Home / Fantasi / The Magic Of Friddenlux / Pembullyan Sekolah

Share

Pembullyan Sekolah

Author: Fay Rizky
last update Last Updated: 2021-02-16 22:20:10

The Magic of Friddenlux

Episode 9

Kringg...

Suara dering dari jam weker.

Suara nyaring membuat Andrew dan Audrey terbangun. Andrew yang sama sekali tidak tidur dengan benar. Ia tidur dalam posisi duduk, mulai membuka mata dan melihat cahaya matahari.

"Andrew, kau tidur seperti ini semalaman?" tanya Audrey.

Andrew pun menganggukan kepalanya. Kini ia memijat lehernya karena pegal, tidur dengan posisi duduk semalaman. Dengan leher yang selalu menunduk, tentu saja itu membuat leher pegal.

"Kau ini, jangan seperti itu," kata Audrey langsung menarik tangan adiknya agar duduk di depannya.

Audrey pun sebagai kakak yang baik, ia tidak tega melihat adiknya yang harus merasakan tidak nyaman karena lehernya pegal. Ia memijat leher Andrew dengan sangat lembut tapi sangat terasa.

"Pijatan ini seperti pijatan tangan nenek," kata Andrew.

"Oia ngomong-ngomong tentang nenek. Tadi malam aku bermimpi nenek mendatangiku lagi," ujar Audrey.

"Oia? Nenek mengatakan apa padamu? Kau cerita tentang semua yang kita alami?" tanya Andrew.

"Iya, aku sudah cerita tentang semua yang kita alami. Lalu nenek menyuruh kita untuk mencari seseorang dari Friddenlux," jawab Audrey.

"Friddenlux? Apa itu sebuah kota? Negara? Atau tempat? Aku tidak pernah mendengar nama itu di negera kita. Atau mungkin itu adalah kota dari luar negeri?" tanya Andrew yang langsung berbelok menghadap Audrey.

"Aku pun tidak tahu. Tapi kata nenek, kita harus segera menemukan mereka," jawab Audrey.

"Audrey, apa ini benar? Semua yang kita alami? Kejadian zombie, hantu dan sesuatu yang berwarna di otak kita ini saling berkaitan?" tanya Andrew sambil berdiri.

"Sepertinya begitu. Saat ku bertanya kepada nenek, nenek langsung menghilang. Sepertinya kekuatan nenek itu ada batasannya," jawab Audrey.

"Sekarang aku siap-siap duluan ya ke sekolah. Mungkin nanti kita coba cari tahu tentang itu semua di perpustakaan sekolah dulu," ujar Andrew sambil berjalan ke arah kamarnya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan siapkan sarapan lebih dulu," ucap Audrey sambil berjalan menuju dapur.

Andrew pergi ke kamarnya untuk berganti baju dan menyikat giginya. Sedangkan Audrey menyiapkan sarapan berupa roti bakar dan telur ceplok. Audrey juga sambil melakukan panggilan telepon kepada Nail. Ia ingin izin bahwa tidak dapat masuk bekerja malam ini dan Nail mengizinkannya.

Setelah sarapan, Audrey dan Andrew pun segera berangkat ke sekolah. Hari kian hari, masalah mereka mulai menampakkan benang merahnya.

Setelah ini mereka pasti bisa menemukan jawaban dari semua pertanyaan mereka. Mengapa zombie itu mengejar mereka? Benda apa yang ada di otak mereka? Dimana Friddenlux berada? Siapa orang-orang dari Friddenlux yang harus ditemukan oleh Audrey dan Andrew? Semua pertanyaan itu selalu muncul di dalam kepala Audrey dan Andrew.

Setibanya mereka di sekolah. Suasana koridor sekolah menjadi aneh. Setiap langkah kaki Audrey dan Andrew, nereka selalu diomongi oleh orang-orang.

"Owh jadi Audrey ini yang kemarin di tolak Julian."

"Pantas saja lah dia ditolak oleh Julian. Lihat saja penampilannya."

"Dia kan antisosial, hanya bisa mencari perhatian dari guru."

