Share

Bab 9

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2021-03-20 05:30:39

Hidup itu penuh tantangan, hadapi saja walau dengan sangat terpaksa.

***

“Aku tidak mengerti apa yang Anda bicarakan, Tuan Song,” sanggah Ansel. “Aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan lancar.”

Ansel memasang wajah dingin dan acuh tak acuh, seperti tak butuh. Memandangi Chin Hwa dan Qeiza silih berganti.

“Jika masih ada yang ingin diubah, bukankah akan lebih cepat kalau Nona Kim berada di kantor yang sama denganku?” tanyanya. “Aku tidak perlu repot-repot menghubungi Anda dan dia tidak perlu bersusah payah, bolak-balik ke sana kemari dengan tujuan yang sama. Cukup simpel, bukan?”

Alasan yang dikemukakan Ansel terdengar logis sehingga Chin Hwa dan Qeiza sama-sama dibuat tak berkutik. Meskipun hati keduanya masih diliputi keraguan, mereka tidak layak untuk menuruti prasangka buruk itu.

“Atau … jangan-jangan desain ini bukan hasil karya Nona Kim?” tuding Ansel, sengaja menyerang ego dan harga diri rekan bisnis di depannya itu, terutama Qeiza.

Qeiza mengepal erat kedua tangannya. Dia tahu Ansel sengaja menyulut emosinya sebagai sebuah taktik untuk mencapai tujuannya. Sialnya, Qeiza merasa tak berdaya untuk tetap menolak permintaan itu lantaran Ansel bermain halus di balik alasan logisnya itu.

“Baiklah,” ujar Chin Hwa.

Dia terpaksa mengalah demi mempertahankan harga diri Qeiza. Dia juga tidak rela bila ada orang yang meragukan kemampuan gadis itu.

“Nona Kim akan bekerja di kantor Anda sampai proyek ini selesai, tapi ingat … perlakukan dia dengan baik,” pinta Chin Hwa. “Dia aset perusahaan kami yang paling berharga.”

“Anda tidak perlu mengajariku tentang bagaimana harus memperlakukan seorang wanita, Tuan Song!” sergah Ansel. Kentara sekali bahwa ia merasa tersinggung dengan peringatan yang diberikan Chin Hwa.

“Baiklah, kurasa pertemuan hari ini cukup sampai di sini,” putus Ansel. “Aku mau Anda mulai bekerja hari ini, Nona Kim!”

Xander yang sedari tadi hanya diam mengamati jalannya negosiasi alot itu menyikut Ansel setelah meninggalkan Chin Hwa dan Qeiza.

“Kenapa kau mengajukan permintaan konyol itu?” tanyanya heran. “Bukankah lebih baik kalau Nona Kim bekerja dari kantornya sendiri?”

Bertahun-tahun Xander bekerja untuk Ansel. Sudah tak terhitung lagi berapa kali mereka bekerja sama dengan desainer wanita, tetapi baru kali ini Ansel meminta syarat seaneh itu. Bahkan, sedikit gila menurut pandangan Xander.

Duduk di samping Ansel, sepanjang jalan Xander memikirkan Kim Ae Ri. Dia merasa pernah melihat gadis itu. Kapan dan di mana, itu yang masih kelabu.

***

“Jaga diri baik-baik, Ae Ri!” pesan Chin Hwa begitu Qeiza turun dari mobil, tepat di depan perusahaan M.

“Jangan bersikap terlalu lembut pada lelaki seperti Ansel!”

Qeiza sedikit mendelik pada Chin Hwa. Merasa tak percaya bila lelaki itu akan memperlakukan dirinya seperti ABG yang baru pergi bersama pria untuk pertama kalinya.

“Tentu,” balas Qeiza. “Kau tidak perlu mencemaskan aku, Oppa. Aku pasti bisa menjaga diriku sendiri.”

Chin Hwa mengoper gigi persneling dan melajukan mobilnya kembali ke kantornya setelah melihat Qeiza masuk ke perusahaan Ansel.

“Mari ikut saya, Nona Kim!” sambut seorang resepsionis. “Tuan Ansel telah menunggu Anda.”

Untuk kedua kalinya Qeiza dibuat terperangah oleh ulah Ansel. Dia tak menduga lelaki itu bahkan sampai meninggalkan mandat pada petugas resepsionis dan meminta wanita itu untuk mengantarnya langsung.

“Silakan, Nona Kim!”

Petugas resepsionis itu mempersilakan Qeiza masuk setelah dia melaporkan kehadiran tamu istimewa tersebut kepada bosnya.

Manik mata Ansel berkilat senang melihat kehadiran Qeiza di ruangannya. Tatapannya menyapu penampilan Qeiza dari atas hingga ke bawah. Tubuh ideal gadis itu terbalut blouse marun, dilapisi blazer berwarna navy dengan kancing yang dibiarkan terbuka.

Celana panjang yang dikenakan Qeiza senada dengan blazer, ditambah dengan hijab sewarna blouse. Sungguh sebuah tabrakan warna yang membuat kecantikan dan pesona Qeiza semakin tak terbantah.

Tatapan Ansel, yang tak berkedip, seperti ingin menelanjangi Qeiza dan memangsanya saat itu juga.

“Ehem!” deham Qeiza. Ia merasa risi ditatap seperti itu oleh Ansel.

Dehaman Qeiza menyadarkan Ansel dari keterpanaannya. Cepat-cepat ia menyibukkan diri dengan membenarkan letak dasinya yang terasa mencekik leher.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status