melamun, Evan pun menegurnya.

"Damon, kenapa?" tanyanya.

Lelaki itu tersadar dan menatao Evan dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Oh ya, kamu kan bagian kerajaan, kenapa tak mengirimkan tentara untuk mengusir penjahat" tanya Evan.

"I-Itu. Tak ada yang peduli" jawab Damon jujur.

"Hah? Lantas apa pekerjaan diri mu?" tanya Evan.

"Kamu boleh marah pada ku, tapi aku mengajak mu kemari adalah untuk mengucapkan terimakasih" ujar Damon mengacuhkan pertanyaan Evan.

"Aku harus pergi, sekali lagi terimakasih" imbuhnya kembali memunculkan sayap.

Wush!

Evan menatap kepergian Damon percuma, sebaliknya lelaki itu terkejut ketika tubuhnya dikunci oleh tanah.

Evan menahannya.

"Anggota kerajaan tidak boleh bersikap seperti ini" ujar Evan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status