Altair pergi ke suatu tempat di sana terdapat banyak orang sedang berkumpul melihat sesuatu. Matahari sudah mulai menyambut pagi seorang pria paruh baya duduk bersama dengan orang yang sedang melakukan judi jalanan dengan dikelilingi orang yang sedang melihat permainan mereka.
“Coba tebak,” ucap si pria yang terlihat seperti pemilik judi.
“Kali ini jika kau menang aku pasti akan melipat gandakan taruhan mu,”ucapnya lagi sembari menggigit tusuk gigi.
Pria yang berada di hadapannya itu terlihat seperti orang yang cukup kaya lalu dia mengeluarkan beberapa koin emas di dalam kantongnya meletakkan koin di atas kartu yang dipilihnya dengan gugup.
“Kali ini kau harus membayarku lebih,” ucapnya sambil meletakkan koin tersebut di sebelah kanan.
“Tenang saja,” jawabnya dengan santai.
Altair yang sudah berdiri di samping pria yang bertaruh sedang memperhatikan jalannya permainan.
Si Bandar membuka kartu pilihan lawannya dengan kartu 3 hati pria itu kalah.
“Sayang sekali, mungkin lain kali,” ucap pemilik judi jalanan sambil membuka kartu miliknya king.
Lawannya kalah dan pergi dengan wajah kesal serta marah.
“Beruntung dia anak orang kaya, sudah 7 kali dia kalah darinya,” terdengar suara seseorang yang berdiri di belakang Altair.
Altair yang mulai tertarik dengan judi jalanan mulai duduk.
“Bagaimana aturan mainnya?” tanya Altair.
“Mudah saja,” jawab si bandar sambil membereskan lima buah kartu yang tadi digunakan untuk bertanding.
“Kau hanya cukup memilih kartu paling besar di antara kartu-kartu ini,” terlihat bandar membuka lima kartu miliknya. Terdapat king, queen, prajurit, joker dan 3 hati.
“Joker ini berapa nilainya?” tanya Altair.
“Ini kartu paling kuat, dia bisa mengalahkan semua kecuali 3 hati namun, jika aku memiliki kartu selain joker dan kartumu 3 hati maka kau yang kalah,” jawab bandar tersebut sambil menjelaskan dengan menunjukkan beberapa kartu.
“Baiklah,” ujar Altair menyetujui.
“Kau yakin tidak ada kecurangan?” tanya Altair lagi memastikan.
“Tentu saja, jika aku curang kau boleh mengambil semua uangku yang aku peroleh dari tadi,” jawabnya dengan sangat yakin.
“Berapa taruhannya?” tanya Altair sambil memegang kantong koin miliknya.
Sang bandar hanya mengisyaratkan jari dengan angka 2 dan mulai mengocok kartu miliknya menyusun rapi kartu-kartu di atas meja. Altair tidak segera meletakkan uang taruhannya tapi dia melihat ke arah bandar judi yang juga duduk di depannya.
“Paman, aku tahu sedari tadi di bawah meja kayumu terdapat batu Mana,”
“Kau mengendalikannya dengan cincin di ibu jarimu,” sambil menunjuk ibu jari sang bandar.
“Hey bocah! Hati-hati kalau kau bicara,” jawabnya dengan geram.
Semua orang yang berada di sana mulai bergumam.
“Bukan hanya paman yang bisa menggunakan Mana di Rhodes pengguna batu Mana bisa terlihat oleh Pengendali Mana sesungguhnya,” ujar Altair yang hampir membocorkan identitasnya.
Sang bandar mulai marah emosi yang mulai menguap urat di wajah terlihat menonjol.
“Orang-orang di sini bisa menggunakan Mana namun, mereka lebih suka kepada hal yang bersifat keberuntungan.” jawab Altair sambil merentangkan kedua tangannya.
Altair lalu meletakkan 4 uang koin emasnya di dua kartu tersebut. Masing-masing berisi 2 koin emas.
“Ini adalah joker,” lalu membuka kartu.
