LOGINMusang obat?Nazar tertegun. "Apa itu musang obat?"Ewan berkata, "Musang obat hidup dengan memakan herbal dan mahir mencari herbal. Sederhananya, dia suka makan tanaman obat. Penciumannya sangat tajam dan kemampuan terampuhnya adalah menemukan herbal.""Konon setelah dewasa, musang obat bisa dengan mudah menemukan herbal berusia ratusan tahun dalam radius lima kilometer.""Musang obat yang ada di depan kita ini sepertinya belum dewasa. Meskipun begitu, selama ada tanaman obat berusia ratusan tahun dalam radius setengah kilometer, cukup sekali cium, dia bisa menemukannya.""Aku sebelumnya hanya pernah melihat deskripsi tentang musang obat di buku kedokteran. Siapa sangka, makhluk yang hanya ada di dalam legenda ternyata benar-benar ada."Sehebat itu? Bola mata Nazar berputar. Dalam hati, dia berpikir kalau dirinya bisa mendapatkan musang obat itu, bukankah mencari herbal berusia ratusan tahun akan semudah membalikkan telapak tangan?Ewan langsung mengetahui maksud Nazar. Dia tersenyum
Mereka bertiga kembali melintasi dua puncak gunung. Tiba-tiba, aroma obat yang sangat pekat menyeruak ke hidung.Tubuh Ewan bergetar ringan. Hanya bahan obat berusia ratusan tahun yang bisa mengeluarkan aroma sepekat ini.Saat Ewan hendak berbicara, dia mendengar Nazar yang berjalan di paling depan mengeluarkan seruan rendah, "Berhenti."Ewan dan Samudra segera berhenti dan bersiaga."Ada bahaya di depan. Kalian berdua jangan bergerak, biar aku yang lihat." Usai berbicara, tubuh Nazar sudah berkelebat 15 meter ke depan.'Sial, orang tua ini ingin merebut harta karun!' Ewan langsung menyadari maksud Nazar. Dia segera berkelebat mengejar. Dalam sekejap, keduanya tiba di depan sebuah ladang obat.Ladang obat itu kira-kira seluas dua hektare. Di sekelilingnya berdiri gunung-gunung, membentuk cekungan seperti huruf "U".Dilihat sekilas, ladang itu dipenuhi berbagai tanaman obat. Bunga merah, gastrodia, platycodon, atraktylodes putih, coptis, angelica, licorice .... Jumlahnya mencapai ratusa
Mendengar ucapan Nazar, Samudra marah sampai memanyunkan bibirnya. Sok berbicara tentang moral dan kebajikan, tetapi ujung-ujungnya tetap ingin menjual dan membagi hasilnya. Benar-benar tidak tahu malu!Ewan juga agak tergoda. Peti itu bernilai 100 triliun. Kalau dijual, 50 triliun akan langsung masuk ke kantongnya.Harus diketahui, 99% orang di dunia ini seumur hidup tidak akan pernah menghasilkan 50 triliun. Dengan uang sebanyak itu, Ewan bisa menjadi salah satu orang terkaya.Setelah merenung sebentar, Ewan menghela napas panjang. "Sudahlah, lupakan saja!""Kenapa?" Nazar bingung.Ewan berkata, "Kita datang ke Gunung Nabesar kali ini sudah mendapat banyak hal. Jangan lagi memikirkan peti itu.""Peti itu langka, jelas layak disebut sebagai harta nasional. Nanti akan kuperintahkan orang-orang Aula Raja Maut untuk datang dan mengangkut peti itu, lalu menyerahkannya kepada negara."Nazar terlihat agak tidak rela. "Bocah, pikirkan baik-baik. Itu bukan cuma sebuah peti, itu adalah kekayaa
Ewan bertanya-tanya, mengapa Tarsa harus memberi dirinya sebuah kaldron perunggu?Selain itu, meskipun kecil, berat kaldron perunggu itu luar biasa, sama sekali tidak masuk akal. Siapa pun yang pernah belajar fisika tahu, densitas perunggu bahkan tidak lebih tinggi daripada emas. Artinya, bahkan kalau sebuah kaldron dibuat dari emas murni, beratnya pun mustahil mencapai 1.000 kilogram.Lantas, mengapa kaldron ini begitu berat?"Eh, ada tulisan di dasar kotaknya!" Nazar tiba-tiba berseru.Ewan menunduk melihat. Benar saja, di dasar kotak itu terukir beberapa baris tulisan, dengan goresan khas Tarsa.[ Ewan, simpanlah Kaldron Kosmik ini baik-baik. Kelak akan sangat berguna bagimu. ]Kaldron Kosmik? Namanya terdengar sangat keren."Tua Bangka, kamu pernah dengar tentang Kaldron Kosmik?" tanya Ewan.Nazar menggeleng. "Nggak pernah."Ewan memegang Kaldron Kosmik di telapak tangan, memeriksanya lama, tetapi tidak menemukan apa pun yang istimewa. Ini membuatnya semakin bingung."Sebuah kaldro
Ewan juga merasa penasaran. Kira-kira apa hadiah pertemuan yang diberikan Tarsa kepadanya?Walaupun belum membuka kotaknya, dia tahu bahwa isinya pasti luar biasa. Bagaimanapun juga, dengan identitas setinggi Tarsa, mustahil memberikan sesuatu yang murahan.Ewan membungkuk, bersiap mengambil kotak kayu itu, tetapi ekspresinya tiba-tiba berubah aneh."Bocah, kenapa buang-buang waktu? Cepat ambil!" Nazar mendesak dengan tidak sabar."Dasar orang tua, kamu buru-buru sekali, ya sudah kamu ambil sendiri!" kata Ewan, lalu mundur dua langkah.Nazar maju, memegang kotak kayu itu dengan kedua tangan, ingin mengangkatnya keluar. Namun, pada detik berikutnya, ekspresinya langsung berubah."Kenapa lama sekali? Cepat keluarin dong!" Ewan tertawa di sampingnya."Hmph! Jangan kira aku nggak bisa angkat!" Nazar mengerahkan tenaga, tetapi kotak itu sama sekali tidak bergerak."Arrghh!" Nazar berteriak sambil mengerahkan seluruh kekuatannya. Wajahnya memerah, urat di dahinya menonjol, tetapi kotak itu t
Ternyata, Tarsa benar-benar sosok setingkat dewa.Sepuluh menit kemudian, Nazar membuka matanya, lalu tertawa keras. "Hahahaha! Semua lukaku sembuh total!"Nazar bangkit, gembira sampai menari-nari seperti anak kecil.Ewan dan Samudra juga ikut senang."Dasar bocah, kukasih peringatan ya, jangan seenaknya tindas aku lagi. Kalau kamu macam-macam, bakal kupukul!" ujar Nazar. Selesai berbicara, aura kuat langsung memancar dari tubuhnya.Energi murni! Hati Ewan bergetar.Nazar tertawa bangga. "Pil Ekstasi yang ditinggalkan oleh leluhur bukan cuma menyembuhkan luka balasan hukum langit di tubuhku, tapi juga membantuku menembus batas dan memahami energi murni.""Sayang, Barry nggak ada di depan mata. Kalau ada, sudah aku tampar sampai terbang! Sekarang aku baru benar-benar paham, ahli tingkat tinggi itu memang kesepian!"'Sok keren!' Ewan memandang Nazar dengan jijik."Oh ya, leluhur bilang juga meninggalkan hadiah untuk kalian berdua. Sudah ketemu belum?" tanya Nazar."Jelas belum! Dari tad







