Share

6. Dua Gadis Bodoh

Bahagia datang menghampiri bersama nyaringnya bel yang berdering tegas mengudara. Membiarkan seluruh siswa dan siswi untuk berhambur keluar ruang kelas dan kembali ke peraduan mereka di dalam nyamanya rumah bersama ayahanda juga sang ibunda tercinta. 

Gontai sedikit malas langkah sepasang kaki jenjang milik gadis berjaket merah maroon yang kini memutuskan untuk lekas kembali ke rumahnya selepas bel pulang dibunyikan. Memangnya Xena ingin berbuat apa lagi sekarang? Bersua dan bercengrakama ringan dengan kekasih hati atau laki-laki yang menjadi idamannya layaknya teman-teman sebaya dengannya sekarang ini? Jika Xena punya orang istimewa seperti itu, maka ia akan melakukannya.

Malik? Tidak! Remaja sialan itu akan mengacaukan banyak hal kalau-kalau Xena datang dan bersua dengannya. 

Netranya sayu menatap jalanan yang ada di depannya. Beberapa langkah lagi, Xena bisa dinyatakan keluar dari lingkungan sekolah selepas garis gerbang di depannya itu ia lewati menggunakan sepasang kaki jenjang miliknya. 

"Xena Ayudi Bridella?" Seseorang menyela langkahnya. Membuat gadis dengan rambut pekat yang diikat separuhnya itu kini menoleh. Terpaksa menghentikan langkah kaki jenjang nan ramping miliknya untuk meladeni gadis yang kini tegas berjalan mengarah padanya.

Semakin dekat, perawakan dan penampilan gadis itu semakin kuat tertangkap oleh sepasang netra indahnya. Penampilan sang gadis bak orang kaya yang diberikan fasilitas berlebih oleh kedua orang tuanya. Sepatu mahal bermerk menghias di atas kakinya. Ada satu akresesoris mahal yang berkilau kala sang surya menerpa permukaan benda yang terbuat dari besi itu. Parasnya? Jikalau menyinggung soal paras, gadis berambut pendek sebahu dengan dua anting panjang berkilau indah yang menggantung di kedua ujung telinganya itu sangat cantik! Senyumnya anggun, seanggun caranya berjalan mendekat pada Xena. Matanya bulat sedikit naik dengan bulut mata tipis nan lentik. Alisnya melengkung bak pelangi yang muncul selepas badai datang menghantam bumi. Ada satu tahi lalat di sisi mata kirinya. Kalau tersenyum, sepasang mata indah itu tegas melengkung bulan sabit. Giginya putih nan rapi. Kulitnya pun bersih tak ada luka yang menghiasi.

Fisiknya? Hanya tinggi tak semampai. Sebanding dengan fisik Xena kalau disejajarkan dengan baik. Hanya saja, gadis itu sedikit cantik parasnya ketimbang Xena Ayudi Bridella.

"S--siapa?" tanya Xena sedikit ragu. Entah ia hanya harus tersenyum untuk mengiringi pertanyaan singkat darinya itu, atau Xena juga butuh mengulurkan tangannya untuk menyambut akrab kedatangan gadis yang asing untuknya.

"Hela." Gadis itu mengulurkan tangannya. Tersenyum ramah pada Xena.

Xena diam. Ragu menerima uluran tangan gadis yang terlihat ramah padanya meskipun ini adalah kali pertamanya mereka bersua.

"Hela Ileana. Lo bisa panggil gue Hela." Gadis itu mengimbuhkan. Cepat meraih uluran tangan Xena yang terkesan ragu sebab sedang menaruh curiga padanya.

Untuk apa gadis yang baru saja memperkenalkan dirinya dengan nama Hela Ileana itu datang dan menghentikan langkahnya hanya sebab ingin berkenalan dengan Xena?

Jika diingat-ingat dengan baik, Xena adalah si gadis introvert yang tak suka berinteraksi dengan banyak orang luar nan asing. Xena memang makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang juga teman untuk menjalani kehidupannya, namun gadis cantik itu bukan tipe orang yang akan memperluas pertemanan jikalau ia tak benar-benar membutuhkannya. Sebab Xena benci lingkungan dengan hubungan lingkup besar yang akan menimbulkan banyak masalah nantinya.

"Gue denger lo nolak malik siang ini," tukasnya tak mengurangi sedikit pun senyum yang mengembang di atas paras cantiknya.

