"Pak Jung, siapkan sebuah kapal feri untukku. Aku ingin berlibur secara privat dengan teman lamaku di sini." Shino menelepon Pak Jung agar memberinya fasilitas kapal feri pribadi yang akan digunakannya untuk mencari pria itu.
Ia tidak seharusnya berbohong pada pria tua itu, tetapi, bagaimana lagi jika ia berkata jujur maka ia pasti dilarang melakukan hal ini.
Esoknya sekitar jam 8 pagi, kapal feri sudah dipersiapkan oleh Pak Jung di kota Cheung Chau. Seperti biasa, Shino berdandan seperti pria dan menyembunyikan identitas wanitanya."Saatnya petualangan ini dimulai," batin Shino.
Sekitar 1 jam-an lebih perjalanan Shino dari Cheung Chau menuju Soko Island. Sesampainya disana, ia berpesan kepada nakhoda untuk dijemput 3 hari lagi.Shino tidak ingin berlama-lama di sini melihat suramnya pulau ini. Ia berjalan terus menyelusuri hutan di pulau tersebut, ia berencana pergi ke salah satu gugusan pulau Soko Island yaitu Pulau Tai A Chau.
Tai A Chau adalah rumah bagi ribuan pengungsi Vietnam dari tahun 1991 hingga 1996. Pada Februari 2023, Kepolisian Hong Kong melakukan latihan pengendalian massa di pulau itu, meninggalkan ratusan granat gas air mata bekas dan puing-puing dari senjata pengendalian massa lainnya di situs South Lantau Marine Park yang dilindungi.Petang mulai tiba, Shino mulai kehabisan tenaga untuk berjalan dan memilih berhenti di sebuah gubuk rusak milik pengungsi Vietnam. Ia memasuki gubuk tersebut dan mencari alas untuk tidur di lantainya.Teleponnya tidak ada jaringan, maka dari itu, wanita itu hanya menggunakan fitur flash saja saat ini. Matanya sudah tidak kuat menopang lagi, dan kemudian ia terlelap saat itu juga.
Suara langkah kaki terdengar sayup-sayup masuk ke dalam gubuk. Shino yang tidur di gubuk tersebut pun terbangun dan terkejut melihat ada seorang laki-laki sedang memasuki gubuknya.Shino takut diculik atau dibunuh di tempat itu. Shino diam-diam mengeluarkan alat kejut listriknya yang sengaja dibawa dari pusat kota Hong kong.
Wanita kurus itu berjalan mengendap-endap mendekati pria itu dan bermaksud menyerang dari belakang. Pria tinggi tersebut sembunyi di balik pintu gubuk, sambil menekan pintu tersebut dari dalam.Shino yang sudah siap mengayunkan tangannya dari belakang, tiba-tiba pria tersebut menyadari akan hal itu dan dengan sigap ia menahan tangan kecil Shino.Pria berbadan bak tarzan itu, membekap mulut Shino dengan tangan kirinya dan tangan kanannya menahan leher Shino di tembok. Shino pun diam menahan hal itu, dia hampir sesak nafas.
Shino berusaha memberontak melawan, tetapi apalah daya kekuatan laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan.
“Diamlah!” bisik pria itu.
Akhirnya, Hoshino seorang CEO yang dipandang sebagai wanita garang, hanya pasrah di bawah tekanan laki-laki tersebut.
Laki-laki tersebut melotot dan memberi lirikan isyarat ke arah jendela. Diliriknya segerombolan serigala sedang lapar mencari mangsa, dan rupanya pria tersebut mangsa yang dicari para serigala itu. Pria itu kembali menatap Shino seolah-olah berkata jika kau ingin selamat maka diamlah.Dibalik rambut gondrongnya dan brewok yang menutupi sebagian wajahnya, samar-samar terlihat matanya yang berwarna biru terang di bawah sinar rembulan malam. Sejenak Shino melupakan kumpulan serigala itu.
“Biru sekali matanya seperti samudra,” batinnya.
Sekelompok serigala itu kehilangan jejak mangsanya dan kemudian pergi menuju timur hutan ini. Pria itu melepaskan bekapan tangannya dari leher Shino. Shino terbatuk-batuk dan sesak napas, ia hampir saja mati karena pria itu.
