Share

MANT(en)AN
MANT(en)AN
Penulis: Momoy

PROLOG

“Lo emang nggak pernah ngertiin gue!”

“Apa?! Gue nggak pernah ngertiin lo? Maksud lo apa, Sya?! Saat lo lagi sibuk sama temen-temen lo, apa gue pernah nyalahin lo? Apa gue pernah larang-larang lo? Lagian, gue selalu ngasih apa pun yang elo mau.” Sorot mataku menatap tajam pada seorang perempuan bernama Tasya, sang pujaan hati.

Aku dan Tasya sudah menjalin hubungan semenjak tiga tahun yang lalu, tepatnya saat kami baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas, yang mana pada saat itu Tasya dirundung sebuah nestapa. Ibunya meninggal. Ya, dan akulah satu-satunya orang yang menyelamatkan Tasya dari neraka bernama kesepian.

Sejak saat itu juga, Tasya selalu menggunakan bahuku untuk menyandarkan kepalanya di saat dia mengalami masalah yang menghancurkan hatinya. Kami berbagi kasih dan sayang. Juga berbagi kesedihan.

“Bukan itu maksud gue, Jaya! Bukan itu! Gua tahu kalau lo selalu pengertian sama gue.” Tasya menggeleng pelan. Jelas sekali bahwa ia sedang menahan air mata yang telah menggantung di maniknya.

“Terus apa? Salah gue apaan sama lo? Lo ngomong yang jelas, kek, biar gue tahu salah gue itu di mana. Lo bilang gue gak pengertian, tapi nyatanya gue udah sangat—“

“Lo ke mana aja di malam ulang tahun gue? Sedetik pun elo nggak punya waktu buat gue malam itu. Gue capek nunggu lo. Capek nunggu meskipun cuma sebatas telepon atau SMS.”

Aku mendadak terkejut ketika kalimat tersebut terlontar dari bibir Tasya. Sorot mataku yang tadinya setajam katana, kini tumpul seperti sebuah pisau tua berkarat. Aku mengalihkan pandangan, sebab tahu bahwa aku memang salah.

“Kenapa lo diem, Jay? Udah puas lo sekarang? Udah tahu, kan, salah lo di mana? Lo masih bisa ngelak? Lo masih bisa bilang kalau lo ngerti perasaan gue, hah?! Jawab gue!” Tasya meninggikan nada suaranya. Terdengar seperti harimau mengaum yang siap menikam mangsanya.

“Gue ... gue waktu itu—“

“Keluar sama Risna, kan?” Tasya meraih kerah kemejaku yang tak dikancing sama sekali. Ia kemudian meremasnya, memaksaku untuk menatap kedua matanya yang kini dipenuhi cairan bening bernama air mata. “Lihat gue, Jay, lihat!” lanjut Tasya dengan lirih.

Aku masih tak sanggup menghadapkan wajahku pada Tasya. Apa yang dikatakan olehnya memang adalah sebuah kebenaran. Malam itu aku keluar bersama dengan Risna, yang merupakan teman Tasya. Dan aku benar-benar lupa bahwa hari itu Tasya berulang tahun. Ya, bodohnya aku!

Lagi pula, aku tidak tahu mengapa aku bisa lupa dengan hari ulang tahun Tasya. Aku tidak mengingat apa pun malam itu. Yang aku pikirkan hanya bersedia menemani Risna.

“Gue bilang, lihat gue, Jay Berengsek!” Tasya akhirnya memekik, tidak kuasa menahan gejolak amarah yang telah meluap-luap bagai gunung merapi yang siap meletus.

Dengan perlahan aku menoleh, menatap wajah perempuan berambut panjang bergaya kucir kuda, yang kini telah terbanjiri air mata. “Maaf ....”

Tasya melepaskan kerah kemejaku yang tadinya ia cengkeram begitu erat. Ia membekap mulutnya. Menatap padaku. “Gue benci sama lo! Jangan pernah cari gue lagi!”

Perempuan bertubuh kurus yang mengenakan rok selutut ini berlalu pergi penuh luka. Melangkah tergesa menyusuri jalanan kota yang ramai oleh lalu-lalang berbagai kendaraan. Kemudian, kini yang ada hanyalah sesal yang bergelimang di hati.

Aku tidak ingin mengejar Tasya atau sekadar mengatakan ‘jangan pergi’, sebab ketika kepedihan telah menyapa perempuan itu, tidak ada yang akan bisa menghentikannya.

-II-

Komen (1)
goodnovel comment avatar
melisamelany
This is one of the best story I've read so far, but I can't seem to find any social media of you, so I can't show you how much I love your work
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status