Share

12. Teman Baru untuk Xena

Fajar datang membawa hangatnya sinar sang surya. Bersama dengan riuhnya suasana sekolah kalau bel masuk untuk mengumpulkan berbagai macam bentuk dan sifat siswa siswi sekolah menengah atas Cakra Binanta. Tegas gadis itu melangkah menyusuri lorong sekolah. Lelah selepas berdesakan dengan para penumpang bus yang membawa tubuhnya menyusuri padatnya jantung negara kemudian berhenti tepat di halte bus sebelah sekolahnya. Selepas itu, Xena harus kembali berjalan sedikit jauh memutar untuk sampai ke depan gerbang utama yang biasa menjadi akses seluruh warga sekolah untuk keluar dan masuk lingkungan sekolah. 

Kini hanya tinggal menyusuri satu lorong saja, Xena sudah bisa dinyatakan sampai ke dalam kelasnya sebelum bel berbunyi dan menyisakan lima belas menit pertama. Sebenarnya ada Malik yang siap menghantar dan menjemputnya pulang menggunakan moge yang diberikan sang papa satu tahun lalu genap di hari ulang tahunnya. Akan tetapi, mengiyakan tawaran si saudara tiri sama dengan Xena melompat masuk ke dalam lubang penuh buaya dan ular berbisa untuk membunuh dirinya sendiri. Semua teman-temannya akan tahu, bahwa Xena dan Malik tinggal dalam satu atap yang sama sebagai sepasang saudara tiri yang bertemu beberapa tahun lalu.

Selanjutnya jangan ditanya bagaimana kondisi dan situasi serta keadaan yang terjadi pada gadis bertubuh tinggi dengan kaki jenjang yang memperindah penampilan fisiknya. Menjadi target buruan para gadis cantik yang ingin mendekati Abian Malik Guinandra adalah posisi dan status yang akan disandangnya nanti.

"Xena!" panggil seseorang menyela langkahnya. Membuat gadis yang tadinya menempatkan fokus sepasang lensa miliknya itu menoleh diiringi dengan sepasang kaki yang ikut terhenti. Menunggu sepasang remaja yang kini berjalan tegas dengan posisi tangan saling menggandeng satu sama lain. Sungguh pemandangan yang membuat hatinya iri!

Bagaimana tak iri, kalau yang datang dengan jari jemari yang saling bertaut untuk menyatu itu adalah Nea Oktaviana dengan sang kekasih Daffa Kailin Lim. Remaja yang baru saja dibicarakan Xena bersama Malik kemarin malam.

"Kalian udah baikan?" Xena menatap sejenak Nea yang mengangguk ringan sembari tersenyum kuda. Mengubah genggaman tangannya menjadi sebuah rangkulan sederhana namun cukup untuk melekatkan posisi keduanya agar saling berhimpitan tak ada jeda juga celah yang membatasi.

"Syukur deh." Palsu! Senyum dan kalimat milik Xena untuk menggubris Nea barusan itu benar-benar hanya sebuah dusta semata. 

Jujur saja Xena selalu berpikir bagaimana jikalau Nea dan sang kekasih mengalami pertengkaran hebat hingga membuat mereka menyudahi hubungan dan memutuskan untuk menjalani hidup masing-masing tanpa ada ikatan apapun lagi? Itu akan sangat melegakan untuknya. Sebab semesta memberikannya sebuah celah untuk datang dan masuk ke dalam hidup Daffa Kailin Lim sebagai seorang gadis baik yang datang kala seorang laki-laki sedang berada di titik terendahnya.

Akan tetap bukankah Xena adalah gadis jahat yang akan tertawa di atas luka sahabatnya sendiri?

"Sepulang sekolah ada acara? Kita mau ngerayain hari baikan dengan makan-makan di kafe biasa. Mau ikut?"

Xena terdiam sejenak. Hal biasa yang terjadi di antara Nea Oktaviana dan Daffa Kailin Lim bak sebuah rutinitas keseharian adaah pertengkaran sebab hal kecil yang berujung pada penyelesaian konflik dengan merayakan hari baik di tempat istimewa pertama kali Daffa dan Nea berjumpa. Di tempat itu juga, Daffa memupuskan harapan Xena untuk bisa memiliki hatinya dengan menyatakan perasaannya pada Nea di depan Xena. 

Semesta mengkhianati Xena! Ia mengenalkan Nea pada Daffa kala itu dengan maksud dan tujuan agar Nea mampu menilai kecocokan antara dirinya juga si ketua osis, namun Daffa jatuh hati pada Nea. Begitu juga sebaliknya. Mengacaukan segala harapan dan alur indah yang disusun Xena untuk membahagiakan dirinya sendiri. 

