 LOGIN
LOGIN

"Maju!"Setelah sang Jenderal memberi perintah, si raksasa langsung menatap para prajurit. Tatapannya yang dingin kini penuh niat membunuh. Dia mulai melangkah perlahan.Dum! Begitu satu langkah mendarat, tanah bergetar. Dia melangkah lagi, mendekati para prajurit."Habisi dia!" Tandi memerintahkan dengan tegas.Seketika, prajurit pasukan khusus mengarahkan moncong senjata ke raksasa itu dan menarik pelatuk.Dor! Dor! Dor! Peluru meluncur bagai hujan deras, menghantam tubuh raksasa itu. Detik berikutnya, semua wajah berubah pucat ketakutan.Terlihat percikan api saat peluru menghantam tubuh raksasa itu, seolah-olah mengenai pelat baja antipeluru. Kemudian, peluru-peluru itu terpental, tak satu pun melukai raksasa itu. Bahkan kulitnya pun tak tergores sedikit pun."Tubuhnya seperti mayat hidup. Sangat keras, sulit dilukai," ujar Tandi dengan wajah tegang.Logan spontan mendapat ide dan berteriak, "Tembak matanya!"Dor! Dor! Dor! Banyak peluru mengarah ke mata raksasa itu, tetapi hasilny
Bagian tubuh bawahnya ditutupi selembar kain untuk menutupi bagian vitalnya. Kakinya tidak memakai alas apa pun, tetapi hal-hal itu masih tergolong wajar.Yang aneh justru pada lengan dan kakinya. Di lengan dan kakinya tidak tampak otot, hanya tulang putih yang menyeramkan, seolah-olah otot-ototnya dicukur sampai habis. Benar-benar seperti monster.Di bawah puluhan pasang mata, raksasa itu mengangkat kaki dan maju satu langkah. Dum! Tanah berguncang, mengeluarkan dentuman keras, seolah-olah sesuatu seberat ribuan kilogram menjatuhkan diri ke lantai."Ada yang aneh dengan makhluk ini." Mata Ewan menyipit. Dia merasakan sesuatu yang janggal pada raksasa itu.Secara normal, pria setinggi dua meter lebih beratnya hanya 150 kilogram. Sementara itu, raksasa di depan mereka tinggi, tetapi tidak terlihat gendut. Setiap kali kakinya menjejak, terasa seperti menapak beban ribuan kilogram.Ewan merasakan ancaman besar dari sosok itu. Sosok itu bukan orang biasa!Saat itu, suara sang Jenderal terd
Dum! Dum! Dum!Suara dari balik pintu besi itu semakin lama semakin keras, bergema seperti genderang perang, membuat hati semua orang berdebar kencang."Sepertinya ... ada sesuatu yang mendekat ke arah kita?""Dari suaranya, benda itu sepertinya cukup besar.""Jangan-jangan itu tank atau meriam, semacam senjata berat?" Salah satu prajurit menebak, tetapi segera disangkal oleh rekan di sampingnya."Bukan tank. Kalau tank bergerak, suaranya nggak seperti ini.""Kalau begitu, apa dong?""Entah kenapa, aku merasa itu seperti suara langkah kaki manusia ....""Sembarangan! Mana mungkin manusia bisa menimbulkan suara sebesar itu?""Hmm, sepertinya bukan manusia. Dari bunyinya, beratnya pasti lebih dari ratusan kilogram.""Jangan-jangan ... itu binatang buas?"Seketika, seluruh ruangan hening. Semua orang menegang, ekspresi mereka menjadi sangat serius. Kalau benar itu binatang buas, pasti akan ada pertempuran sengit lagi.Tandi mengenakan kacamata hitamnya, mencoba mengaktifkan fungsi tembus
"Serius?" Logan tercengang. "Dengar-dengar, Keluarga Polin akan berbesan dengan Keluarga Wibowo. Mereka akan menikahkan Neva dengan Sufian, 'kan?""Mm." Tandi mengangguk.Logan tertawa. "Acara seru begini mana boleh kutinggal. Aku harus ikut meramaikan.""Baiklah, sudah sepakat. Setelah urusan di sini selesai, kamu ikut aku kembali ke ibu kota.""Oke."Ekspresi Tandi berubah serius lagi. "Kita nggak boleh berlama-lama di sini.""Tenang, mayat hidup dan tentara bayaran sudah beres. Aku yakin si Jenderal nggak punya cara buat membunuh kita," sahut Logan."Jangan meremehkan musuh. Si Jenderal sangat licik. Kalau dia berani mengundang kita ke sini, pasti dia sudah siapkan sesuatu untuk menghadapi kita." Tandi memperingatkan."Kartu trufnya ya cuma mayat hidup dan tentara bayaran. Sekarang mereka semua mati. Aku ingin lihat apa lagi yang bisa dilakukannya." Logan meneruskan, "Kalau sudah tertangkap, aku mau memukulnya sampai babak belur."Tandi tidak menanggapi lebih jauh. Dia langsung meme
Di dalam markas.Ewan membelakangi semua orang sambil menatap sekeliling. Lantai penuh dengan mayat tentara bayaran. Tak ada satu pun yang selamat."Jimat Petir ini cukup ampuh. Lain kali ketemu Master Nazar, aku harus minta lebih banyak," gumam Ewan.Baru saja, Ewan menggunakan mantra penghilang. Ketika musuh masih terkejut dan belum sadar, dia buru-buru melempar Jimat Petir, membuat musuh kaget. Kecepatannya begitu luar biasa. Musuh bahkan belum sempat melihat jimat itu dan sudah disambar petir hingga tewas."Untungnya para tentara bayaran ini bukan ahli sejati. Kalau mereka setara dengan ahli Daftar Naga, Jimat Petir ini nggak akan cukup untuk membunuh mereka. Pokoknya, masalah sudah terselesaikan. Entah si jenderal itu masih punya trik apa?"Ewan menatap ke arah CCTV. Tak terdengar lagi suara sang Jenderal.Tak jauh dari situ, para prajurit pasukan khusus masih syok."Para tentara bayaran itu mati begitu saja?""Orang bilang, mereka yang banyak berbuat jahat akan mendapat karma. La
"Pasukan khusus entah dari mana mendatangkan seorang ahli. Sampah yang kami teliti hancur gara-gara dia.""Apa katamu?" Mata pria bertopeng itu tiba-tiba menjadi tajam. Meskipun hanya menatap lewat layar ponsel, tekanannya terasa sangat kuat.Keringat dingin muncul di dahi si pria botak. Dengan gugup, dia menjelaskan, "Sampah-sampah itu dihancurkan oleh orang itu.""Satu pukulan satu orang, caranya sangat kejam. Bukan hanya itu, aku juga mengumpulkan mereka masuk markas supaya tentara bayaran yang membunuh mereka.""Sebenarnya rencanaku berjalan. Banyak prajurit pasukan khusus terluka. Tandi dan Logan hampir tewas."Pria botak itu sengaja membesar-besarkan agar bosnya tidak marah. Dia melanjutkan, "Tapi nggak disangka, pada saat krusial, orang itu malah memunculkan petir. Para tentara bayaran kaget, semua disambar petir ....""Diam!" sela pria bertopeng itu. Kemudian, dia berteriak, "Aku suruh kamu kelola markas itu karena aku percaya padamu. Rupanya kamu malah begitu nggak berguna. Da
