Home / Romansa / 365 Hari Bersama Sang CEO / 4 - Serigala dan Tarzan

Share

4 - Serigala dan Tarzan

Author: INIWONJUNG
last update Last Updated: 2023-06-29 10:25:32

"Pak Jung, siapkan sebuah kapal feri untukku. Aku ingin berlibur secara privat dengan teman lamaku di sini." Shino menelepon Pak Jung agar memberinya fasilitas kapal feri pribadi yang akan digunakannya untuk mencari pria itu.

Ia tidak seharusnya berbohong pada pria tua itu, tetapi, bagaimana lagi jika ia berkata jujur maka ia pasti dilarang melakukan hal ini.

Esoknya sekitar jam 8 pagi, kapal feri sudah dipersiapkan oleh Pak Jung di kota Cheung Chau. Seperti biasa, Shino berdandan seperti pria dan menyembunyikan identitas wanitanya.

"Saatnya petualangan ini dimulai," batin Shino.

Sekitar 1 jam-an lebih perjalanan Shino dari Cheung Chau menuju Soko Island. Sesampainya disana, ia berpesan kepada nakhoda untuk dijemput 3 hari lagi.

Shino tidak ingin berlama-lama di sini melihat suramnya pulau ini. Ia berjalan terus menyelusuri hutan di pulau tersebut, ia berencana pergi ke salah satu gugusan pulau Soko Island yaitu Pulau Tai A Chau.

Tai A Chau adalah rumah bagi ribuan pengungsi Vietnam dari tahun 1991 hingga 1996. Pada Februari 2023, Kepolisian Hong Kong melakukan latihan pengendalian massa di pulau itu, meninggalkan ratusan granat gas air mata bekas dan puing-puing dari senjata pengendalian massa lainnya di situs South Lantau Marine Park yang dilindungi.

Petang mulai tiba, Shino mulai kehabisan tenaga untuk berjalan dan memilih berhenti di sebuah gubuk rusak milik pengungsi Vietnam. Ia memasuki gubuk tersebut dan mencari alas untuk tidur di lantainya.

Teleponnya tidak ada jaringan, maka dari itu, wanita itu hanya menggunakan fitur flash saja saat ini. Matanya sudah tidak kuat menopang lagi, dan kemudian ia terlelap saat itu juga.

Suara langkah kaki terdengar sayup-sayup masuk ke dalam gubuk. Shino yang tidur di gubuk tersebut pun terbangun dan terkejut melihat ada seorang laki-laki sedang memasuki gubuknya.

Shino takut diculik atau dibunuh di tempat itu. Shino diam-diam mengeluarkan alat kejut listriknya yang sengaja dibawa dari pusat kota Hong kong.

Wanita kurus itu berjalan mengendap-endap mendekati pria itu dan bermaksud menyerang dari belakang. Pria tinggi tersebut sembunyi di balik pintu gubuk, sambil menekan pintu tersebut dari dalam.

Shino yang sudah siap mengayunkan tangannya dari belakang, tiba-tiba pria tersebut menyadari akan hal itu dan dengan sigap ia menahan tangan kecil Shino.

Pria berbadan bak tarzan itu, membekap mulut Shino dengan tangan kirinya dan tangan kanannya menahan leher Shino di tembok. Shino pun diam menahan hal itu, dia hampir sesak nafas.

Shino berusaha memberontak melawan, tetapi apalah daya kekuatan laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.

“Diamlah!” bisik pria itu.

Akhirnya, Hoshino seorang CEO yang dipandang sebagai wanita garang, hanya pasrah di bawah tekanan laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut melotot dan memberi lirikan isyarat ke arah jendela. Diliriknya segerombolan serigala sedang lapar mencari mangsa, dan rupanya pria tersebut mangsa yang dicari para serigala itu. Pria itu kembali menatap Shino seolah-olah berkata jika kau ingin selamat maka diamlah. 

Dibalik rambut gondrongnya dan brewok yang menutupi sebagian wajahnya, samar-samar terlihat matanya yang berwarna biru terang di bawah sinar rembulan malam. Sejenak Shino melupakan kumpulan serigala itu.

“Biru sekali matanya seperti samudra,” batinnya.

Sekelompok serigala itu kehilangan jejak mangsanya dan kemudian pergi menuju timur hutan ini. Pria itu melepaskan bekapan tangannya dari leher Shino. Shino terbatuk-batuk dan sesak napas, ia hampir saja mati karena pria itu.

"Siapa kau? Mengapa kau ada di sini? Divisi mana yang menyuruhmu?"

Pria itu terlihat seperti preman yang tidak terawat, rambut yang panjang dan brewok yang tebal di sekeliling mulutnya. Shino menebak pria ini pasti umur 50 tahun dan dia sepertinya buronan negara Hong kong.

Shino berdeham dan sengaja berbicara dengan suara yang diberat-beratkan agar terdengar seperti pria.

"Apa maksudmu divisi mana? Aku sendirian kemari untuk mencari seseorang."