“Lalu ini adalah 3 hati,” dibukanya lagi kartu yang lain.
“Paman tidak menyebutkan berapa jumlah kartu yang boleh di pertaruhkan kan?” ucap Altair dengan licik.
Semua orang berdecak kagum kartu yang Altair buka adalah joker dan 3 hati.
Sebelum sang bandar mulai ingin memukulnya Altair segera menggenggam tangannya dan cincin yang berada di ibu jari lalu membuka kartu milik sang bandar ketiga kartu sisa yang lain hanya bertuliskan joker.
“Cara bermain hanya menunggu lawan membuka kartu yang dipilih dan sang bandar hanya akan mengatur kecurangannya melalui cincin.” ucap Altair dengan puas.
Semua orang berada disana marah karena selama ini ditipu oleh bandar judi jalanan.
Sang bandar memberikan semua uang miliknya kepada Altair dengan kesal dan Altair pergi meninggalkan sekumpulan orang-orang yang ingin menghajar penipu tersebut.
“Aku itu dari masa depan jadi tidak mudah menipuku.” ucap Altair dengan senang sambil memainkan kantong yang berisikan emas.
Setelah memenangkan hasil uang perjudian di satu tempat Altair pergi ke suatu penginapan yang agak jauh dari sana membeli beberapa makanan untuk memulihkan tenaganya dan beristirahat.
Setelah memesan Altair pergi ke kamar penginapan, membereskan beberapa barang miliknya, juga meletakkan kantong uang koin emas di atas meja.
Altair duduk di atas kasurnya dan membuka cincin di jari telunjuk untuk memusatkan Mana di cincin setelah cawan itu berubah, Altair langsung kembali ke sosok dirinya yang asli. Membutuhkan Mana yang sangat banyak dan besar untuk mengubah benda sihir ke wujud aslinya.
Ditambah kalung yang digunakan sedari tadi, juga menyerap semua Mana miliknya napas Altair tersengal-sengal segera dia menggores telapak tangannya yang terbalut oleh kain perban. Membuat luka di tempat yang sama, beruntung luka sebelumnya sudah sembuh.
Darah yang dihasilkan kali ini cukup banyak sampai memenuhi ½ dari cawan usahanya tidak sia-sia namun, Altair merasa sedikit kelelahan karenanya.
Altair memutuskan untuk beristirahat untuk membangkitkan energinya lagi.
Selama beberapa hari Altair berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya, dengan memanfaatkan Mana miliknya dengan sesuka hati berganti wujud dari satu ke wujud yang lain.
Pekerjaan yang sering di lakukan hanyalah makan, berjudi, mengumpulkan darah dan tidur. Untuk seseorang yang tidak memiliki pekerjaan apa yang dilakukan Altair seperti sedang bersenang-senang.
Sering kali Altair hampir membongkar identitas aslinya karena kehabisan Mana untuk kalungnya.
Di sisi lain berjudi juga membutuhkan Mana karena banyak bandar-bandar judi yang curang dengan memanfaatkan Mana batu keras untuk menipu banyak orang.
Malam ini Altair untuk pertama kalinya dia pergi ke gedung kasino. Gedung itu hanya diperuntukkan kaum bangsawan dan orang-orang kaya lainnya yang ingin berjudi. Sehingga tidak semua orang bisa masuk untuk bersenang-senang di sana.
Altair merubah wujud aslinya menjadi pria tampan lengkap beberapa aksesoris bangsawan serta pakaian mewah Altair juga menyewa kereta kuda untuk meyakinkan statusnya di sana.
“Aku berharap bisa hidup damai seperti ini,” ujar Altair yang sudah turun dari kereta kuda.
“Berjudi dan bersenang-senang andai saja ibu juga bisa ada di sini,” ucap Altair yang sudah menaiki anak tangga gedung besar kasino dan kereta kuda miliknya berjalan meninggalkan Altair.
Di pintu masuk terlihat dua pelayan laki-laki dengan pakaian rapi tengah berdiri menyambut ramah tamu-tamu yang datang untuk berjudi.
