Share

2 - CEO Shino

Author: INIWONJUNG
last update Huling Na-update: 2023-06-28 22:05:00

"Aku bertanya game apa?! Bukan aplikasi apa! Jenis game apa yang akan disediakan pada aplikasi ini?!"

"Sebuah game petualangan yang membutuhkan tim untuk menyerang suatu tempat musuh." Moderator menjelaskannya dengan nada sedikit jengkel.

"Pak Jung, apa kau tidak pernah memainkan aplikasi game seperti ini? Karena ini cukup familiar bagiku." 

"Maaf, Bu Shino. Saya sudah cukup tua untuk memainkan game tersebut tetapi, saya pernah melihat cucu saya bermain game seperti itu," ucap Pak Jung sembari tersenyum tipis kepada Shino.

Pak Jung memang pernah melihat cucunya, Ken, memainkan game perang dengan membentuk tim bersama menghancurkan base musuh.

"Bubarkan rapat ini dan kembalilah bekerja. Dan untuk kau carilah ide baru, jangan hanya menjiplak karya orang." Shino berdiri dan berniat untuk keluar menuju rooftop.

Moderator tersebut mengernyitkan alisnya kesal.

"Mengapa kau seenaknya menyuruh seseorang untuk berhenti? Memang kau siapa? Pemegang saham terbesar di perusahaan ini? Pakaianmu serba hitam dan berlaku seperti bos di sini cih," 

Seisi ruangan menjadi hening dan Pak Jung melotot ke arah moderator tersebut. Shino berhenti dan berbalik mendekati moderator tersebut.

Wanita itu  mengelus pundak moderator tersebut.

"Kau pasti pegawai baru ya? Pikirkan saja sendiri siapa aku dan mengapa Pak Jung selaku direktur perusahaan ini, bersikap halus kepadaku." Shino tersenyum sinis dibalik maskernya dan pergi keluar dari ruang tersebut.

Pak Jung melotot kesal kepada moderator tersebut dan menggelengkan kepalanya, pria tua itu tidak percaya apa yang keluar dari mulut anak baru yang diterimanya seminggu kemarin.

"Pecat dia! Aku tidak mau mempekerjakan seorang pegawai yang berani melawan atasannya."

"Pria muda itu lulusan universitas ternama di negara ini. Apakah kau tidak mau melihat kemampuannya dulu?" Pak Jung berusaha mempertahankan pekerjaan anak baru itu.

"Aku tidak peduli dengan embel-embel lulusan universitas terbaik. Dia  tidak memiliki tata krama. Aku tidak ingin tanggung jawab, jikalau nanti dia mulai membantah perintahmu."

"Baik, jika itu keinginanmu. Saya akan mengakhiri kontrak pegawai baru itu."

Para atasan pun ikut berdecak kesal menatap moderator tersebut dan merapikan berkasnya untuk keluar dari ruang rapat.

Mereka berhamburan keluar tidak memperdulikan moderator tersebut.

"Pak, siapa wanita itu memangnya? Mengapa orang-orang segan untuk melawannya?" tanya seorang pria muda  yang tidak lain moderator tadi.

"Kau masih bertanya? Otakmu ini kau letakkan di mana? Dia adalah CEO kita dan pemilik perusahaan ini. Bagaimana bisa kau diterima bekerja di sini tanpa mengetahui identitas CEO perusahaan tempatmu bekerja."

Pria muda itu hanya terkejut dan berusaha mencerna kata terakhir salah satu anggota rapat tadi. Pikirannya kosong dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah ini.

Pastinya hal pertama yang harus dilakukan adalah membereskan barang-barangnya di kantor.

Sesampainya di rooftop, Shino berdiri menyandar di tembok menatap langit di atasnya yang tertutup oleh kaca bening berwarna hitam. Wanita sipit itu  menatap matahari dengan lekat.

"Pak Jung, aku akan pergi ke Hong kong," ucapnya.

"Apakah anda akan mencari obat itu?" 

"Sebenarnya aku sudah menyerah tetapi, aku ingin berusaha untuk menemukannya." Shino tersenyum melihat Pak Jung. Saat ini, Shino bukan tersenyum menyeringai, melainkan tersenyum sendu.

Shino sangat membenci matahari, mulai dari dulu maupun saat ini. Matahari adalah musuhnya. Pak Jung berdiri di sampingnya, menunggu Shino berbicara kepadanya saat ini.

"Saya akan menyiapkan segalanya. Anda tinggal memberi tahu saya kapan akan berangkat."

"Baik, kuserahkan semuanya kepadamu."