"Pulanglah sebelum kau dimakan oleh sekawanan serigala seperti tadi, ini bukan tempat untuk permainan detektifmu." Pria itu kemudian membuka pintu tersebut berniat meninggalkan Shino.

Shino kesal dengan perkataan pria itu yang menghinanya bermain permainan detektif di pulau terpencil ini. Ia mati-matian menyingkirkan rasa takutnya untuk menjelajah pulau ini, karena ambisi yang ingin dicapainya.

"Apa kau bilang? Permainan detektif? Kau berani sekali berkata seperti itu kepada orang yang mengorbankan nyawanya demi menjelajah pulau ini?!"

Pria dengan pakaian usang itu menoleh dan mengenyitkan alisnya, ia pun mulai ikut emosi dengan Shino yang tiba-tiba membentaknya.

"Kau tahu apa alasan aku ada di sini? Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sedang dikejar badan intelijen negara ini?!" cecar Shino semakin membuat keadaan mencekam.

"Bagaimana kalau iya? Apa kau akan lari? Kau tidak takut padaku?"

Shino terdiam, bulu kuduknya merinding. Yang ia takutkan bukan hanya level seorang penculik di depannya, tetapi, seorang pedagang manusia atau kanibal.

Tetapi, jika pria berbadan preman tadi adalah seorang buronan negara, bisa dipastikan ia tahu kisah kriminal di negara ini. Mungkin saja Shino bisa mengeruk sebuah informasi mengenai pria yang dicarinya selama ini.

Pria tersebut terus berjalan ke arah barat menuju pinggiran pantai, di sana ada sebuah rumah kecil. Sebelum sampai di sana, ia sudah menyadari bahwa Shino sudah mengikutinya sejauh ini.

Dia membalikkan badannya dan menatap Shino dari kejauhan. Shino terus bersembunyi di balik pohon besar, ia mengira bahwa dirinya masih belum ditemukan oleh pria itu.

"Keluarlah kau banci!" Pria itu berteriak dari kejauhan.

Shino kaget dan tetap dengan pendiriannya yaitu bersembunyi. Ia mulai takut karena teringat dengan perkataan pria itu tadi malam di dalam gubuk.

"Aku tahu kau mengikutiku dari tadi! Tenanglah aku ramah tidak seperti buronan lainnya. Aku bukan pedagang manusia atau pun pemakan manusia!" Pria itu tersenyum miring.

Prinsipnya saat ini jangan sampai melepas segala pakaianmu.

“Bagaimana ini, apa aku lari saja ke arah hutan lagi.” Shino keluar dari balik pohon besar itu, ia melihat pria itu menunggu kedatangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   79 - Putus?

    Berry tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya sendiri. Apa dia tidak salah dengar? Bocah SMA yang selama ini hanya menumpang tidur dan bermain game di rumahnya ternyata seorang pecandu?“Kau jangan asal bicara Jay, kau tahu dia seorang konglomerat. Jaga mulutmu jika kau ttak mau dipenjara mereka nanti.” sahur Berry berusaha tak percaya. Ia tidak mau asal memfitnah orang apalagi keluarga Jaekyung punya kuasa di negara ini.“Kau kira aku bicara tanpa bukti?!” sentak Jay sambil melotot pada kakaknya itu yang seolah-olah memandang dirinya penipu. Berry menoleh ke arah adiknya dan menatapnya tajam, “Jadi, apa kau punya buktinya? Tunjukkan padaku kalau begitu!” jawab Berry dengan nada menantang. Saat ini mereka diam di samping jalan, Berry menunggu jawaban Jay.Jay berpikir sejenak, selama ini ia tak mengambil bukti apapun dari Jaekyung. Dia hanya menebaknya saja.“Untuk buktinya ….” Jay menggigit jarinya bingung. Berry tak tahan dengan hal itu, ia hanya tertawa

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   78 - Berry Terkejut

    "Hah?" Pak Imura tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut bosnya barusan. Apa dia tidak salah dengar tadi? Tidak mungkin, dia selama ini selalu menjadi manajer departemen ini untuk waktu yang lama. Dan dia tak pernah menduga bahwa dia akan dipromosikan langsung oleh CEO perusahaan ini.Shino tersenyum miring, "Jika kau mau, kau harus menunjukkan bahwa dirimu lah yang mampu mengemban tugas ini. Jangan merendah, aku ingin melihatmu melawan mereka. Hubungi aku untuk berdiskusi soal ini."Shino keluar dengan diikuti Adam yang menahan senyumnya ketika melihat wajah Pak Imura yang kebingungan. Bu Dinan pun tak sadar jika ia telah menganga selama lebih dari 5 menit. Tidak ada hujan tiba-tiba ada berita seperti ini.Pak Imura terduduk lemas di kursi sofa, rasanya seperti sedang memenangkan sebuah lotre yang sudah diinginkannya sejak lama. Tangannya gemetar dan berkeringat, lidahnya terasa kelu, pikirannya kosong.Bagaimana jika keluarganya mendengar hal ini, mereka pasti aka

