Share

Bab 3

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-17 07:40:22

Lupakan segala kenangan buruk dan fokuslah mengejar mimpimu!

***

Seorang lelaki dengan postur tubuh di atas seratus delapan puluh sentimeter menunggu di pintu keluar. Kulitnya putih berseri. Seulas senyuman menawan terukir di bibirnya begitu melihat Qeiza muncul dari pintu itu sembari menarik sebuah koper.

Lelaki tersebut berlari menyongsong sosok yang dinantikannya. Sebelah tangannya gesit mengambil alih koper dari pegangan Qeiza.

“Aku senang kau akhirnya memutuskan untuk bergabung bersamaku, Ae Ri,” ujarnya.

Wajahnya tampak kian bercahaya dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.

Qeiza memperhatikan sosok yang berjalan di sampingnya lewat lirikan sudut matanya. Lelaki itu memakai setelan casual berupa celana berwarna gray dan kemeja putih berbahan lembut dengan lengan yang digulung hingga ke siku. Mempertontonkan otot kekar pemiliknya.

Qeiza tidak pernah menduga ia akan seberuntung itu. Dianugerahi seorang kakak laki-laki bernama Dae Hyun. Ketampanan Dae Hyun selalu mengingatkan dirinya pada aktor terkenal Park Bo Gum.

“Kau sengaja tidak masuk kerja hanya untuk menjemputku, Oppa?” tanya Qeiza.

“Tentu saja,” sahut Dae Hyun. “Aku tidak akan membiarkan adikku yang secantik Nam Gyu Ri ini tersesat di negara asing.”

“Aku tidak sebodoh itu, Oppa!” rungut Qeiza. “Kau lupa kalau aku baru saja meninggalkan negeri ini dalam hitungan bulan?”

Qeiza pulang ke Korea Selatan dan terbang ke Indonesia hanya untuk mengurus proses perceraiannya dengan Ansel. Setelah sidang ikrar talak, ia pun balik lagi ke Korea Selatan, lalu bertolak menemui Dae Hyun sesuai janjinya.

Dae Hyun mengelus kepala Qeiza yang terbalut hijab. “Dunia selalu berubah dari waktu ke waktu, bahkan setiap detik,” komentarnya.

“Oh ya? Secepat itukah kota ini beralih rupa?”

“Kau lihat saja nanti,” kata Dae Hyun. “Aku yakin kau akan terperangah.”

“Hem … aku jadi tidak sabar,” tukas Qeiza. “Aku merindukan ruang belajarku.”

Qeiza menatap serius pada Dae Hyun. “Kau tidak membuang semua peralatanku, kan?”

“Hahaha ….”

Dae Hyun hanya menanggapi pertanyaan Qeiza dengan kekehan tawa. Bagaimana mungkin ia membuang barang pribadi milik Qeiza? Dia merawat semua hal tentang Qeiza dengan sangat telaten sebagaimana ia menyayangi sosok Qeiza.

***

“Hem … baunya enak,” komentar Qeiza.

Dae Hyun menghidangkan wafel yang baru saja diangkat dari pemanggangan. Kepulan asap putih yang bersambut dengan embusan angin itu langsung menyebabkan aroma lezat menguar, menerjang hidung Qeiza.

“Aku belum terbiasa memasak ini,” aku Dae Hyun, “tapi, aku harap rasanya tidak terlalu buruk.”

Qeiza segera menyumpal mulutnya dengan sepotong wafel yang sudah disiraminya dengan saus madu.

“Hem … ini sangat lezat, Oppa!” puji Qeiza. “Kau berbakat untuk menjadi koki.”

Pujian Qeiza mampu menarik lebar kedua sudut bibir Dae Hyun hingga membentuk senyuman yang sangat menawan.

Sesaat Qeiza terpana. 'Ya Tuhan! Kalau saja dia bukan kakakku,' batinnya.

“Kenapa?” tanya Dae Hyun. “Sausnya berlepotan ya di mulutku?”

Dae Hyun sedikit grogi dipandangi oleh Qeiza. Maklum, mereka adalah kakak adik yang tidak benar-benar terikat hubungan darah.

Qeiza menggeleng. “Tidak!” bantahnya. “Aku hanya merasa sedang menikmati sarapan pagi dengan Park Bo Gum.”

“Ck! Apa setiap wanita sebegitu tergila-gilanya dengan pemain drama encounter itu?”

Dae Hyun mendecak. Sudah sering kali ia mendengar para gadis membandingkan dirinya dengan aktor tersohor itu.

“Apa aku harus alih profesi jadi aktor juga ya?” kelakarnya, masih dengan senyuman yang dapat membuat jantung kaum hawa berdebar-debar.

“Tidak, tidak!” sergah Qeiza cepat.

“Lo, bukannya wajahku cukup tampan untuk terjun ke dunia itu?”

“Sekali tidak, tetap tidak,” tegas Qeiza. “Nanti aku tidak bisa menemuimu dengan bebas, apalagi bisa sarapan bersama sepagi ini.”

“Hahaha ….”

Dae Hyun tertawa. Entah kenapa, Qeiza selalu berhasil membuat mood-nya berada dalam kondisi yang sangat baik. Sungguh sebuah keputusan yang tepat kedua orang tuanya mengangkat Qeiza sebagai anak, walaupun pada awalnya ia sedikit keberatan.

“Maafkan aku, Ae Ri!” lirih Dae Hyun sedetik kemudian.

“Huh? Maaf? Untuk apa?” Qeiza tak mengerti mengapa Dae Hyun tiba-tiba saja meminta maaf kepadanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Obsessive Ex   Bab 176

    Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. “Tapi, kita—” Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. “Apa itu tadi ciuman pertamamu?” Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku

  • My Obsessive Ex   Bab 175

    “Kau cantik sekali, Sayang ….” Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. “Dae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.” “Eomma ….” Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. “Ae Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.” “Tentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.” Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. “Pergilah!” ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari

  • My Obsessive Ex   Bab 174

    Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. “Saya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” “Saaah!” Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun

  • My Obsessive Ex   Bab 173

    “Kenapa kau terobsesi sekali sama aku?” “Aku tergila-gila padamu. Aku … tak bisa hidup tanpamu.” “Kau baik-baik saja selama empat tahun,” ujar Qeiza. “Kau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.” “Qei, please … beri aku kesempatan!” “Aku tak bisa.” “Kenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?” “Aku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,” kata Qeiza. “Sia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.” Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. “Maaf, Ansel!” ujar Qeiza. “Mulai sekarang, berhentilah mengejarku!” “Tapi … aku benar-benar tertarik padamu, Qei,” sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. “Terima kasih. Aku merasa tersanjung.” “Jadi, apa kau mau mempertimbangka

  • My Obsessive Ex   Bab 172

    “Sekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,” ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. “Aigoo … aku senang sekali melihat kaliar akur begini.” Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. “Kita harus secepatnya menikahkan mereka,” timpal Tuan Kim. “Aku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.” Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. “Pelan-pelan makannya,” tegur Nyonya Kim. “Kau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?” Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant

  • My Obsessive Ex   Bab 171

    Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. “Jangan ambil, Eomma!” Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. “Aku sangat merindukan mama sama papa.” Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. “Anakku ….” Cairan hangat membanjiri pipinya. “Maafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi … aku tak mengenalimu.” Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. “Terima kasih kau kembali pada kami, Sayang!” Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur aduk—antara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status