Esoknya, Shino mulai bersiap-siap untuk menuju ke Hong kong. Dia mulai mengemasi pakaiannya ke koper. Sudah dua tahun lamanya ia tidak pernah mengunjungi negara itu lagi.

"Hem, apalagi yang harus kubawa ya...."

Terakhir kali, Shino hanya berkunjung karena kematian sang ibu, anggota keluarga satu-satunya Shino.

Dan saat ini, wanita berkepala tiga itu seorang yatim piatu, ayahnya meninggal saat Shino masih berumur 12 tahun karena suatu kecelakaan saat perjalanan bisnis ke Amerika Serikat. Ibu Shino meninggal karena sakit.

Hanya Pak Jung, orang kepercayaannya yang menemani segala keperluannya. Ia bekerja sejak Shino berusia 10 tahun saat itu. Jadi Pak Jung adalah sosok seorang ayah bagi Shino.

Meskipun sikap Shino cenderung menjadi bos bagi Pak Jung, tetapi, Pak Jung sangat menyayanginya seperti anaknya sendiri. Maka dari itu, Shino lebih bebas  jika bersamanya.

Esoknya jam 5 subuh, ia sudah mandi dengan air hangat dan bersiap menuju bandara. Pak Jung memang sengaja menyiapkan penerbangan pagi, agar Shino cepat sampai di negara tujuannya tersebut.

Ia dijemput dengan mobil Pak Jung menuju bandara. Sesampainya di sana, dia segera check-in dan menuju pengecekan keamanan sebelum memasuki pesawat.

Sudah tidak kaget kalau Shino pergi tanpa basa-basi berpamitan kepada Pak Jung. Menurutnya, itu adalah hal klise untuk dilakukan, apalagi Shino sering bolak-balik keluar negeri.

"Semoga kau bisa bertemu dengan pria yang selama ini kau cari, nona muda." Pak Jung tersenyum hangat mengantar kepergian Shino.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   79 - Putus?

    Berry tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya sendiri. Apa dia tidak salah dengar? Bocah SMA yang selama ini hanya menumpang tidur dan bermain game di rumahnya ternyata seorang pecandu?“Kau jangan asal bicara Jay, kau tahu dia seorang konglomerat. Jaga mulutmu jika kau ttak mau dipenjara mereka nanti.” sahur Berry berusaha tak percaya. Ia tidak mau asal memfitnah orang apalagi keluarga Jaekyung punya kuasa di negara ini.“Kau kira aku bicara tanpa bukti?!” sentak Jay sambil melotot pada kakaknya itu yang seolah-olah memandang dirinya penipu. Berry menoleh ke arah adiknya dan menatapnya tajam, “Jadi, apa kau punya buktinya? Tunjukkan padaku kalau begitu!” jawab Berry dengan nada menantang. Saat ini mereka diam di samping jalan, Berry menunggu jawaban Jay.Jay berpikir sejenak, selama ini ia tak mengambil bukti apapun dari Jaekyung. Dia hanya menebaknya saja.“Untuk buktinya ….” Jay menggigit jarinya bingung. Berry tak tahan dengan hal itu, ia hanya tertawa

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   78 - Berry Terkejut

    "Hah?" Pak Imura tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut bosnya barusan. Apa dia tidak salah dengar tadi? Tidak mungkin, dia selama ini selalu menjadi manajer departemen ini untuk waktu yang lama. Dan dia tak pernah menduga bahwa dia akan dipromosikan langsung oleh CEO perusahaan ini.Shino tersenyum miring, "Jika kau mau, kau harus menunjukkan bahwa dirimu lah yang mampu mengemban tugas ini. Jangan merendah, aku ingin melihatmu melawan mereka. Hubungi aku untuk berdiskusi soal ini."Shino keluar dengan diikuti Adam yang menahan senyumnya ketika melihat wajah Pak Imura yang kebingungan. Bu Dinan pun tak sadar jika ia telah menganga selama lebih dari 5 menit. Tidak ada hujan tiba-tiba ada berita seperti ini.Pak Imura terduduk lemas di kursi sofa, rasanya seperti sedang memenangkan sebuah lotre yang sudah diinginkannya sejak lama. Tangannya gemetar dan berkeringat, lidahnya terasa kelu, pikirannya kosong.Bagaimana jika keluarganya mendengar hal ini, mereka pasti aka