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   77 - Pernikahan Vivi

    Berry membuka aplikasi perekam dalam ponselnya, segera ia mendekatkan benda itu di balik lemari. Pak Kim dan Pak Jung duduk di sofa sambil berbincang mengenai pernikahan cucu mereka yang semakin dekat.“Tak lama lagi kita akan jadi besan pak,” ujar Pak Jung sambil tertawa pelan."Bagaimana? Apa kau sudah mengurus hal itu? Dia sebentar lagi akan keluar." tanya Pak Kim membuat Berry semakin penasaran dengan orang yang dimaksud Pak Kim."Kento sudah mengurusnya dengan baik, sebentar lagi Anda hanya duduk tenang menunggu cucu anda menggantikan." Pak Jung tersenyum miring, mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu. Berry mengernyit lalu keluar dengan diam-diam.Dia kembali mendengarkan suara rekaman tadi dengan earphone, mengamati suara mereka berdua. Apa yang dimaksudnya? Siapa yang akan menggantikan Pak Kim? Seok Hoon?Apa dia akan dicalonkan untuk penggantian direktur nanti? Apa mereka sudah merencanakan ini sebelumnya?Berry kemudian mengirim file rekaman itu kepada Shino agar dia tah

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   76 - Bergerak

    Berry menggigit jarinya untuk menenangkan dirinya dari rasa berdebar yang sangat hebat. Saat ini, ia sedang menunggu pintu dibuka oleh Shino. Akar dari masalah ini mulai terlihat setelah ia nekat mengutak-atik laptop milik pacarnya, Jiho.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat Adam dengan wajah dinginnya menyuruh Berry masuk ke dalam. Setelah Berry masuk, diliriknya keadaan luar memastikan tidak ada seorangpun yang melihat mereka."Berry, apa Jiho tahu hal ini?" tanya Shino memastikan."Sepertinya dia memang sedang memantau Jaekyung setiap harinya. Walaupun dia terlihat dingin dan tak peduli sekalipun, tetapi di laptopnya banyak video rekaman cctv aktivitas yang dilakukan Jaekyung." jelas Berry.Shino dan mengangguk bebarengan lalu mereka saling melirik satu sama lain. Sepertinya Berry akan dapat misi baru setelah ini. Mereka sudah tahu kinerja Berry yang cepat tanggap menangani masalah ini."Oke, sekarang aku memiliki misi baru untukmu. Singkirkan Jiho dan Jaekyung dari pikira

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   75 - Kenakalan Remaja

    "Nanti siang aku akan menjemputmu, kita harus fitting pakaian pengantin kita. Aku mau semunu harus selesai dalam dua hari ini." ucap Seok Hoon dengan tegas. Terlihat dari ekspresinya, ia tampak datar. Setelah kejadian itu, membuatnya menjadi lebih dingin dari biasanya. Dia menjadi lebih serius ketika bersama Vivi. "Baiklah," balas Vivi, ia menahan senyumnya agar tidak muncul di hadapan Seok Hoon. Walaupun Seok Hoon berubah, ia tetap senang karena Seok Hoon berhasil melupakan wanita itu. Mulai dari sekarang, ia akan berusaha membuat Seok Hoon yang dingin ini menjadi tergila-gila padanya. Sesampainya di depan rumah Seok Hoon, pria itu meminta Vivi memberhentikan mobilnya disana. "Pulanglah. Terima kasih sudah mengantarku." Seok Hoon keluar dari mobil meninggalkan Vivi. Di dalam mobil, Vivi berteriak kegirangan. Ia tak dapat mendeskripsikan perasaan senangnya kini. Di rumah Vivi, tampak Pak Jung duduk di ruang tamu. Pria tua itu tersentak ketika melihat Vivi datang secara terburu-bur

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   74 - Kebenaran Baru

    Shino telah selesai mengobati luka Adam, ia menutup kotak obat tersebut dan meletakkannya di meja. Shino menghela napas menatap pria itu dengan tajam, ia menunggu Adam mulai berbicara. Pria itu tertunduk berusaha menghindari kontak mata dengan Shino."Jelaskan, bagaimana ini bisa terjadi! Apa kalian berantem satu sama lain?" tanya Shino dengan cepat.Adam diam seribu bahasa dan tidak mau menatap Shino sama sekali. Ia tetap masih menundukkan kepalanya."Angkat kepalamu dan jawab pertanyaanku! Apa kau bisu?!" Shino mulai menaikkan suaranya.Pria itu kemudian menghela napas pelan lalu menatap Shino dengan tenang. Ia melihat sebuah guratan jelas di leher Shino, sepertinya wanita itu sangat marah kali ini."Maafkan aku, soal tadi mal—""Aku tidak sedang membicarakan hal itu!" bentak Shino sambil berusaha mengontrol wajahnya agar tidak goyah dan salting mengingat tadi malam."Benar, aku adu jotos dengan Seok Hoon. Dia yang lebih dulu memukulku dan memnacingku dengan kata-katanya yang menusu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status