Happy Reading
-----Liora merintih. Pahanya menjepit kepala Gavriel tanpa ia sadari seiring keliaran tangan Gavriel yang memutarinya, menghancurkan dengan kenikmatan yang berpadu sesapan dan tusukan lidah panas.
“Ya, ya ... ini berlebihan. Ya Tuhan, ini sangat nikmat, Gav,” erang Liora tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri karena satu tangan Gavriel yang lain mempermainkan puncaknya.
“Inilah yang pantas kau dapatkan, Cara mia,” kata Gavriel dengan napasnya yang menderu layaknya hewan buas mematikan.
Gavriel memasukkan jarinya dan terus mempermainkan lidahnya, meneguk segala cairan cinta Liora untuk mengisi dahaga hasratnya yang tak berujung.
Liora mengigit jarinya sendiri, menahan desahan dan teriakan bahagia karena rasa ini begitu menakjubkan. Ia masih mengingat ada Vierra yang tengah tidur di balik sekat dinding kamar ini. Pinggul Liora kemudian mengejang hebat bersamaan dengan cair
Happy Reading----- “Tuan Muda, tolong jangan bermain ini lagi,” pinta seorang made guy yang sedang berlari kencang terbirit-birit di tengah kandang yang luas. “Tidak mau! Ini terlalu menyenangkan!” seru anak laki-laki berusia empat tahun sembari terbahak-bahak. Ia berada di atas punggung harimau putih yang sedang mengejar made guy di depan sana. Tangan mungilnya menggenggam collar kulit di leher binatang buas tersebut. “Wah larimu lebih cepat dari kemari. Ayo Carlo, kita jangan mau kalah, kejar dia!” katanya semakin semangat. “Ya Tuhan! Dari semua tugas, kenapa aku yang ditugaskan menjaga Tuan Muda Lanxer saat bermain seperti ini!” rutuknya semakin panik mendengar auman menyeramkan harimau putih di belakangnya. Ia cepat-cepat berlari menuju pohon terdekat dan buru-buru memanjatnya. Carlo, si harimau putih itu mengaum mengerikan karena kesal mangsanya naik ke atas pohon. “Yaaaah ...
Happy Reading----- Liora seketika melipat bibir menahan tawa mendengar istilah yang selalu dipakai anak bungsunya tersebut setiap kali ada yang menyebutnya anak-anak. “Oke, pria bal—” Gavriel menutup mulut, sama-sama menahan tawa. Jika ia dan Liora sampai tertawa di depan Lanxer, anak bungsu mereka itu pasti akan sangat kesal. Ia kemudian cepat-cepat mengembalikan gestur wibawanya untuk menasihati sang anak. “Pria dewasa tak membentak dan mengentak kaki seperti anak kecil seperti ini.” Mata biru Gavriel menilik tingkah sang anak dari bawah dari atas. “Pria dewasa berkata sopan dan hormat pada orang lain, terlebih pada orang tuanya.” “Maaf, Daddy.” Lanxer langsung menunduk menyesal. Ia menarik napas dalam lalu menegakkan pandangan dan pundak, meniru gaya ayahnya yang selalu tegap dan keren di matanya. Gavriel mengangguk. “Pria dewasa sejati tidak takut mengakui perbuatannya sendiri.
Enjoy!-----Gulita seolah mencoba merenggut seorang wanita yang sedang terpojok ketakutan di sebuah gang sempit. Tubuh itu merapat pada dinding bata yang lembap, seakan ingin dinding itu menyembunyikan ia dari seorang pria yang menghimpitnya.Bagian bawah sepatu tanpa haknya kini terendam oleh genangan bekas air hujan. Ia tak lagi memedulikan dan memikirkan, meski mungkin itu adalah sepatu kesayangannya.Terlebih ketika mata wanita berambut panjang itu semakin membulat saat sebuah pistol menempel di pipinya. Bibir tipis itu langsung gemetaran kala mengucapkan kalimat-kalimat yang serupa permohonan. Namun, pria berjaket hitam itu menggeleng, tampak tak puas atau mungkin tak peduli.Muzzle pistol itu pun kian menusuk pipi wanita tersebut kala sang pria membentak dan membuat si wanita muda tersentak, semakin ketakutan. Bibirnya kembali berujar dengan tarikan napas berat yang terlihat dari pundak yang meningg