"Siapa kau? Mengapa kau ada di sini? Divisi mana yang menyuruhmu?"Pria itu terlihat seperti preman yang tidak terawat, rambut yang panjang dan brewok yang tebal di sekeliling mulutnya. Shino menebak pria ini pasti umur 50 tahun dan dia sepertinya buronan negara Hong kong.
Shino berdeham dan sengaja berbicara dengan suara yang diberat-beratkan agar terdengar seperti pria."Apa maksudmu divisi mana? Aku sendirian kemari untuk mencari seseorang.""Pulanglah sebelum kau dimakan oleh sekawanan serigala seperti tadi, ini bukan tempat untuk permainan detektifmu." Pria itu kemudian membuka pintu tersebut berniat meninggalkan Shino.Shino kesal dengan perkataan pria itu yang menghinanya bermain permainan detektif di pulau terpencil ini. Ia mati-matian menyingkirkan rasa takutnya untuk menjelajah pulau ini, karena ambisi yang ingin dicapainya."Apa kau bilang? Permainan detektif? Kau berani sekali berkata seperti itu kepada orang yang mengorbankan nyawanya demi menjelajah pulau ini?!"Pria dengan pakaian usang itu menoleh dan mengenyitkan alisnya, ia pun mulai ikut emosi dengan Shino yang tiba-tiba membentaknya."Kau tahu apa alasan aku ada di sini? Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sedang dikejar badan intelijen negara ini?!" cecar Shino semakin membuat keadaan mencekam."Bagaimana kalau iya? Apa kau akan lari? Kau tidak takut padaku?"Shino terdiam, bulu kuduknya merinding. Yang ia takutkan bukan hanya level seorang penculik di depannya, tetapi, seorang pedagang manusia atau kanibal.Tetapi, jika pria berbadan preman tadi adalah seorang buronan negara, bisa dipastikan ia tahu kisah kriminal di negara ini. Mungkin saja Shino bisa mengeruk sebuah informasi mengenai pria yang dicarinya selama ini.
Pria tersebut terus berjalan ke arah barat menuju pinggiran pantai, di sana ada sebuah rumah kecil. Sebelum sampai di sana, ia sudah menyadari bahwa Shino sudah mengikutinya sejauh ini.Dia membalikkan badannya dan menatap Shino dari kejauhan. Shino terus bersembunyi di balik pohon besar, ia mengira bahwa dirinya masih belum ditemukan oleh pria itu.
"Keluarlah kau banci!" Pria itu berteriak dari kejauhan.Shino kaget dan tetap dengan pendiriannya yaitu bersembunyi. Ia mulai takut karena teringat dengan perkataan pria itu tadi malam di dalam gubuk.
"Aku tahu kau mengikutiku dari tadi! Tenanglah aku ramah tidak seperti buronan lainnya. Aku bukan pedagang manusia atau pun pemakan manusia!" Pria itu tersenyum miring.Prinsipnya saat ini jangan sampai melepas segala pakaianmu.
“Bagaimana ini, apa aku lari saja ke arah hutan lagi.” Shino keluar dari balik pohon besar itu, ia melihat pria itu menunggu kedatangannya.
