Share

5 - Karena Adam

“Daripada aku menjadi makan malam kawanan serigala, lebih baik aku makan malam dengannya.” Shino kemudian berlari ke arah pria itu.

Pria itu menyambut Shino dan merangkul layaknya seorang adik. Tubuh Shino gemetar dibuatnya dan ia hampir mati saat ini. Jika ia benar-benar mati, maka alasan utamanya adalah karena jantungnya sudah mencapai limit.

"Kau asal mana? Dan berapa usiamu? Kukira kau adalah mata-mata musuh. Maafkan aku yang terlalu cepat menuduhmu yang tidak-tidak. Yaah, akhir-akhir ini aku memang lebih waspada. Apa karena aku terlalu lama tidak bertemu dengan orang ya? Hahaha…"

Detak jantung Shino normal kembali, ia mulai lega saat pria itu tertawa. Rasa takutnya mulai hilang saat itu juga, tidak seperti badannya yang kekar seperti mafia. Ternyata dia lebih mirip tokoh Giant dalam kartun Doraemon.

Perlahan Shino membuka matanya. Dia tertidur sejak lima jam tadi.

“Di mana ini? Mengapa aku ada di sini?” gumamnya. Ia melihat sekitarnya dan tidak menemukan siapapun di sini.

Kepalanya tiba-tiba pusing dan muncul ingatan sekilas tadi malam. Ia terkejut dan sadar bahwa tadi malam dia pingsan akibat kelelahan. Ia jatuh pingsan di pintu masuk rumah pria itu.

“Ck, memalukan sekali. Di mana dia sekarang?” Shino bangun dari ranjang kayu dan menelusuri satu persatu bilik rumah tersebut.

Tetapi, pria tadi tidak ada di sini.

“Mataharinya panas sekali, aku lebih baik di sini saja. Hanya di dalam rumah, kulitku sudah mulai merasa gosong apalagi jika aku keluar.” Shino kembali tidur di ranjang tersebut dengan tangannya mengambil sebuah papan ringan dikipaskan ke wajahnya.

“Oh iya, dia masih belum tahu aku ini wanita kan? Rambutku juga masih terikat dan kusembunyikan di balik topi ini.”

Dua jam ia duduk di ranjang menunggu kedatangan pria itu, sampai pada akhirnya terdengar suara pintu terbuka.

“Wah, kau tertidur lama sekali, kukira kau sudah mati tadi. Aku tadi mampir ke hutan mencari tempat untuk menguburmu,” ujar pria itu.

Ia tersenyum pada Shino, di tangannya membawa banyak ikan laut.

“Kau mau?” Ia menyodorkan ikan tersebut pada Shino.

“Apa kau mau aku makan ikan mentah?”

Pria itu terkekeh mendengar jawaban Shino, dibawanya ikan itu ke dapur untuk dibersihkan. Shino mengikuti pria itu dan mulai duduk di kursi.

“Mengapa kau tinggal di sini sendirian?”

“Untuk mencari angin segar?”

“Orang gila.” Shino memutar bola matanya malas, ia jengkel mendengar jawaban pria tersebut.

Pria bermata biru itu terkekeh melihat wajah Shino yang berubah semakin masam.

“Apa urusanmu bertanya itu padaku? Kalau kujawab jujur nanti kau mau apa?”

“Apa kau tidak pernah basa-basi dengan orang lain?”

“Jadi kau berusaha akrab denganku ya?”

“Menurutmu?”

“Kau wanita kan?” Nada bicara pria kekar itu berubah menjadi dingin dan suasana pun semakin hening.

“Kau tahu apa soal diriku?” Shino berusaha menutupi kebohongannya.

“Mengapa kau jauh-jauh datang ke pulau ini? Kau berniat mencari siapa?” Pria itu kembali menghujani Shino dengan pertanyaan menyangkut dirinya.

“Jika kau ingin mencari orang yang bernama Adam, maka pulanglah.”

Pria itu mulai mengiris buah yang ada di lemari, hanya suara pisau yang terdengar di ruangan itu.

Shino terdiam, ia kebingungan mendengar kalimat terakhir yang diucapkan pria itu.

“Siapa kau? Mengapa kau tahu tentang Adam?”

“Aku?” Pria itu menoleh menatap Shino dengan serius, kemudian ia tersenyum miring.

“Aku Adam. Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan dengan mencariku sampai disini, yang jelas aku tidak tertarik dengan permainan detektifmu itu. Ayo keluar kalau kau ingin makan.”

“Tidak, aku tidak mau pergi ke luar, di luar sangat panas. Aku tidak mau kulitku terbakar.”

Shino berlari menuju ranjang milik Adam dan berniat tidur, disusul oleh Adam dari belakang.

“Kau manja sekali tuan putri, aku biasanya membuang rasa kasihanku pada manusia. Tapi melihat badanmu yang kurus kering begitu, mau tidak mau aku harus memaksamu makan.” Adam menarik paksa Shino ke luar rumah dan berniat membawanya ke pinggir pantai.

Shino terkejut dan tidak bisa melepaskan genggaman tangan Adam,ia menarik tangannya hingga Adam berhenti di dekat pintu.

Shino menggelengkan kepalanya berulang kali dan memohon pada Adam agar melepaskan tangannya. Tetapi tangan Adam semakin kuat menggenggamnya, ia diajak berlari di bawah sinar matahari langsung.

“Arghhh!!” teriak Shino.

Adam kaget dibuatnya dan menoleh ke arah Shino, ia melihat kulit wajah Shino mulai berubah. Di wajahnya muncul bercak kulit yang sangat gelap dibandingkan dengan warna kulit sekitarnya.

Shino melepaskan genggaman tangan Adam dan berlari masuk ke rumah, ia segera mengeluarkan air minum yang dibawanya dan suplemen vitamin D.

“Tidak apa-apa, kau bisa sembuh kembali Hoshino,” batinnya.

Shino kemudian kembali tidur dan menutup semua tubuhnya dengan selimut milik Adam.

Adam berlari menemui Shino, ia ingin mendengarkan penjelasan Shino terkait apa yang terjadi pada tubuhnya. Mengapa tubuhnya berubah secara drastis saat terpapar sinar matahari langsung.

“Hei, tuan putri! Ada apa dengan wajahmu?!” Adam mendekati Shino yang sudah tertidur, ia melihat wajah Shino dengan saksama.

Kulitnya melepuh dan bercak di wajahnya yang awalnya berwarna putih berubah gosong. Adam merasa bersalah karena bertindak seenaknya kepada Shino.

“Adam, apa yang sudah kauperbuat pada wanita itu,” ujarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status