"Kau jangan bikin masalah dengan mereka. Sekarang kan mereka anak beasiswa, kalau kau bikin masalah dengan mereka, bisa-bisa beasiswa mereka akan dicabut, kan kasihan."

Bisik-bisik semua siswa yang sangat terdengar jelas oleh Audrey dan Andrew. Mereka semua berbisik-bisik tapi menggunakan suara yang bisa terdengar oleh orang lain. Dan itu membuat Andrew muak.

"Aah sudah cukup! Dengar kalian semua, Audrey tidak pernah suka dengan Julian, kejadian kemarin itu karena ulahnya Rebecca," seru Andrew yang menghadap kepada mereka semua.

"Oia begitu?" terdengar suara berat dari seorang laki-laki.

"Ahh itu Julian."

"Hai Julian."

Julian pun membalas sapaan semua perempuan itu dengan senyuman yang manis. Senyuman Julian itu bisa membuat semua perempuan menjadi heboh.

Audrey melirik sinis kepada Julian. Kalau bukan Rebecca, mungkin Audrey tidak akan pernah berbicara tentang cinta kepada Julian.

"Dengarnya Jo! Aku juga tidak pernah menyukaimu dan tidak pernah menginginkanmu sebagai pacarku," seru Julian kepada Audrey dan Andrew.

"Boooo!" seru semua orang yang menyaksikan dan mendengarkan perkataan Julian kepada Audrey dan Andrew.

"Ditolak untuk kedua kalinya Ha," terdengar suara perempuan yang tidak asing bagi Audrey. Dia adalah Rebecca dalang dari semuanya.

"Kudengar kau sekarang bekerja di kedai kopi. Ternyata berita kalian sudah jadi miskin benar ya," kata Rebecca dengan sombong.

Audrey hanya berdiam tanpa ekspresi. Justru Andrew yang geram dengan semua tindakan mereka. Andrew sampai menatap dengan tajam ke arah Rebecca dan Julian sambil menggenggam tangan.

"Kalau begitu, mungkin bisa nanti aku mampir ke kedaimu dan.."

"Kau kurang sarapan ya? Atau kau tadi sarapan dengan makanan sampah? Pagi-pagi sudah menggosipkan orang," kata Audrey yang memotong pembicaraan Rebecca.

"Mulut cantikmu itu ternyata pedas juga ya, wajar saja kalau Julian menolak pernyataan cinta darimu," sambung Rebecca sambil merangkul bahu Julian

"Rebecca! Aku tidak mau menjadi korban antara hubungan kalian yang buruk ini. Kalian bahkan bukam temanku," seru Julian sambil memindahkam tangan Rebecca.

"Kalau tidak ada urusan lagi, aku dan Andrew harus pergi. Ada banyak hal yang harus kami kerjaan." ujar Audrey kepada Rebecca.

"Dan untuk tuan Julian Fang. Berterimakasih lah pada Rebecca Quill, karena berkat dia, kau jadi basa berbicara pada aku yang terkenal ini," sambung Audrey sambil meninggalkan koridor sekolah.

Andrew pun mengikuti Audrey dari belakangnya. Setelah agak sedikit jauh, Andrew memutarkan badannya dan mengeluarkan jari tengahnya sambil tersenyum sombong.

Semua orang jadi semakin heboh. Karena Andrew yang bersikap seperti itu. Mereka tahu bahwa Andrew adalah adik yang sangat peduli pada Kakaknya. Semua orang juga tahu bahwa Andrew akan melakukan apapun demi melindungi Kakaknya.

Suasana kelas Audrey pun sedikit tidak nyaman. Itu karena Audrey, Rebecca dan Julian adalah teman sekelas. Dan semua orang tahu apa yang terjadi diantara mereka bertiga.

Tapi sebenarnya, Audrey biasa saja. Ia tidak begitu memperdulikan apa yang orang lain lakukan padanya saat di sekolah. Karena ada hal yang lebih besar, sedang menuju kepada Audrey dan Andrew.

