Share

4 - Serigala dan Tarzan

"Pak Jung, siapkan sebuah kapal feri untukku. Aku ingin berlibur secara privat dengan teman lamaku di sini." Shino menelepon Pak Jung agar memberinya fasilitas kapal feri pribadi yang akan digunakannya untuk mencari pria itu.

Ia tidak seharusnya berbohong pada pria tua itu, tetapi, bagaimana lagi jika ia berkata jujur maka ia pasti dilarang melakukan hal ini.

Esoknya sekitar jam 8 pagi, kapal feri sudah dipersiapkan oleh Pak Jung di kota Cheung Chau. Seperti biasa, Shino berdandan seperti pria dan menyembunyikan identitas wanitanya.

"Saatnya petualangan ini dimulai," batin Shino.

Sekitar 1 jam-an lebih perjalanan Shino dari Cheung Chau menuju Soko Island. Sesampainya disana, ia berpesan kepada nakhoda untuk dijemput 3 hari lagi.

Shino tidak ingin berlama-lama di sini melihat suramnya pulau ini. Ia berjalan terus menyelusuri hutan di pulau tersebut, ia berencana pergi ke salah satu gugusan pulau Soko Island yaitu Pulau Tai A Chau.

Tai A Chau adalah rumah bagi ribuan pengungsi Vietnam dari tahun 1991 hingga 1996. Pada Februari 2023, Kepolisian Hong Kong melakukan latihan pengendalian massa di pulau itu, meninggalkan ratusan granat gas air mata bekas dan puing-puing dari senjata pengendalian massa lainnya di situs South Lantau Marine Park yang dilindungi.

Petang mulai tiba, Shino mulai kehabisan tenaga untuk berjalan dan memilih berhenti di sebuah gubuk rusak milik pengungsi Vietnam. Ia memasuki gubuk tersebut dan mencari alas untuk tidur di lantainya.

Teleponnya tidak ada jaringan, maka dari itu, wanita itu hanya menggunakan fitur flash saja saat ini. Matanya sudah tidak kuat menopang lagi, dan kemudian ia terlelap saat itu juga.

Suara langkah kaki terdengar sayup-sayup masuk ke dalam gubuk. Shino yang tidur di gubuk tersebut pun terbangun dan terkejut melihat ada seorang laki-laki sedang memasuki gubuknya.

Shino takut diculik atau dibunuh di tempat itu. Shino diam-diam mengeluarkan alat kejut listriknya yang sengaja dibawa dari pusat kota Hong kong.

Wanita kurus itu berjalan mengendap-endap mendekati pria itu dan bermaksud menyerang dari belakang. Pria tinggi tersebut sembunyi di balik pintu gubuk, sambil menekan pintu tersebut dari dalam.

Shino yang sudah siap mengayunkan tangannya dari belakang, tiba-tiba pria tersebut menyadari akan hal itu dan dengan sigap ia menahan tangan kecil Shino.

Pria berbadan bak tarzan itu, membekap mulut Shino dengan tangan kirinya dan tangan kanannya menahan leher Shino di tembok. Shino pun diam menahan hal itu, dia hampir sesak nafas.

Shino berusaha memberontak melawan, tetapi apalah daya kekuatan laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.

“Diamlah!” bisik pria itu.

Akhirnya, Hoshino seorang CEO yang dipandang sebagai wanita garang, hanya pasrah di bawah tekanan laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut melotot dan memberi lirikan isyarat ke arah jendela. Diliriknya segerombolan serigala sedang lapar mencari mangsa, dan rupanya pria tersebut mangsa yang dicari para serigala itu. Pria itu kembali menatap Shino seolah-olah berkata jika kau ingin selamat maka diamlah. 

Dibalik rambut gondrongnya dan brewok yang menutupi sebagian wajahnya, samar-samar terlihat matanya yang berwarna biru terang di bawah sinar rembulan malam. Sejenak Shino melupakan kumpulan serigala itu.

“Biru sekali matanya seperti samudra,” batinnya.

Sekelompok serigala itu kehilangan jejak mangsanya dan kemudian pergi menuju timur hutan ini. Pria itu melepaskan bekapan tangannya dari leher Shino. Shino terbatuk-batuk dan sesak napas, ia hampir saja mati karena pria itu.

"Siapa kau? Mengapa kau ada di sini? Divisi mana yang menyuruhmu?"

Pria itu terlihat seperti preman yang tidak terawat, rambut yang panjang dan brewok yang tebal di sekeliling mulutnya. Shino menebak pria ini pasti umur 50 tahun dan dia sepertinya buronan negara Hong kong.

Shino berdeham dan sengaja berbicara dengan suara yang diberat-beratkan agar terdengar seperti pria.

"Apa maksudmu divisi mana? Aku sendirian kemari untuk mencari seseorang."

"Pulanglah sebelum kau dimakan oleh sekawanan serigala seperti tadi, ini bukan tempat untuk permainan detektifmu." Pria itu kemudian membuka pintu tersebut berniat meninggalkan Shino.

Shino kesal dengan perkataan pria itu yang menghinanya bermain permainan detektif di pulau terpencil ini. Ia mati-matian menyingkirkan rasa takutnya untuk menjelajah pulau ini, karena ambisi yang ingin dicapainya.

"Apa kau bilang? Permainan detektif? Kau berani sekali berkata seperti itu kepada orang yang mengorbankan nyawanya demi menjelajah pulau ini?!"

Pria dengan pakaian usang itu menoleh dan mengenyitkan alisnya, ia pun mulai ikut emosi dengan Shino yang tiba-tiba membentaknya.

"Kau tahu apa alasan aku ada di sini? Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sedang dikejar badan intelijen negara ini?!" cecar Shino semakin membuat keadaan mencekam.

"Bagaimana kalau iya? Apa kau akan lari? Kau tidak takut padaku?"

Shino terdiam, bulu kuduknya merinding. Yang ia takutkan bukan hanya level seorang penculik di depannya, tetapi, seorang pedagang manusia atau kanibal.

Tetapi, jika pria berbadan preman tadi adalah seorang buronan negara, bisa dipastikan ia tahu kisah kriminal di negara ini. Mungkin saja Shino bisa mengeruk sebuah informasi mengenai pria yang dicarinya selama ini.

Pria tersebut terus berjalan ke arah barat menuju pinggiran pantai, di sana ada sebuah rumah kecil. Sebelum sampai di sana, ia sudah menyadari bahwa Shino sudah mengikutinya sejauh ini.

Dia membalikkan badannya dan menatap Shino dari kejauhan. Shino terus bersembunyi di balik pohon besar, ia mengira bahwa dirinya masih belum ditemukan oleh pria itu.

"Keluarlah kau banci!" Pria itu berteriak dari kejauhan.

Shino kaget dan tetap dengan pendiriannya yaitu bersembunyi. Ia mulai takut karena teringat dengan perkataan pria itu tadi malam di dalam gubuk.

"Aku tahu kau mengikutiku dari tadi! Tenanglah aku ramah tidak seperti buronan lainnya. Aku bukan pedagang manusia atau pun pemakan manusia!" Pria itu tersenyum miring.

Prinsipnya saat ini jangan sampai melepas segala pakaianmu.

“Bagaimana ini, apa aku lari saja ke arah hutan lagi.” Shino keluar dari balik pohon besar itu, ia melihat pria itu menunggu kedatangannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status