Hallo again :) Apakah di bab ini akan ada lebih dari 10 komen di paragraf?Jika ya, next chapter bakal segera publish hari ini :*(Cara komen di paragraf tinggal tekan lama di bagian paragraf yang dimau)Enjoy!-----Sebuah Cadillac Escalade hitam melaju mulus di tengah jalanan kota Madison. Sinar terik matahari telah perlahan redup, demi menyambut langit senja yang siap menjadi pengiring mobil tersebut.Di dalam kabin belakang mobil berinterior mewah serta berdominasi warna cream itu tengah duduk Liora dan wanita muda lain yang bertugas menjadi babysitter. Liora duduk dengan menjelujurkan kakinya pada penyangga kaki di bagian bawah kursi.Senyum di wajah Liora terlukis lembut nan hangat bersama mata peraknya yang berkilau pada sang bayi di gendongannya. Sebuah senyuman yang hanya akan ditemui kala Liora sedang bersama bayinya atau dengan keluar
Sesuai janji, bab ini meluncur! :*Ramein bab ini juga dengan taburan komenmu di paragraf yaa(Cara komen di paragraf tinggal tekan lama di bagian paragraf yang dimau)Enjoy!-----Gavriel dapat dengan jelas melihat bagaimana pupil di mata perak itu melebar ketika ia menyebutkan namanya. Menyingkap sinar mata yang sejak tadi tanpa sadar telah Gavriel nikmati.Sebagai seorang pria, Gavriel tak akan bisa melarikan pandangannya dengan mudah dari sosok CEO muda yang tak pernah Gavriel perkirakan akan sememesona ini. Gavriel pikir, Daniel hanya membual ketika menceritakan tentang kecantikan yang dimiliki seorang Liora. Namun, rupanya Liora jauh di atas bayangan Gavriel.Meski wanita itu memberikan ia tatapan dingin. Tidak, sejak kedatangan wanita itu, Gavriel melihat Liora menaburkan wajah dingin pada seluruh pria di sini. Tatapan dingin itu membuat jiwa Gavriel terusik. Ia
Enjoy!-----Seluruh orang berpakaian serba hitam memenuhi area sebuah pemakaman keluarga milik Arvezio di sudut kota Madison. Isak tangis menjadi pengiring suara seorang pemuka agama yang tengah memimpin doa di depan sebuah batu nisan besar bertuliskan ‘Dario Arvezio’.Tak jauh dari area pemakanan, beberapa orang berjaga ketat dengan megang senapan. Pandangan mereka begitu awas, demi menjaga kehikmatan prosesi pemakaman underboss Prospero tersebut dari segala macam gangguan.Sementara itu, mata Gavriel mengamati satu persatu orang yang hadir di sana. Mencari wajah-wajah pengkhianat yang mungkin saja tampak dari kematian saudara sepupunya.Matanya kemudian bertabrakan beberapa saat pada anggota keluarga Crossleight yang turut hadir. Mereka mengangguk dan dibalas hal serupa oleh Gavriel, menghargai kedatangan mereka. Bersama dengan itu, tangan Gavriel tak lelah mengusap punggung wanita yang seda
Makasi untuk antusiasnya di bab 4 :* Ti amo!Enjoy!-----Langkah kaki berbalut sepatu scarpin hitam milik Liora seketika terhenti ketika ia baru saja tiba di ruang tengah penthouse-nya. Vierra yang berada di gendongan sang ibu segera memekik menggemaskan, mengetahui kedatangan pria dewasa yang sedang berdiri di tengah ruangan tersebut.Pria dewasa dengan gurat keriput di wajahnya itu pun mengembangkan senyum pada Vierra. Dengan pakaian jas biru gelapnya, ia berjalan menghampiri Liora.Mata Liora melirik pada sebuah amplop di tangan pria itu. Lalu ia berdecak.“Kapan Dydy sampai kemari?” tanya Liora sekadar basa-basi pada sang ayah.Hubungan keduanya yang tak begitu bagus membuat Liora tak tertarik dengan kunjungan ayahnya kemari. Meski ia tahu sang ayah datang jauh-jauh dari Manhattan.“Sekretarismu berkata kau bertemu dengan Gavriel Arvezio beberapa hari la
Enjoy!-----Denver, Colorado-USALiora melangkah dengan dagu terangkat memasuki suasana pesta di salah satu mansion milik Arvezio. Pandangannya lurus membelah keramaian, meski ekor mata perak itu tak bisa lari dari pemandangan menjijikkan para tamu yang hadir.Ia tak terkejut dan tidak pula berharap ini seperti layaknya pesta elegan pada umumnya yang biasa ia datangi. Meski pada awalnya ia sempat terkecoh dengan suasana berkelas dan musik opera, tetapi ketika ia memasuki mansion ini lebih dalam, pesta sesungguhnya baru terlihat. Ini lebih tepat dikatakan sebagai pesta seks.Sepanjang langkah Liora, sepanjang itu pula ia melihat para tamu yang saling bercinta tanpa mengenal tempat. Di tengah mereka yang berpakaian gaun dan tuxedo mahal, beberapa di antaranya ada yang mengenakan seragam berpangkat dan beberapa yang lainnya juga Liora kenal sebagai politisi terkenal.Pemandangan itu s