"Xena ada acara sama gue nanti." Seseorang menyela. Datang dengan langkah anggun dan gerak kaki yang terlihat indah bak seorang model yang sedang berada di atas karpet merah.

Hela Ileana. Gadis cantik setara usia dengan Xena itu kini tersenyum ringan. Menyapa dengan menggoyangkan tangannya pada Nea dan sang kekasih yang hanya diam tak banyak bereaksi. 

Xena yang dikenal oleh Nea adalah gadis tertutup yang tak memiliki banyak teman. Hanya dirinya, Daffa, Danita, dan Rhea anak kelas sebelah. Namun apa ini? Siapa yang sudah mengundang gadis asing ini untuk datang bergabung bersama mereka?

"Dia Hela." Xena memperkenalkan singkat. Seakan tahu apa yang ada di dalam otak Nea hanya dengan menatap perubahan ekspresi wajah sahabatnya itu.

"Kita ketemu kemarin sore. Jadi, gue belum sempet cerita ke kalian tentang Hela," imbuhnya melirik Hela yang mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Dan Hela, ini Nea dan pacarnya, Daffa." Seperti seorang pemandu wisata yang sedang memperkenalkan tempat-tempat bersejarah kepada para turis, itulah posisi Xena saat ini.

"Lo juga boleh gabung kalau mau." Nea menyahut. Menatap sejenak Daffa yang menoleh cepat pada kekasihnya. Sifat aneh Nea, si tukang sok akrab dan sok dekat pada orang-orang baru di sekitarnya. Baiknya dari sifat aneh sang kekasih, Nea mempunyai banyak teman dengan koneksi yang luas. Tak heran jikalau banyak yang mendukung hubungan Nea dengan Daffa sebab gadis itu dikenal baik nan ramah oleh semua orang.

"Bolehkah?" Hela menyahut. Hanya mendapat anggukan dari Nea.

"Aku bergabung kalau gitu." 

"Setuju! Kita ketemu setelah pulang sekolah nanti." 

Semuanya menganggukkan kepalanya. Hanya Xena yang terdiam sembari melipat bibirnya masuk ke dalam. Ragu? Sedikit. Hela adalah orang asing di dalam hidupnya. Gadis itu mendekati Xena hanya untuk menjadikannya bahan pendekatan dengan Abian Malik Guinandra. Selebihnya? Tak ada!

Xena hanya khawatir, bagaimana kalau Daffa berkata banyak hingga tak mampu memilah mana rahasia mana yang bukan rahasia tentang Malik kalau-kalau Hela menyinggung nantinya.

"Malik?" sapa Hela pada remaja yang kini berjalan ke arahnya. Bukan untuk menghampiri Hela, Xena atau pun Daffa yang merupakan musuh bebuyutannya. Malik datang berjalan mengarah pada mereka sebab itulah jalan satu-satunya untuk si remaja masuk ke dalam kelasnya. 

"Kalian lagi arisan keluarga?" tanya Malik sejenak menghentikan langkahnya. Menoleh pada Daffa yang kini memalingkan wajahnya sebab kehadiran remaja jangkung di depannya.

"Gue adalah temen baiknya Xena mulai sekarang." Hela menyela. Membuat Malik sukses menoleh dan menatap paras cantiknya. 

"Kita adalah teman baik," imbuhnya sembari menarik lengan Xena dan membuat tubuh gadis yang masih mematung tak bisa berkata apapun lagi itu tertarik kasar mendekat padanya.

"Seriusan? Xena kayaknya nolak itu."

"Pertemanan kalian maksud gue," ucap Malik dengan nada sedikit ketus.

Membenci Hela? Tidak. Malik memang remaja aneh yang suka melucu dengan tingkah menjengkelkan miliknya. Namun, ia bukan remaja bodoh yang membenci gadis secantik Hela Ileana. Tujuannya berbicara dan menanggapi hanya sebab Daffa berada di sisinya sekarang ini. Membuat perasan Malik benar-benar tak nyaman.

"Hm. Gue adalah temen dia," sahut Xena menutup kalimatnya.

Malik tersenyum tipis. "Syukur deh kalau lo punya temen baru. Gue ikut seneng lihatnya," tukas Malik mengulurkan tangannya. Mengusap puncak kepala gadis yang menimbulkan reaksi berlebih dari Hela, Nea, namun tidak untuk Daffa.

Pembalasan dendam Malik untuk Xena belum selesai rupanya—batin Daffa.

... To be Continued ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status