Share

6 - Misi Merayu Sukses

Adam kemudian pergi untuk menangkap ikan dori di laut, ia ingin membuat bubur ikan untuk Shino.

Shino tertidur dengan nyenyak sampai ia pun bermimpi masa kecilnya dulu.

“Shino kalau kau ingin membuktikan bahwa kau bukan vampir keluarlah dari balkon rumahmu itu!” teriak seorang gadis kecil berambut pirang di luar rumah Shino.

“Turunlah jika kau ingin berteman dengan kami!” tambah anak laki-laki yang berada di samping gadis itu.

Shino kecil menjadi tertantang karena perkataan teman-temannya itu, ia berlari ke bawah menuju pintu rumah. Ia berniat membuktikan pada teman-temannya bahwa ia bukan vampir yang takut matahari.

“Kau mau ke mana Hoshino?” ayahnya yang sedang membaca koran di ruang tamu terkejut saat Shino membuka pintu lebar-lebar dan berlari keluar dengan baju terbuka.

“HOSHINO!!” Ayah Shino lari mengejar Shino dan segera menjemputnya untuk segera masuk ke rumah.

“Aku bukan vampir kan?” kata Shino kecil sambil tersenyum kepada teman-temannya.

Kemudian mereka menjerit saat wajah Shino mulai berubah menghitam, mereka lari menjauh dari rumah Shino.

“Dia bukan vampir!! Dia monster!!” teriakan teman-teman Shino terdengar di telinga mungil Shino.

Shino menangis dan kemudian ia pusing lalu pingsan, untung saja ayahnya segera menangkap tubuh Shino dan memeluknya membawa ke dalam rumah.

“Aku bukan monster…” gumam Shino pelan. Adam yang sudah duduk di sampingnya terkejut mendengar suara Shino.

“Hei, kau tidak apa-apa? Apakah ada yang sakit?”

Shino membuka matanya pelan, ia melihat wajah Adam yang menatap ke arahnya dengan panik. Di balik brewok dan rambut panjangnya yang seperti Tarzan, Shino bisa melihat kalau pria itu panik melihat keadaannya yang terlihat tidak sehat.

Shino bangun dan duduk menganggukkan kepalanya, tanda ia sudah baikan.

“Makan dulu ini, aku membuatkanmu bubur ikan dori. Maafkan aku jika tidak enak, aku tidak terlalu tahu selera seorang tuan putri.”

Shino meletakkan makanannya lalu beralih menatap Adam, ia menarik napas dalam-dalam.

“Adam ikutlah aku ke Hong Kong, aku ingin menyewamu selama satu tahun untuk menjagaku.”

“Makanlah ini, kau seharian belum makan.” Adam tidak menghiraukan perkataan Shino dan mengambil semangkuk bubur ikan tadi. Ia berniat i menyuapkannya ke mulut Shino.

“Kumohon hanya ini kesempatanku untuk bertemu denganmu…” Shino menolak suapan Adam dan kembali memohon.

Saat ini, Adam menatap serius wanita di depannya.

“Aku sudah berhenti dari pekerjaan itu. Aku tidak ingin menyakiti orang lagi.”

“Kumohon, aku butuh bantuanmu.”

“Beri aku alasan yang jelas.” Shino tersenyum lebar mendengar hal itu.

“Aku pengidap Xeroderma Pigmentosum. Suatu penyakit di mana pengidapnya dilarang terkena sinar matahari langsung karena dapat menyebabkan kulitnya kering dan melepuh. Aku membutuhkanmu untuk menjagaku saat perawatan selama satu tahun ke depan.”

“Menjagamu? Memangnya ada orang yang yang sedang mengincarmu?” Adam menatap Shino dengan mata penuh selidik.

“Ayahku mengalami kecelakaan saat pergi ke Amerika Serikat, dia mengalami kecelakaan saat mencari rumah sakit yang bisa merawatku. Polisi mengatakan, ayahku kecelakaan karena kelalaian akibat dirinya sendiri. Para bajingan itu berkata ayahku mengendarai dalam keadaan mabuk dan menyebabkan kecelakaan itu. Padahal, ayahku tidak bisa minum alkohol. Dia sejak menikah dengan ibuku, sangat menghindari rokok dan alkohol.”

“Jadi, kau menganggap kecelakaan itu ulah seseorang? Kau mau aku menjagamu karena takut hal yang terjadi pada ayahmu juga akan terjadi padamu juga?” Adam tersenyum miring.

Pria itu seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan wanita cantik yang ada di depannya itu. Mirip drama di televisi, menurutnya.

“Kau tersenyum? Baiklah, aku harus melakukan apa agar kau mempercayaiku? Berjemur di bawah sinar matahari? Baik, ayo kita lakukan.”

“Kau pikir aku sejahat itu? Aku ini masih punya hati.” Adam mulai tersinggung dengan sindiran yang dilontarkan oleh Shino.

“Tapi hatimu tidak sinkron dengan ucapanmu,” gumam Shino pelan.

“Apa kau bilang?” Adam mengernyitkan alisnya.

“Ah tidak, mulutku ini diam saja dari tadi. Walaupun aku ini wanita yang memiliki perilaku buruk, aku masih memiliki sopan santun kepada orang yang baru kutemui.” Shino tersenyum dengan terpaksa, ia berusaha menyingkirkan ingatan soal pegawai baru yang dia marahi kemarin.

“Kau mau membayarku berapa?”

“Sebanyak yang kau mau.” Shino mengatakannya dengan jelas, walaupun sebenarnya ia terpaksa mengatakannya.

“Aku akan memikirkan nanti bayarannya”

“Lantas, mengapa kau tanya sekarang?” batin Shino, wanita itu dibuat kesal oleh pria di depannya saat ini.

“Sudahlah, cepat makanlah itu. Kau tidak tahu perjuanganku pergi ke laut untuk menangkap ikan saat cuaca panas seperti ini.”

“Aku tidak menyuruhmu,”

“Lalu, aku sebaiknya membiarkanmu mati kelaparan. Begitukah nona vampir?” Adam tersenyum sinis. Pria berambut hitam itu lelah meladeni tingkah laku Shino.

“Apa?! Kau jahat sekali menghinaku seperti itu. Aku ini sedang sakit!”

“Ya, kuakui kau sedang sakit. Fisik maupun otakmu.” gumam Adam pelan, tangannya mulai mengambil sesuap bubur untuk Shino.

“Apa?! Coba ucapkan sekali lagi!”

“Kubilang makanlah ini. Perutmu tidak akan kenyang dengan terus-terusan melahap angin begitu.” Adam menyuapkan bubur itu ke mulu wanita galak di depannya.

“Besok kita pergi dari pulau ini, segera kemasi barangmu,” Shino menelan suapan dari Adam dengan susah, lidahnya tidakbisa diajak kompromi saat ini.

“Baiklah, hanya satu tahun. Tepati janjimu.” Akhirnya Adam menerima tawaran Shino, tawaran yang perlahan akan mengubah takdirnya saat ini

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status