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   77 - Pernikahan Vivi

    Berry membuka aplikasi perekam dalam ponselnya, segera ia mendekatkan benda itu di balik lemari. Pak Kim dan Pak Jung duduk di sofa sambil berbincang mengenai pernikahan cucu mereka yang semakin dekat.“Tak lama lagi kita akan jadi besan pak,” ujar Pak Jung sambil tertawa pelan."Bagaimana? Apa kau sudah mengurus hal itu? Dia sebentar lagi akan keluar." tanya Pak Kim membuat Berry semakin penasaran dengan orang yang dimaksud Pak Kim."Kento sudah mengurusnya dengan baik, sebentar lagi Anda hanya duduk tenang menunggu cucu anda menggantikan." Pak Jung tersenyum miring, mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu. Berry mengernyit lalu keluar dengan diam-diam.Dia kembali mendengarkan suara rekaman tadi dengan earphone, mengamati suara mereka berdua. Apa yang dimaksudnya? Siapa yang akan menggantikan Pak Kim? Seok Hoon?Apa dia akan dicalonkan untuk penggantian direktur nanti? Apa mereka sudah merencanakan ini sebelumnya?Berry kemudian mengirim file rekaman itu kepada Shino agar dia tah

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   76 - Bergerak

    Berry menggigit jarinya untuk menenangkan dirinya dari rasa berdebar yang sangat hebat. Saat ini, ia sedang menunggu pintu dibuka oleh Shino. Akar dari masalah ini mulai terlihat setelah ia nekat mengutak-atik laptop milik pacarnya, Jiho.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat Adam dengan wajah dinginnya menyuruh Berry masuk ke dalam. Setelah Berry masuk, diliriknya keadaan luar memastikan tidak ada seorangpun yang melihat mereka."Berry, apa Jiho tahu hal ini?" tanya Shino memastikan."Sepertinya dia memang sedang memantau Jaekyung setiap harinya. Walaupun dia terlihat dingin dan tak peduli sekalipun, tetapi di laptopnya banyak video rekaman cctv aktivitas yang dilakukan Jaekyung." jelas Berry.Shino dan mengangguk bebarengan lalu mereka saling melirik satu sama lain. Sepertinya Berry akan dapat misi baru setelah ini. Mereka sudah tahu kinerja Berry yang cepat tanggap menangani masalah ini."Oke, sekarang aku memiliki misi baru untukmu. Singkirkan Jiho dan Jaekyung dari pikira

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   75 - Kenakalan Remaja

    "Nanti siang aku akan menjemputmu, kita harus fitting pakaian pengantin kita. Aku mau semunu harus selesai dalam dua hari ini." ucap Seok Hoon dengan tegas. Terlihat dari ekspresinya, ia tampak datar. Setelah kejadian itu, membuatnya menjadi lebih dingin dari biasanya. Dia menjadi lebih serius ketika bersama Vivi. "Baiklah," balas Vivi, ia menahan senyumnya agar tidak muncul di hadapan Seok Hoon. Walaupun Seok Hoon berubah, ia tetap senang karena Seok Hoon berhasil melupakan wanita itu. Mulai dari sekarang, ia akan berusaha membuat Seok Hoon yang dingin ini menjadi tergila-gila padanya. Sesampainya di depan rumah Seok Hoon, pria itu meminta Vivi memberhentikan mobilnya disana. "Pulanglah. Terima kasih sudah mengantarku." Seok Hoon keluar dari mobil meninggalkan Vivi. Di dalam mobil, Vivi berteriak kegirangan. Ia tak dapat mendeskripsikan perasaan senangnya kini. Di rumah Vivi, tampak Pak Jung duduk di ruang tamu. Pria tua itu tersentak ketika melihat Vivi datang secara terburu-bur

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   74 - Kebenaran Baru

    Shino telah selesai mengobati luka Adam, ia menutup kotak obat tersebut dan meletakkannya di meja. Shino menghela napas menatap pria itu dengan tajam, ia menunggu Adam mulai berbicara. Pria itu tertunduk berusaha menghindari kontak mata dengan Shino."Jelaskan, bagaimana ini bisa terjadi! Apa kalian berantem satu sama lain?" tanya Shino dengan cepat.Adam diam seribu bahasa dan tidak mau menatap Shino sama sekali. Ia tetap masih menundukkan kepalanya."Angkat kepalamu dan jawab pertanyaanku! Apa kau bisu?!" Shino mulai menaikkan suaranya.Pria itu kemudian menghela napas pelan lalu menatap Shino dengan tenang. Ia melihat sebuah guratan jelas di leher Shino, sepertinya wanita itu sangat marah kali ini."Maafkan aku, soal tadi mal—""Aku tidak sedang membicarakan hal itu!" bentak Shino sambil berusaha mengontrol wajahnya agar tidak goyah dan salting mengingat tadi malam."Benar, aku adu jotos dengan Seok Hoon. Dia yang lebih dulu memukulku dan memnacingku dengan kata-katanya yang menusu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status