Share

My Obsessive Ex
My Obsessive Ex
Penulis: Lathifah Nur

Bab 1

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-15 18:51:46

Jika bertahan terasa menyakitkan, maka lebih baik melepaskan.

***

Dalam mimpi sekalipun, Qeiza tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa rumah tangga yang telah dijalaninya selama empat tahun bersama Ansel akan segera berakhir. Ya Tuhan! Tidak lama lagi, dia akan menyandang status baru sebagai janda perawan.

“Kamu yakin ingin bercerai, Qei?”

“Iya. Tolong urus secepatnya, Adnan. Aku percaya padamu.”

Lelaki bernama Adnan itu menghela napas panjang. Dia adalah sahabat terbaik Qeiza yang berprofesi sebagai pengacara.

Meskipun semenjak tamat SMA mereka tinggal di negara yang berbeda, keakraban keduanya tidak lekang oleh waktu.

“Baiklah, Qei. Kuharap kau sudah mempertimbangkannya dengan matang.”

Sejenak keheningan tercipta di antara keduanya. Mungkin Qeiza sedang memikirkan perkataan Adnan.

“Keputusanku sudah bulat, Adnan,” ujarnya dari seberang telepon. “Tidak ada gunanya bertahan.”

“Kalau memang itu maumu, akan kuurus secepatnya,” balas Adnan. “Tapi kalau kau berubah pikiran, beritahu aku dalam waktu dua puluh empat jam.”

“Hatiku sudah mantap untuk mengakhiri pernikahan yang melelahkan ini.”

“Aku tahu. Akan kukerahkan semua kemampuanku untuk membantumu.”

“Terima kasih, Adnan. Kau satu-satunya orang yang bisa kuandalkan.”

Adnan terkekeh mendengar pengakuan Qeiza. “Hei! Kita sahabat. Kau tidak perlu sungkan,” pungkasnya.

Percakapan itu pun berakhir dengan keputusan mantap yang sudah dibuat Qeiza.

Qeiza membuka tirai jendela kamarnya lebih lebar. Memanjakan matanya dengan kerlip bintang yang tidak begitu terang, seakan ikut berempati terhadap kegelapan yang menyelimuti hatinya.

Merasa kesuraman di luar sana hanya membuat jiwanya semakin hampa, Qeiza duduk bersandar di atas pembaringan. Jarinya mulai mengotak-atik fitur video dalam ponselnya.

Hatinya tergerak untuk memutar ulang video akad nikah yang dilakukan Ansel Ivander Malik empat tahun yang lalu. Ia ingin menonton video itu untuk yang terakhir kali.

Sebuah rekaman pernikahan jarak jauh lantaran ia tidak pulang ke tanah air karena sedang menghadapi ujian semester kenaikan tingkat. Alhasil, ia hanya hadir dengan cara menyaksikan prosesi ijab kabul itu lewat video call.

Tanpa terasa dua bulir bening menggelinding jatuh menimpa pipinya. Akad yang mengharukan itu ternyata tidak ada artinya sama sekali. Semenjak sah sebagai suami istri, belum sekali pun Ansel datang menemuinya, bahkan menelepon pun tidak.

Qeiza tahu lelaki itu terpaksa menikahinya karena desakan orang tuanya. Akan tetapi, bukankah sebagai lelaki ia seharusnya tetap bersikap gentleman? Bukan bersembunyi di balik topeng kesibukan?

Empat tahun sudah cukup bagi Qeiza untuk menahan semua beban batin dari sebuah pernikahan semu. Sudah saatnya bagi dirinya untuk menata jalan hidupnya sendiri. Lebih baik ia fokus mengejar karier daripada terus terbelenggu oleh status yang menggantung.

Qeiza menyeka air matanya. “Kau tidak menginginkan pernikahan ini, bukan?” kata Qeiza sembari menatap sendu foto Ansel yang dikirim asisten pribadi suaminya itu.

“Aku akan melepaskanmu, maka nikmatilah hidupmu.”

Qeiza tersenyum kecut. Hatinya berdenyut perih bagai disayat sembilu.

“Kuharap kau tidak akan menyesalinya suatu hari nanti.”

Qeiza menutup ponselnya, kemudian merebahkan dirinya di atas kasur empuk itu. Percakapan dengan suaminya sebelum ia menghubungi Adnan kembali terngiang di telinga Qeiza. Itu adalah percakapan pertamanya sekaligus menjadi yang terakhir.

“Ada apa menghubungiku?” tanya Ansel begitu mengangkat panggilannya setelah panggilan yang ketujuh.

“A–”

“Sayang, kau membuatku menunggu lama,” ujar seorang wanita dari seberang telepon, memutus ucapan Qeiza.

Suara bernada manja serta terdengar merdu dan merayu itu juga diikuti bunyi kecupan mesra.

“Kau bicara dengan siapa?” Kembali terdengar suara wanita bernada curiga.

“Bukan siapa-siapa, Honey,” sahut Ansel. “Hanya orang gila yang sembarang memencet nomor.”

Sebuah suara kecupan lain lagi-lagi terdengar. Semakin mengoyak jantung hati Qeiza dan memaksanya memutus sambungan telepon.

Qeiza mengembuskan napas kencang. Berusaha memejamkan mata dan berharap agar semua yang dialaminya itu hanyalah sebuah mimpi buruk yang akan segera menghilang begitu pagi menyapa.

Lathifah Nur

Hai sobat readers, Baca juga karya author lainnya ya; Lelaki yang Terbuang, Istri Sebatas Status, dan Lelaki Dua Wajah. Terima kasih ....

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
mari mampir di karya recehku Istri yang tak dirindukan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status