Share

My Obsessive Ex
My Obsessive Ex
Penulis: Lathifah Nur

Bab 1

Jika bertahan terasa menyakitkan, maka lebih baik melepaskan.

***

Dalam mimpi sekalipun, Qeiza tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa rumah tangga yang telah dijalaninya selama empat tahun bersama Ansel akan segera berakhir. Ya Tuhan! Tidak lama lagi, dia akan menyandang status baru sebagai janda perawan.

“Kamu yakin ingin bercerai, Qei?”

“Iya. Tolong urus secepatnya, Adnan. Aku percaya padamu.”

Lelaki bernama Adnan itu menghela napas panjang. Dia adalah sahabat terbaik Qeiza yang berprofesi sebagai pengacara.

Meskipun semenjak tamat SMA mereka tinggal di negara yang berbeda, keakraban keduanya tidak lekang oleh waktu.

“Baiklah, Qei. Kuharap kau sudah mempertimbangkannya dengan matang.”

Sejenak keheningan tercipta di antara keduanya. Mungkin Qeiza sedang memikirkan perkataan Adnan.

“Keputusanku sudah bulat, Adnan,” ujarnya dari seberang telepon. “Tidak ada gunanya bertahan.”

“Kalau memang itu maumu, akan kuurus secepatnya,” balas Adnan. “Tapi kalau kau berubah pikiran, beritahu aku dalam waktu dua puluh empat jam.”

“Hatiku sudah mantap untuk mengakhiri pernikahan yang melelahkan ini.”

“Aku tahu. Akan kukerahkan semua kemampuanku untuk membantumu.”

“Terima kasih, Adnan. Kau satu-satunya orang yang bisa kuandalkan.”

Adnan terkekeh mendengar pengakuan Qeiza. “Hei! Kita sahabat. Kau tidak perlu sungkan,” pungkasnya.

Percakapan itu pun berakhir dengan keputusan mantap yang sudah dibuat Qeiza.

Qeiza membuka tirai jendela kamarnya lebih lebar. Memanjakan matanya dengan kerlip bintang yang tidak begitu terang, seakan ikut berempati terhadap kegelapan yang menyelimuti hatinya.

Merasa kesuraman di luar sana hanya membuat jiwanya semakin hampa, Qeiza duduk bersandar di atas pembaringan. Jarinya mulai mengotak-atik fitur video dalam ponselnya.

Hatinya tergerak untuk memutar ulang video akad nikah yang dilakukan Ansel Ivander Malik empat tahun yang lalu. Ia ingin menonton video itu untuk yang terakhir kali.

Sebuah rekaman pernikahan jarak jauh lantaran ia tidak pulang ke tanah air karena sedang menghadapi ujian semester kenaikan tingkat. Alhasil, ia hanya hadir dengan cara menyaksikan prosesi ijab kabul itu lewat video call.

Tanpa terasa dua bulir bening menggelinding jatuh menimpa pipinya. Akad yang mengharukan itu ternyata tidak ada artinya sama sekali. Semenjak sah sebagai suami istri, belum sekali pun Ansel datang menemuinya, bahkan menelepon pun tidak.

Qeiza tahu lelaki itu terpaksa menikahinya karena desakan orang tuanya. Akan tetapi, bukankah sebagai lelaki ia seharusnya tetap bersikap gentleman? Bukan bersembunyi di balik topeng kesibukan?

Empat tahun sudah cukup bagi Qeiza untuk menahan semua beban batin dari sebuah pernikahan semu. Sudah saatnya bagi dirinya untuk menata jalan hidupnya sendiri. Lebih baik ia fokus mengejar karier daripada terus terbelenggu oleh status yang menggantung.

Qeiza menyeka air matanya. “Kau tidak menginginkan pernikahan ini, bukan?” kata Qeiza sembari menatap sendu foto Ansel yang dikirim asisten pribadi suaminya itu.

“Aku akan melepaskanmu, maka nikmatilah hidupmu.”

Qeiza tersenyum kecut. Hatinya berdenyut perih bagai disayat sembilu.

“Kuharap kau tidak akan menyesalinya suatu hari nanti.”

Qeiza menutup ponselnya, kemudian merebahkan dirinya di atas kasur empuk itu. Percakapan dengan suaminya sebelum ia menghubungi Adnan kembali terngiang di telinga Qeiza. Itu adalah percakapan pertamanya sekaligus menjadi yang terakhir.

“Ada apa menghubungiku?” tanya Ansel begitu mengangkat panggilannya setelah panggilan yang ketujuh.

“A–”

“Sayang, kau membuatku menunggu lama,” ujar seorang wanita dari seberang telepon, memutus ucapan Qeiza.

Suara bernada manja serta terdengar merdu dan merayu itu juga diikuti bunyi kecupan mesra.

“Kau bicara dengan siapa?” Kembali terdengar suara wanita bernada curiga.

“Bukan siapa-siapa, Honey,” sahut Ansel. “Hanya orang gila yang sembarang memencet nomor.”

Sebuah suara kecupan lain lagi-lagi terdengar. Semakin mengoyak jantung hati Qeiza dan memaksanya memutus sambungan telepon.

Qeiza mengembuskan napas kencang. Berusaha memejamkan mata dan berharap agar semua yang dialaminya itu hanyalah sebuah mimpi buruk yang akan segera menghilang begitu pagi menyapa.

Lathifah Nur

Hai sobat readers, Baca juga karya author lainnya ya; Lelaki yang Terbuang, Istri Sebatas Status, dan Lelaki Dua Wajah. Terima kasih ....

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
mari mampir di karya recehku Istri yang tak dirindukan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status