Share

Bab 7

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2021-03-19 05:01:50

Tatapan mata dapat melesatkan panah asmara menyamai kecepatan cahaya atau bahkan lebih cepat lagi.

***

“Pastikan semua desainnya sempurna, Ae Ri! Tanpa cela sedikit pun.” Chin Hwa kembali mengingatkan Qeiza.

“Aku sudah mengeceknya berkali-kali,” sahut Qeiza.

Chin Hwa masih sibuk memeriksa dokumen yang akan dibawanya. Dia harus benar-benar yakin bahwa tidak ada satu pun yang terlupa.

By the way, apa orang yang akan kita temui termasuk seseorang yang sangat perfeksionis?”

Qeiza tak mampu menahan rasa penasarannya. Meskipun baru seminggu ia bersama Chin Hwa, minimal delapan jam sehari, dia melihat lelaki itu adalah sosok yang tenang dan sangat pandai mengontrol ritme kerjanya. Tidak pernah tergesa-gesa seperti ini.

Chin Hwa menjeda aktivitasnya. Dia berdiri dan menatap Ae Ri dengan mata sedikit menyipit.

“Apa aku belum memberitahumu mengenai orang yang akan kita temui?”

Qeiza menggeleng. “Kurasa belum,” jawabnya.

Sorry. Seharusnya aku memberitahumu lebih awal.” Chin Hwa merasa sedikit bersalah. “Dengar-dengar, direktur baru ini bukan hanya perfeksionis, tetapi juga sangat teliti.”

“Kedengarannya cukup menakutkan,” komentar Qeiza.

“Kau benar,” sahut Chin Hwa. “Dia juga sulit dihadapi.” Chin Hwa sudah melanjutkan lagi pekerjaannya yang sempat tertunda.

“Tapi, kau tidak perlu khawatir,” ujar Chin Hwa. “Aku tidak akan membiarkan dia menyulitkanmu.”

“Aku tidak selemah itu.”

Qeiza berbalik ke meja kerjanya, merapikan lagi desain yang akan dibawanya bersama Chin Hwa.

“Oke, ayo berangkat!” ajak Chin Hwa saat melewati meja kerja Qeiza.

***

Berbeda dengan Chin Hwa yang terlihat sangat tenang, Qeiza merasakan dirinya agak gugup saat menunggu kedatangan direktur perusahaan M yang akan mereka temui. Terlebih ketika ia teringat seperti apa karakter lelaki itu.

Sekilas informasi itu mengingatkannya pada sosok Ansel. Mantan suaminya itu juga seorang yang perfeksionis dan sangat sulit dihadapi. Buktinya, selama empat tahun menjadi istri Ansel, ia tidak pernah berhasil melunakkan hati lelaki itu, walaupun sekadar untuk mau berbicara atau menemuinya sekali saja.

Tanpa sadar Qeiza menggigit bibir bawahnya. Miris sekali! Dia menyandang status janda di usia muda. Parahnya lagi, dia masih perawan. Apa yang akan dikatakan orang-orang bila mereka mengetahui kebenaran itu?

Melarikan diri ke negara asing dengan identitas baru satu-satunya solusi terbaik yang terpikirkan oleh Qeiza. Tidak mungkin dia akan bertemu Ansel lagi, bukan?

Namun, sepertinya semesta masih ingin mengajaknya bercanda dengan permainan takdir. Qeiza ternganga tak percaya ketika melihat dua orang lelaki yang berjalan menghampiri meja mereka saat Chin Hwa mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, memberitahu keberadaan mereka.

Muka Qeiza tiba-tiba memucat. Bahkan, keringatnya mulai menitik. Dia berdiri dengan menyembunyikan dirinya di belakang Chin Hwa. Kepalanya tertunduk. Tidak ingin lelaki itu melihat jelas wajah cemasnya.

'Bagaimana dunia bisa begitu sempit?' pikir Qeiza.

Dia tidak hanya bertemu Chin Hwa yang mengenali jati dirinya, tetapi juga harus berhadapan dengan Ansel. Sialnya, justru sebagai partner bisnis pula.

'Tunggu!' jerit hati Qeiza tiba-tiba. 'Ansel tidak mungkin mengenaliku, kan?'

Teringat Ansel tidak pernah menemuinya, hati Qeiza menjadi tenang. Saat sidang ikrar talak pun, lelaki itu tidak memandangnya sama sekali. Lagi pula, saat itu dia juga tampil dengan penyamaran.

Hati Qeiza semakin tenang. Tidak ada yang perlu dia takuti sekarang. Walaupun harus diakuinya bahwa masih ada getar halus yang dirasakannya saat menatap wajah Ansel, Qeiza harus bisa melupakan lelaki itu untuk seumur hidupnya.

Bunga cinta yang sempat bersemi ketika pertama kali dia melihat wajah Ansel yang tengah melakukan proses ijab kabul itu harus bisa ditumpasnya hingga ke akar-akarnya. Cukup empat tahun waktunya terbuang percuma dalam penantian yang sia-sia.

“Silakan duduk, Tuan Ansel!” ujar Chin Hwa ramah.

Ansel pun duduk dan memulai pembicaraan mengenai desain yang mereka inginkan tanpa banyak basa-basi. Tak sekali pun ia tertarik untuk mengamati suasana di dalam kafe itu.

'Ck! Sungguh pria yang kaku sekali!' ledek Qeiza dalam hati.

Sudut bibir Qeiza sedikit mencebik sinis. Namun, segera diubahnya menjadi senyuman ketika dilihatnya Ansel melayangkan tatapan tajam ke arahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status