Share

3 - Hong Kong

Di pesawat, Shino langsung memejamkan matanya untuk tidur. Ia merasa kurang tidur semalam, entah kenapa semalam ia mengalami insomnia.

Ini bukan pertama kalinya ia pergi ke Hong kong, tapi kenapa rasanya seperti baru pertama kali.

Sudah empat jam ia tertidur dan saat ini ia ingin pergi ke toilet untuk cuci muka. Satu jam lagi, ia akan berada di tanah kelahiran ayahnya dan sekaligus tempat dimakamkannya ayah Shino.

Mungkin nanti ia akan menyempatkan dirinya untuk berkunjung ke makam ayahnya.

"Hong kong, semoga aku menemukan barang bagus di sini," ucapnya sambil menatap ke luar jendela. Tanah Hong kong mulai terlihat dari atas dan pesawat sudah mulai mendekatinya.

Saat ini, ia memilih untuk tidak keluar dari hotel, karena terik matahari yang sangat menusuk matanya. Ia lebih suka keluar malam.

Hari mulai petang, Shino mulai memakai baju sedikit terbuka dari biasanya. Ia tidak memakai mantel, masker, kacamata hitam, dan topi. Dia berpakaian seperti layaknya orang biasa.

Ia pergi menuju kasino terkenal di Hong kong, Macau Venice. Pusat kasino terbaik tahun ini, para pejabat tinggi dan pebisnis kaya banyak yang bermain di sini.

“Pak, tolong antarkan saya ke Macau Venice.” Shino duduk di taksi sembari menatap gemerlap jalanan Hong Kong dari dalam.

“Baik nona,” Supir taksi itu melirik Shino dari kaca spion.

“sendirian saja nona? Keluarga tidak ikut kah?”

“Iya pak, lebih tepatnya saya sedang ada urusan bisnis di sini.”

“Nona asal mana? Saya lihat sepertinya bukan asli penduduk sini,”

“Saya dari Jepang pak,” Shino tersenyum tipis.

“Woah, Asashoryu Akinori! Apa anda tahu pesumo itu?” Supir tua itu mulai bersemangat berbincang dengan Shino.

“Aaa iya, dia dari Mongolia bukan?”

“Iya benar! Waah, anda seorang wanita cukup tahu tentang dunia sumo ya. Sugoi sugoi.”

“Sugoi? Hahaha, Arigatou Gozaimazu.” Shino tersenyum mendengar si supir tiba-tiba mengucapkan bahasa Jepang walaupun sedikit.

“Kita sudah sampai nona, tidak terasa ya.”

“Terima kasih, pak.”

“Sampai jumpa kembali! Arigatou!” teriaknya sambil melambaikan tangan dari dalam mobil. Shino membalasnya dengan membungkuk dan tersenyum tipis.

Dia memasuki tempat tersebut dan melihat banyak orang di sana bermain. Uang yang tergeletak di meja terlihat menggiurkan bagi Shino. tetapi, itu bukan alasannya ada di sini saat ini, ia mencari hal lain.

Ternyata tidak ada yang lebih menarik di sana, ia keluar dari tempat tersebut dan berjalan menyelusuri jalanan. Ia memanggil taksi dan berencana mengunjungi Kowloon Walled City. Bagian kota terdalam di Hong kong.

Tempat itu bagaikan surganya bagi para penjahat kelas kakap. Di sana terdapat banyak mafia, preman, bandar obat-obatan terlarang, dan dokter tanpa lisensi pun menjamur di sana.

Masyarakat setempat menyebut daerah ini Hak Nam atau Kota Kegelapan.

Shino mulai memasang masker hitam dan topi nya, ia sudah mengganti pakaiannya menjadi serba hitam seperti pria. Kita tidak bisa berpakaian semewah saat pergi ke pesta di jalanan kota ini kalau ingin kembali dengan selamat.

Ia menggulung rambutnya dan menutupinya dengan topi, menyamar sebagai pria adalah pilihan terbaik menurutnya.

Pelan-pelan ia berjalan melewati para pemabuk yang mulai terkapar di jalanan sepi ini, wanita yang sedang memenuhi hasratnya di balik tembok sempit ini, dan sejumlah preman berbadan besar sedang berjudi di depan sebuah warung kecil.

“Cepat bayar hutangmu br*ngs*k!”

“Sudah kubilang besok menunggu istriku pulang kerja!” Mereka berdua lalu saling memukul hingga merusak properti lain.

“Jika karena kau bukan temanku, aku tidak akan susah payah menagihmu begini! Sudah kubunuh kau sejak kemarin!”

“Bunuhlah aku! Cepat! Ambil ginjalku!”

Sebuah pertengkaran yang sering terjadi di daerah banyak penjudi. Ia berjalan dengan percaya diri walaupun banyak mata mengawasinya.

“Hei, kawan! Tidakkah kau ingin mencoba menghisap ini sekali saja?!” teriak seorang pria dengan baju usang sembari menunjukkan plastik kecil berisi sabu.

Saat ini dia sendirian tanpa pengawalan Pak Jung, entahlah apa yang akan terjadi jika Pak Jung tahu ini.

Shino terus berjalan dan ia berhenti di depan toko loak menjual lotre. Seorang pria paruh baya dengan mata sebelah tertutup rapat karena suatu luka goresan sepanjang jari tengah melayani Shino.

"Aku ingin kau temukan pria ini." Shino menunjukkan sebuah foto pria berpakaian seperti pelayan bar. Pria di foto tersebut terlihat masih berusia 30-an tahun.

Pria tersebut melihat foto itu dengan saksama lalu mengembalikannya kepada Shino.

"Aku tidak tahu apa yang kau inginkan dan aku tidak bisa memberitahu di mana dia saat ini berada," kata pria tersebut dengan melambaikan tangan mengusir Shino secara halus.

"Kau mau berapa? Aku akan memberikan sebanyak yang kau mau," Shino berusaha melunakkan hati pria itu sambil membuka masker dan menunjukkan wajahnya.

Pria tersebut sedikit tertegun melihat wajahnya. Raut wajahnya berubah, kemudian Shino kembali memasang maskernya lagi.

"Carilah dia di Kepulauan Soko, pulau itu terletak di ujung barat daya wilayah Hong kong. Dahulunya itu adalah rumah bagi komunitas kecil petani dan nelayan. Sekarang, menjadi tujuan terpencil di mana rumah-rumah terlantar dan reruntuhan. Kau tidak bisa menyewa kapal untuk pergi ke sana, kau harus menyewa kapal pribadi. Dan hati-hati, pulau tersebut terpencil dan jarang dikunjungi banyak orang," ucap pria tersebut panjang lebar.

Shino mengeluarkan tasnya yang berisi uang sebesar $1000, ia kemudian tersenyum kepada pria tersebut dan bersiap menuju Kepulauan Soko. Ia akan segera menemukan hal yang dicarinya selama ini.

Pria tersebut menatap kepergian Shino dengan sendu, lalu setetes air mata jatuh di pipinya.

"Nona muda, ayahmu pasti bangga padamu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status