Malik lagi! Harusnya Xena tau, kalau ada gadis cantik atau orang asing yang datang padanya hari ini tentu Malik adalah sebabnya. Berani taruhan, Hela pasti akan memaki Xena sebab sudah menyia-nyiakan kesempatan emas yang belum tentu datang untuk kedua kalinya.

"Thanks," sambungnya menarik uluran tangan miliknya. Melepaskan genggaman jari jemarinya untuk tak lagi menggenggam jari jemari Xena sebagai salam pertemuan yang sopan.

Terimakasih? Baru saja gadis itu mengucapkan kalimat tanda terimakasih hatinya sebab Xena sudah menolak si tampan Abian Malik Guinandra?

"Sebenernya gue udah suka sama Malik dari dulu. Tapi Malik selalu tarik ulur perasaan gue. Gue kira, Malik cuma pengen mengulur waktu untuk memantapkan hatinya, tapi ternyata dia suka sama lo."

Xena tersenyum kecut. Menanggapi kalimat panjang yang diucap oleh gadis di depannya itu sukses membuat Xena benar-benar hanya bisa membukam mulutnya sendiri sebab apa yang dikatakan Hela untuk menutup kalimatnya itu tidak benar adanya. Malik tak pernah menyukainya. Kalimat yang ditujukan padanya tadi siang hanyalah bahan balas dendam si remaja sialan itu untuk mempermalukan Xena di depan semua warga sekolah Cakra Binanta.

"Gue pikir lo akan nerima perasaan Malik tadi." Gadis di depan Xena memungkaskan kalimatnya. Kini mulai berjalan dengan Xena yang mengekori untuk menyamakan langkahnya dengan Hela Ileana. Jikalau dirasa dengan benar, gadis cantik di sisinya itu enak juga kalau diajak berbincang ringan seperti ini. Tak terkesan sok kenal sok dekat walaupun ini adalah kali pertama mereka berjalan dan berbincang seperti layaknya seorang teman dekat. Meskipun kalau dilihat, hanya Hela-lah yang banyak berbicara di sini.

"Kenapa lo nolak Malik?" tanya Hela menyela langkah keduanya. Sukses mencuri perhatian Xena yang kini menoleh tegas ke arahnya. 

Pertanyaan itu lagi. Jujur saja, siang ini Xena membenci pertanyaan itu datang padanya untuk kesekian kalinya. Kalau Xena bisa berucap dengan jujur, maka Xena akan mengatakan pada mereka semua bahwa si remaja sialan yang sudah mempermainkan dirinya dan membuatnya malu di depan semua orang adalah saudara tiri yang didapatnya kala janji suci diucap oleh sang mama juga sang papa tiri.

"Karena gue gak tertarik," kekeh Xena mencoba untuk akrab. Dusta! Mau sampai kapan ia harus menaruh banyak dusta kebohongan untuk menutupi kebohongannya yang lain?

"Gak tertarik?"

Xena mengangguk. Tersenyim tipis sembari mengerang ringan untuk memberi respon pertanyaan dari Hela barusan.

"Lo gadis yang unik juga."

"Sejak kapan lo suka sama Malik?" sahut Xena dengan nada ringan.

"Sejak pertama kali masuk ke sekolah ini dan melihat Malik."

"Malik tahu soal ini? Maksud gue, biasanya 'kan ada cewek—"

"Gue pernah nyatain perasan ke dia. Tapi Malik nolak gue."

Xena menoleh. Sialan tak tahu diri saudara tirinya itu, bagaimana bisa ia menolak perasaan gadis secantik Hela Ileana begini?

"Dan lo gak nyerah buat dapetin hati dia?"

Hela menggelengkan kepalanya. "Itu sebabnya gue nemuin lo sekarang, Xena." 

Gadis bersurai panjang sedikit ikal di ujungnya itu menoleh. Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Hela barusan itu terdengar begitu acak dan ambigu. Memangnya apa guna Xena untuk hubungan cinta sepihak milik Hela dan Malik?

"Gue pengen lo bantuin gue buat deket sama Malik."

Xena memincingkan matanya. Samar dahinya berkerut sebab ia masih belum bisa mencerna apa maksud dari kalimat milik Hela barusan.

"Deketin Malik. Cari tau tentang apa yang disukai Malik dan apa yang gak disukai dia."

"Untungnya buat gue?" sela Xena mengerutkan sisi matanya. Gadis yang dilontari pertanyaan hanya tersenyum ringan. 

"Lo suka sama Daffa 'kan?"

Xena terdiam. Bagaimana bisa gadis ini mengetahuinya?

... To be Continued ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status