Audrey dan Andrew adalah murid yang cerdas di sekolah SMA Remeny. Mereka berdua adalah kunci dari pendidikan SMA Remeny. Jadi sekolah tidak akan mudah untuk melepas dua siswa itu.

Audrey dan Andrew sudah mengalamai pembullyan sejak hari pertama sekolah. Karena lebih dulu setahu masuk sekolah dari Andrew, Audrey yang lebih banyak mendapatkan pembullyan.

Banyak yang membenci mereka, karena mereka berparas indah, pintar di segala hal dan selalu menjadi pemenang. Hal itu membuat mereka mempunyai musuh yang banyak. 

Tapi mereka tidak pernah soal itu. Bagi mereka, memperdulikan orang yang tidak menyukai mereka akan menghambat segala urusan mereka. Begitulah yang diajarkan oleh nenek mereka, Ashley Jo.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • The Magic Of Friddenlux   Kejutan Cerita

    The Magic Of Friddenlux"Apa-apaan ini?"Tampak Audrey Jo dan Julian Fang yang terkejut hingga spontan berdiri di tempat duduk mereka. Semua siswa terheran melihat Audrey dan Julian yang tiba-tiba berdiri dari bangku mereka."Audrey Jo, Julian Fang, ada apa dengan kalian? Kembali duduk di tempat kalian!" perintah Mrs. Rita.Audrey dan Julian saling bertatapan. Sedangkan Xavier menatap tajam ke arah depan. Tepatnya arah orang yang ada disamping guru mereka itu."Sekarang silahkan perkenalkan dirimu," kata Mrs. Rita"Perkenalkan semuanya, namaku Theodore Sorton, aku adalah orang baru disini, jadi mohon bantuannya," kata anak baru itu.Orang yang ada disamping guru mereka itu adalah Theodore Sorton. Sepupu dari Xavier Killman, yang kini datang ke sekolah mereka sebagai anak baru.Kedatangan Theo itu tentu saja membuat Audrey dan Julian sangat terkejut. Xavier juga tidak menyangkanya, tapi ia mencoba untuk tidak menunjukkannya.

  • The Magic Of Friddenlux   Kembali Pulang

    The Magic Of FriddenluxEpisode 57Di halaman istana, tampak Xavier sedang berjalan bersama Julian. Mereka berjalan ke arah gedung asrama ksatria. Di gedung itu lah terdapat Hans dan kelompoknya ditempatkan."Hei, penyihir yang kau rekomendasikan itu, apa kau yakin dengan kemampuan mereka?" tanya Julian."Entahlah, mereka sebenarnya lemah, tapi memiliki teknik yang bagus karena ingin cepat menyelamatkan Audrey saja aku merekomendasikan mereka," jawab Xavier."Jawaban macam apa itu?" tanya Julian yang terkejut."Memangnya kau mengharapkan jawaban seperti apa?" tanya Xavier sambil berbalik arah menghadap Julian."Maksudku, kau mempertaruhkan nasib kerajaan pada penyihir yang belum pasti baik? Bagaimana jika dia malah membahayakan Friddenlux?" tanya Julian."Jika itu terjadi, maka kita akan berada di garis depan untuk menghentikan mereka," jawab Xavier.Lalu Xavier dan Julian pun masuk ke dalam gedung asrama ksatria. Di sebuah ruangan

  • The Magic Of Friddenlux   Pengumuman Raja

    The Magic Of FriddenluxEpisode 56"Jadi kalian tertidur dengan berpegangan tangan sepanjang malam?" tanya Andrew dan Julian yang tiba-tiba datang ke kamar Audrey.Kehebohan yang dibuat oleh Andrew dan Julian membuat Audrey dan Xavier jadi terbangun dari tidurnya. Audrey yang tidak sadar karena telah memegang tangan Xavier sepanjang malam ini pun terkejut dan langsung meminta maaf."Maafkan aku, sepertinya tanganmu menjadi pegal," kata Audrey."Tidak apa, yang penting kau bisa tidur dengan tenang," ujar Xavier sambil membelai rambut Audrey.Karena Xavier seenaknya membelai rambut Audrey membuat Andrew dan Julian menjadi kesal. Andrew langsung datang dan menjauhkan tangan Xavier dari kepala Audrey."Hei seenaknya saja kau menyentuh kepalanya," kata Andrew sambil melotot."Andrew, aku rasa aku tidak jadi berjalan-jalan hari ini," ungkap Audrey tiba-tiba."Apa?!" ucap Andrew dan Xavier bersamaan."Tapi kenapa Audrey?" tanya Andre