“Daripada aku menjadi makan malam kawanan serigala, lebih baik aku makan malam dengannya.” Shino kemudian berlari ke arah pria itu.Pria itu menyambut Shino dan merangkul layaknya seorang adik. Tubuh Shino gemetar dibuatnya dan ia hampir mati saat ini. Jika ia benar-benar mati, maka alasan utamanya adalah karena jantungnya sudah mencapai limit. "Kau asal mana? Dan berapa usiamu? Kukira kau adalah mata-mata musuh. Maafkan aku yang terlalu cepat menuduhmu yang tidak-tidak. Yaah, akhir-akhir ini aku memang lebih waspada. Apa karena aku terlalu lama tidak bertemu dengan orang ya? Hahaha…" Detak jantung Shino normal kembali, ia mulai lega saat pria itu tertawa. Rasa takutnya mulai hilang saat itu juga, tidak seperti badannya yang kekar seperti mafia. Ternyata dia lebih mirip tokoh Giant dalam kartun Doraemon.Perlahan Shino membuka matanya. Dia tertidur sejak lima jam tadi.“Di mana ini? Mengapa aku ada di sini?” gumamnya. Ia melihat sekitarnya dan tidak menemukan siapapun di sini.Kepal
Adam kemudian pergi untuk menangkap ikan dori di laut, ia ingin membuat bubur ikan untuk Shino.Shino tertidur dengan nyenyak sampai ia pun bermimpi masa kecilnya dulu.“Shino kalau kau ingin membuktikan bahwa kau bukan vampir keluarlah dari balkon rumahmu itu!” teriak seorang gadis kecil berambut pirang di luar rumah Shino.“Turunlah jika kau ingin berteman dengan kami!” tambah anak laki-laki yang berada di samping gadis itu.Shino kecil menjadi tertantang karena perkataan teman-temannya itu, ia berlari ke bawah menuju pintu rumah. Ia berniat membuktikan pada teman-temannya bahwa ia bukan vampir yang takut matahari.“Kau mau ke mana Hoshino?” ayahnya yang sedang membaca koran di ruang tamu terkejut saat Shino membuka pintu lebar-lebar dan berlari keluar dengan baju terbuka.“HOSHINO!!” Ayah Shino lari mengejar Shino dan segera menjemputnya untuk segera masuk ke rumah.“Aku bukan vampir kan?” kata Shino kecil sambil tersenyum kepada teman-temannya.Kemudian mereka menjerit saat wajah
Esoknya, Adam dan Shino mulai mengemasi semua barangnya. Sekitar 6 tahun Adam menghabiskan waktunya di pulau ini. Menjauh dari keramaian kota dan hiruk-pikuk manusia. “Kau sudah selesai?” Wanita berjaket hitam itu sudah menggendong tasnya, bersiap kembali ke tempat penginapannya. “Pergilah dulu, aku akan menyusul.” Pria itu pergi menuju kamar mandi, ia ingin membasuh mukanya. “Oke, cepatlah. Jangan sampai kau ketinggalan, walaupun berpenyakitan, aku ini peserta lomba maraton.” ujar Shino. Adam membasuh mukanya di kamar mandi, lalu ia membuka lemari kecil di kamarnya. Pria itu mengambil sebuah foto buram, yang memperlihatkan seorang gadis kecil yang dirangkul oleh laki-laki seusia remaja. “Singkirkan ketakutanmu Adam.” gumam pelan Adam, foto itu ia masukkan ke dalam tasnya. Di sepanjang jalan, Adam hanya diam saja membuntuti Shino. Pria itu cukup terkejut, melihat semangat Shino. Jarak antar dirinya dengan Shino cukup jauh. Entah mengapa, Adam tidak ingin berjalan di samping Shino
“Sampai berapa lama kita harus seperti ini?” bisik pelan Shino. Wanita itu sudah tidak tahan dengan posisi ini yang terlihat ambigu.“Diamlah, jaga mulutmu untuk tidak bergerak. Berbicaralah dalam hati saja.” Mata Adam terus mengintip babi hutan itu dibalik pohon.Shino perlahan melirik ke arah mata biru Adam, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Entah, mulai kapan ia merasa seperti ini. Sepertinya ia harus segera berobat.“Apa warna matamu itu asli?” Shino kembali membuka mulutnya.Kini, pria itu menjauh dari tubuh Shino. Babi hutan itu sudah pergi menjauh dari mereka, ini saatnya melanjutkan perjalanan mereka.“Ada apa denganmu?” Adam tidak menghiraukan perkataan Shino, ia mulai mengambil langkah terlebih dulu dari Shino.“Sepertinya memang asli,” batin Shino.Sinar matahari mulai sedikit terlihat, mereka akhirnya menemukan jalan keluar dari hutan pinus yang sangat gelap dan suram itu, jauh dari sinar matahari. Tetapi, itu juga sedikit membuat Shino mulai kewalahan, kare
