Share

2 - CEO Shino

"Aku bertanya game apa?! Bukan aplikasi apa! Jenis game apa yang akan disediakan pada aplikasi ini?!"

"Sebuah game petualangan yang membutuhkan tim untuk menyerang suatu tempat musuh." Moderator menjelaskannya dengan nada sedikit jengkel.

"Pak Jung, apa kau tidak pernah memainkan aplikasi game seperti ini? Karena ini cukup familiar bagiku." 

"Maaf, Bu Shino. Saya sudah cukup tua untuk memainkan game tersebut tetapi, saya pernah melihat cucu saya bermain game seperti itu," ucap Pak Jung sembari tersenyum tipis kepada Shino.

Pak Jung memang pernah melihat cucunya, Ken, memainkan game perang dengan membentuk tim bersama menghancurkan base musuh.

"Bubarkan rapat ini dan kembalilah bekerja. Dan untuk kau carilah ide baru, jangan hanya menjiplak karya orang." Shino berdiri dan berniat untuk keluar menuju rooftop.

Moderator tersebut mengernyitkan alisnya kesal.

"Mengapa kau seenaknya menyuruh seseorang untuk berhenti? Memang kau siapa? Pemegang saham terbesar di perusahaan ini? Pakaianmu serba hitam dan berlaku seperti bos di sini cih," 

Seisi ruangan menjadi hening dan Pak Jung melotot ke arah moderator tersebut. Shino berhenti dan berbalik mendekati moderator tersebut.

Wanita itu  mengelus pundak moderator tersebut.

"Kau pasti pegawai baru ya? Pikirkan saja sendiri siapa aku dan mengapa Pak Jung selaku direktur perusahaan ini, bersikap halus kepadaku." Shino tersenyum sinis dibalik maskernya dan pergi keluar dari ruang tersebut.

Pak Jung melotot kesal kepada moderator tersebut dan menggelengkan kepalanya, pria tua itu tidak percaya apa yang keluar dari mulut anak baru yang diterimanya seminggu kemarin.

"Pecat dia! Aku tidak mau mempekerjakan seorang pegawai yang berani melawan atasannya."

"Pria muda itu lulusan universitas ternama di negara ini. Apakah kau tidak mau melihat kemampuannya dulu?" Pak Jung berusaha mempertahankan pekerjaan anak baru itu.

"Aku tidak peduli dengan embel-embel lulusan universitas terbaik. Dia  tidak memiliki tata krama. Aku tidak ingin tanggung jawab, jikalau nanti dia mulai membantah perintahmu."

"Baik, jika itu keinginanmu. Saya akan mengakhiri kontrak pegawai baru itu."

Para atasan pun ikut berdecak kesal menatap moderator tersebut dan merapikan berkasnya untuk keluar dari ruang rapat.

Mereka berhamburan keluar tidak memperdulikan moderator tersebut.

"Pak, siapa wanita itu memangnya? Mengapa orang-orang segan untuk melawannya?" tanya seorang pria muda  yang tidak lain moderator tadi.

"Kau masih bertanya? Otakmu ini kau letakkan di mana? Dia adalah CEO kita dan pemilik perusahaan ini. Bagaimana bisa kau diterima bekerja di sini tanpa mengetahui identitas CEO perusahaan tempatmu bekerja."

Pria muda itu hanya terkejut dan berusaha mencerna kata terakhir salah satu anggota rapat tadi. Pikirannya kosong dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah ini.

Pastinya hal pertama yang harus dilakukan adalah membereskan barang-barangnya di kantor.

Sesampainya di rooftop, Shino berdiri menyandar di tembok menatap langit di atasnya yang tertutup oleh kaca bening berwarna hitam. Wanita sipit itu  menatap matahari dengan lekat.

"Pak Jung, aku akan pergi ke Hong kong," ucapnya.

"Apakah anda akan mencari obat itu?" 

"Sebenarnya aku sudah menyerah tetapi, aku ingin berusaha untuk menemukannya." Shino tersenyum melihat Pak Jung. Saat ini, Shino bukan tersenyum menyeringai, melainkan tersenyum sendu.

Shino sangat membenci matahari, mulai dari dulu maupun saat ini. Matahari adalah musuhnya. Pak Jung berdiri di sampingnya, menunggu Shino berbicara kepadanya saat ini.

"Saya akan menyiapkan segalanya. Anda tinggal memberi tahu saya kapan akan berangkat."

"Baik, kuserahkan semuanya kepadamu."

Esoknya, Shino mulai bersiap-siap untuk menuju ke Hong kong. Dia mulai mengemasi pakaiannya ke koper. Sudah dua tahun lamanya ia tidak pernah mengunjungi negara itu lagi.

"Hem, apalagi yang harus kubawa ya...."

Terakhir kali, Shino hanya berkunjung karena kematian sang ibu, anggota keluarga satu-satunya Shino.

Dan saat ini, wanita berkepala tiga itu seorang yatim piatu, ayahnya meninggal saat Shino masih berumur 12 tahun karena suatu kecelakaan saat perjalanan bisnis ke Amerika Serikat. Ibu Shino meninggal karena sakit.

Hanya Pak Jung, orang kepercayaannya yang menemani segala keperluannya. Ia bekerja sejak Shino berusia 10 tahun saat itu. Jadi Pak Jung adalah sosok seorang ayah bagi Shino.

Meskipun sikap Shino cenderung menjadi bos bagi Pak Jung, tetapi, Pak Jung sangat menyayanginya seperti anaknya sendiri. Maka dari itu, Shino lebih bebas  jika bersamanya.

Esoknya jam 5 subuh, ia sudah mandi dengan air hangat dan bersiap menuju bandara. Pak Jung memang sengaja menyiapkan penerbangan pagi, agar Shino cepat sampai di negara tujuannya tersebut.

Ia dijemput dengan mobil Pak Jung menuju bandara. Sesampainya di sana, dia segera check-in dan menuju pengecekan keamanan sebelum memasuki pesawat.

Sudah tidak kaget kalau Shino pergi tanpa basa-basi berpamitan kepada Pak Jung. Menurutnya, itu adalah hal klise untuk dilakukan, apalagi Shino sering bolak-balik keluar negeri.

"Semoga kau bisa bertemu dengan pria yang selama ini kau cari, nona muda." Pak Jung tersenyum hangat mengantar kepergian Shino.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status