  • The Magic Of Friddenlux   Gaya Tidur

    The Magic Of FriddenluxEpisode 55"Nona Lisa Parkling, atas apa yang sudah didata, saya putuskan anda akan ditahan selama 3 hari," kata Julian sambil menutup data Lisa."Apa? 3 hari? Itu terlalu lama!" seru Lisa yang tidak terima dengan keputusan Julian."Kalau begitu, masa tahananmu akan kuganti menjadi seminggu," kata Julian."Apa? Tidak! Tidak bisa seperti ini!" seru Lisa."Anda terlalu berisik, ini sudah tengah malam," kata Julian dengan mata yang bersinar.Saat melihat mata Julian yang bersinar itu langsung membuat Lisa membatu. Ia takut dan merinding karena Julian terlihat menakutkan.Setelah itu Julian memerintahkan kepada ksatria yang ada untuk membawa Lisa masuk ke dalam kurungan besi. Melihat sudah tidak ada lagi pekerjaan, akhirnya Julian pergi meninggalkan penjara.Sementara itu, di kamar tampak Xavier sedang membaringkan Audrey diranjangnya. Ketika hendak meninggalkan Audrey, tiba-tiba saja tangan Xavier ditahan oleh A

  • The Magic Of Friddenlux   Hukuman dan Imbalan

    The Magic Of FriddenluxEpisode 54Malam itu Xavier melepaskan pengaruh sihirnya yang ia berikan pada Hans dan kelompoknya. Kemudian Hans dan yang lainnya mengikat tangan nona aktris itu.Saat mereka akan berangkat, tiba-tiba Audrey kehilangan keseimbangan tubuhnya yang membuat Xavier spontan menangkapngya."Sebaiknya kau kugendong saja," kata Xavier yang langsung menggendong Audrey.Semua orang pun terkejut melihat Xavier memperlakukan Audrey. Tapi Xavier tidak memperdulikan pandangan mereka. Ia tetap menggendong Audrey."Kenapa kau memperlakukannya seperti itu?" tanya nona aktris."Karena dia adalah wanitaku. Jadi sudah sewajarnya aku memperlakulannya seperti ini," jawab Xavier dengan tatapan sinis.Saat berjalan ditengah malam, tampak nona aktris yang berjalan dengan tangan terikat. Dibawa dengan dikawal oleh Hans dan kelompoknya.Sedangkan Xavier berjalan lebih dulu dengan menggendong Audrey. Walaupun rasanya sed

  • The Magic Of Friddenlux   Tertangkap

    The Magic Of FriddenluxEpisode 53"Pergilah. Aku tidak akan menahanmu," kata Sora sambil memalingkan matanya.Kemudian Xavier pergi meninggalkan Sora yang masih terhimpit oleh tekanan berat dari sihir Xavier. Sora hanya menghela nafasnya dan menatap langit malam.Xavier mempercepat langkahnya. Karena angin malam semakin kuat dan dingin. Ia sedang mengkhawatirkan Audrey, jadi Xavier meluapkan aura kegelapannya.Aura kegelapan itu menyebar ke seluruh hutan. Tapi aura kegelapan itu tidak bisa menyebar jauh karena ada sihir pembatas.Aura kegelapan yang Xavier sebarkan itu cukup untuk membuat penculik Audrey merasakannya. Mereka langsung menghentikan langkahnya karena merasakan aura kegelapan dari Xavier."Hans, aku saja yang menghentikannya," kata seorang laki-laki."Tunggu dulu Tori!" seru Hans."Aura kegelapan ini, sedang melacak kita. Jangan kau keluarkan energi sihirmu," sambung Hans.Di tengah pembicaraan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status