Sekitar jam 5 sore, Shino dan Adam telah sampai di kota Hong Kong. Mereka segera turun dari kapal dan pergi menuju penginapan Shino. Adam mengikuti Shino dari belakang, sepertinya Adam akan menginap di tempat yang sama dengan Shino."Kita akan pergi ke penginapanku, aku akan memesankan kamar untukmu di hotel nanti. Jangan keluyuran, aku cukup malas membuang waktuku hanya untuk mencari orang lain." ujar wanita itu sembari tangannya melambai memanggil taksi.Adam hanya mengangguk dan ikut masuk ke dalam taksi bersama Shino. Gemerlap lampu di jalanan kota Hong Kong mulai menarik matanya, ia menikmati perjalanannya menuju hotel. Hong Kong yang dulu sangat berbeda dengan yang sekarang. Banyak gedung-gedung mewah yang menjulang tinggi dan suasana malam yang selalu padat oleh manusia. Entah karena pekerjaan atau mencari hiburan malam.Di sampingnya, wanita berparas cantik itu sudah melepaskan sebagian aksesoris pakaiannya yang menurut Adam seperti teroris. Hari s
“Hei, Adam. Ini sudah siang bangunlah,” Seorang gadis kecil dengan mata besar berwarna biru muda berbisik di sebelah Adam yang tertidur. Adam hanya menggeliat malas dan tersenyum kecil, ia mengelus ubun-ubun kepala gadis itu. Gadis kecil itu kembali mencoba untuk membangunkan Adam yang terlelap. “Bangunlah! Ini sudah siang, kau akan terlambat!” Kini, gadis itu sudah memegang sebuah pistol mainan kecil berisi air dan disemprotkan ke wajah Adam. Adam hanya tersenyum miring dan semakin enggan membuka matanya. Ia sangat mengantuk dan tubuhnya sangat lelah menghadapi celotehan wanita keras kepala bernama Shino. “Ah, iya. Siapa wanita itu?” batinnya dalam mimpi. “Hei! Bangunlah paman!” bentak Shino. Byur, Shino menyiram kepala Adam dengan segelas air, ia sudah tidak tahan dengan sikap Adam yang sama sekali tidak bergerak. Adam terkejut dan kemudian bangun dengan rambut basah kuyup, matanya masih menyipit berusaha menghindari sinar matahari yang dipantulkan dari kaca kamarnya. “Sulit
“Hai, apa kabar pa? Sudah lama ya Shino tidak berkunjung ke sini, papa rindu Shino nggak?” Shino menatap nisan bertuliskan Akari Hoshino. “Selamat pagi, om. Saya teman Ai, dia tumbuh besar dengan baik walaupun perangainya yaah seperti itu. Tapi, dia wanita yang cukup tangguh.” sahut Adam ikut menyapa ayah bosnya itu, ia tersenyum lebar. Shino berdecih pelan dan mulai mengeluarkan sebuah buket bunga krisan berwarna putih, ia letakkan di batu nisan ayahnya tersebut. Lalu, ia beralih ke makam ibunya di sebelah. “Hai ma, Shino datang. Shino lebih tinggi kan?” Xiu Juan, nama yang terukir di batu nisan milik ibu Shino. “Halo, tante. Saya Adam, sahabat baik Ai. Saya penjaga setianya, tante tenang saja, saya selalu menjaganya.” Shino hanya tersenyum kecil mendengar Adam yang terus-terusan ikut menyapa kedua orang tuanya. “Baiklah, ayo saatnya kita bekerja.” ajak Shino. Adam mengangguk dan mengikuti Shino pergi dari makam, mereka akan kembali ke Jepang. Shino mengeluarkan ponselnya dan me
“Maaf, nomor yang anda tuju tidak menjawab, silakan tinggalkan pesan suara deng--” Pak Jung menutup teleponnya, hari sudah mulai malam tetapi Shino tidak ada di rumahnya. Pak Jung akhirnya beranjak pulang dari rumah kediaman Shino. “Ayo kita kembali ke kantor saja.” perintah Pak Jung pada supirnya. Kali ini perasaannya tidak enak dan ia harus kembali ke kantor karena kebetulan pekerjaannya menumpuk. Sesampainya di perusahaan, Pak Jung berniat mengambil tas kerjanya untuk pulang ke rumah. Dia terhenti saat suara televisi di ruang kerja departemen web developer memperlihatkan sebuah berita utama malam ini. “Sopir truk akui kelelahan. Arata, sopir truk yang ditetapkan sebagai tersangka karena dianggap lalai sehingga menyebabkan kecelakaan dan memakan korban luka-luka masih diperiksa intensif oleh petugas polisi setempat.” “Dia pasti akan diberi sanksi dan denda yang cukup berat, karena si korban sepertinya cukup kaya,” ucap Pak Imura dengan berdecak kesal. “Sepertinya dia dalam ke