Mike berjalan menuju mobil dan Jake yang sedari tadi hanya diam tanpa ikut bergabung dalam pembicaraan mengikuti dari belakang. Setelah berada di dalam mobilnya, Mike memukul setir dengan keras berkali-kali, meluapkan emosi yang tertahan sejak Diana menghilang, lebih tepatnya melarikan diri.
“Sebar orang-orangku untuk mencarinya, dia pasti kembali ke kota dan beritahu mereka bahwa ini darurat. Aku tidak akan menunggu seharian, jadi usahakan mereka menemukannya hari ini juga!” katanya dengan suara dalam penuh perintah yang mutlak untuk dikerjakan.
Sebuah sentuhan ringan menyapu lembut pipinya yang dilewati jalur air mata, jari-jemari itu mengelus rambutnya dan membuat Diana gemetar. Dia tidak berani membuka mata, dia ketakutan, tetapi ada yang aneh dari sentuhannya. Itu sentuhan lembut yang menggelitik hati, sentuhan yang menenangkan dan takut bersamaan. Perlahan mata Diana membuka dan dia terpaku melihat sepasang mata saphir menatap tepat ke kedalaman matanya.“Mike ...,” bisik Diana tidak percaya. Dia mengerjab-ngerjabkan mata dan meyakinkan diri bahwa itu ilusi, tetapi pria di hadapannya ini tetap tidak menjawab. Wajah mengeras, rahang mengetat, bibir menipis, dengan mata menatap tajam yang me
Mike menarik dasinya dan berjalan dengan gontai memasuki rumah, kepalanya berdenyut hebat seakan memukul setiap bagian tengkoraknya. Sejak mendarat dari bandara hingga ke mari yang dia pikirkan hanyalah berbaring di dalam kamarnya dan keinginannya semakin besar ketika dia melewati pintu depan hingga melintasi ruang tengah. Tidak seperti biasa, nafsu makannya hilang, dan dia mengabaikan jadwal makannya yang tertata dengan baik, pukul delapan malam. Saat ini dia ingin berbaring, meluruskan seluruh tubuhnya di atas kasur dan tidur dengan tenang. Baru satu langkah dia menaiki tangga, sebuah tubuh menimpanya dari atas hingga dia terjatuh di lantai dan tentu saja mengejutkannya. Untung saja kepalanya tidak membentur lantai, namun rasa sakit menjalar di sepanjang punggung hingga pinggang, membuatnya meringis.
Mike yang sejak tadi tidak bisa tidur akhirnya memilih duduk dengan menyandar di kepala tempat tidur. Tubuhnya terjaga ketika indra penciumannya menghirup aroma lembut yang menempel di bantal, seprai dan selimut yang membung-kusnya. Itu aroma tubuh Diana, dia merasa frustrasi karena bau gadis itu menghantuinya sepanjang malam. Kepala Mike bergerak ke samping, melihat jam weker yang menunjukkan jam dua pagi, tiga setengah jam lagi dia harus segera bangun untuk bersiap ke kantor, tetapi sepertinya waktu seolah enggan bekerja sama, begitu pula dengan mata dan pikirannya yang berkelana tidak tentu arah.Kaki Mike menapak lantai, dia b
Pernikahan. Bukankah seharusnya aku merasa bahagia di hari pernikahanku sendiri, tetapi tidak begitu pada kenyataannya. Kini aku menatap wajahku yang terpantul di depan cermin. Wajah muram nan sendu, hanya riasanku saja yang dapat menutupi bagaimana hatiku di dalam sana. Semua orang tampak berbahagia akan kami berdua. Mengucapkan selamat dan memberikan pengharapan akan kelanggengan bahtera rumah tangga yang akan kami arungi, tetapi aku tahu, dia tidak benar-benar menginginkan pernikahan sungguhan.Di kali kedua aku menginjakkan kaki di rumah ini, aku mengetahui satu kenyataan bahwa dia hanya menjadikanku sebagai alat balas dendamnya, tetapi pada apa? Ap
Jake menatap Mike seolah dia benar-benar marah dan kesal. Tidak ada satu pun dari kedua perasaannya itu yang dia tutupi. Matanya menatap lekat pada Mike yang sejak tadi juga menatapnya. Kini mereka duduk saling berhadapan di atas sofa dalam ruang kerja Mike di MikeHill Corp.“Kau meninggalkannya di malam pertamamu?” tanya Jake tidak percaya.Mike hanya mengangguk dan menyesap espressonya.
Detak jam di dinding membuat dada Diana berdebar keras. Sejak tadi, tak henti-hentinya dia memperhatikan jarumnya yang bergerak pelan bagai siput di pinggir kanal. Waktu seakan merangkak, menyiksanya dalam penantian. Dia menajamkan pendengaran, berharap suara langkah kaki melewati kamarnya hingga dia merasa yakin pria itu kembali dari kantornya.Sudah pukul sembilan malam lewat tujuh, namun tidak juga ada tanda bahwa pria itu telah pulang ke rumah. Diana menunggu dengan tidak sabar di kamarnya sendiri, karena mereka masih menempati kamar masing-masing. Tampaknya, Mike sengaja membuat pengaturan tak tertulis, bahwa dia tidak ingin berada satu kamar denga
Jika ada yang bilang, bidadari hanya ada di surga, maka Mike bisa pastikan bahwa orang itu salah. Karena pada kenyataannya ada satu bidadari yang kini terlelap dalam dekapannya. Dia bahkan tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi bidadarinya, karena sejak sejam yang lalu Mike tetap mempertahankan posisi dengan tubuh menyamping, melilitkan tangan di sekitar tubuh Diana, menjaganya agar tidak terbangun sembari memandangi wajah cantik yang mampu menundukkan pandangannya untuk selalu menatap wajah itu. Mike beregerak sehalus mungkin untuk bisa menyentuh wajah Diana, menjalankan jari-jemarinya di sepanjang pipi, menyelipkan anak rambut yang menghalangi kecantikan istrinya.
Dua minggu setelah pernikahan, rasanya semua berlalu biasa saja tanpa ada perubahan. Mike masih sama dinginnya, dan dia tidak pernah diizinkan masuk ke kamar pria itu lagi setelah hari itu, dan di sinilah akhirnya Diana terdampar. Di antara tumpukan buku dalam perpustakaan pribadi pria itu. Reina yang sejak tadi serius menekuni satu bacaan akhirnya mendongak, tatkala mendengar suara helaan napas Diana.“Apakah Anda lapar Nyonya?” tanyanya, meletakkan kembali buku dalam genggaman. Diana menggeleng pelan.