Di dalam gedung sangat mewah bahkan terlihat sangat banyak pelayan wanita dengan pakaian seksi untuk mengantarkan makanan serta minuman untuk para tamu.
Bahkan ada yang menjadi pelayan pribadi yang di sewa untuk orang-orang besar dan kaya.
Para pelayan wanita menggunakan bra yang terbuat dari kain dan hanya di ikat di belakang punggung mereka, bawahan mereka hanya dililit dengan kain sutera yang halus.
“Hey kau tenanglah!” ucap Altair kepada dirinya sendiri.
“Dasar manusia sampah,” ucapnya lagi.
Altair sangat menikmati malam pertamanya di gedung kasino dengan memenangkan banyak perjudian. Sering kali Altair di jebak dengan orang-orang yang memiliki banyak wanita yang memang mereka disediakan untuk menggoda lawan bermainnya dan berbuat curang.
Mereka lebih menggunakan wanita daripada Mana batu karena tidak semua orang bisa menggunakan Mana.
Altair hanya bermain sebentar karena dia juga memiliki batasan untuk Mana di kalungnya.
Setelah mendapatkan banyak uang dari hasil berjudi, Altair pergi kembali ke penginapan miliknya. Kereta kuda yang dinaiki tadi berangkat mengantarkan dirinya.
Altair mengganti pakaian yang dia miliki seperti biasa dan merubah wujud menjadi orang lain lagi dengan meninggalkan 10 koin emas di dalam kereta kuda dia pergi melompat di tempat gelap saat kereta kuda tersebut masih melaju.
Pagi Pun tiba, Altair tengah bersiap-siap untuk pergi dari penginapannya semalam. Setelah kembali dari kasino Altair langsung masuk ke dalam penginapan dan segera dia mengumpulkan darah ke dalam cawan. Cawan itu terisi penuh oleh darah Altair dan langsung membuatnya lemas lalu tertidur. Sekarang Altair bangun dengan keadaan segar bugar setelah semua siap, Altair melihat ke arah cincin di jari telunjuknya. Di tengah lingkaran sudah terlihat berwarna merah penuh dengan darah Altair. Merubah lagi menjadi sosok orang lain dengan kekuatan Mana di kalung lehernya. “Sekarang waktunya,” ujar Altair dengan semangat. “Semoga makhluk yang agung ini bisa membantuku keluar dari dunia ini,” ucap Altair sembari mencium cincin. Altair pergi menuruni tangga penginapan, memesan makanan dan pergi ke pasar. Altair pergi ke pasar untuk membeli bubuk batu Mana dan bubuk peri emas. Selama Altair berada di ibu kota, dia melihat sendiri bagaimana rakya
“Masih anak-anak yang belum menjadi penerus pengendali Mana seutuhnya,” terdengar suara kecil yang membisik. Altair berusaha mencari asal suara dan menemukan sebuah makhluk sedang melayang di sebelah bahu kirinya. Memiliki tubuh seperti manusia berbadan ubur-ubur dengan hiasan rumbai seperti gadis belia dengan rambut diikat ke belakang. “Kamu ini apa?” tanya Altair dengan penasaran.
Pagi sudah terlihat dan Altair sudah berada di dapur umum untuk sarapan hari ini dia sudah bisa kembali merubah diri menjadi orang lain. “Sepertinya Manamu sudah kembali,” ucap Pino yang sedang duduk di pundak Altair. Altair tidak menghiraukan perkataan Pino dia sedang fokus untuk mencari kemungkinan dimana Saintess berada. “Aku bisa membantumu lalu kau bisa segera keluar dari sini,” Altair menoleh ke arah Pino melihat Altair yang menoleh ke arahnya Pino mulai gugup seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Pino mulai kembali lega, setelah Altair tidak menatapnya lagi. “Aku tidak ingin terburu-buru dan akan berusaha keras untuk menemukan Saintess dengan caraku sendiri.” jawab Altair. “Dia bukan orang biasa yang bisa dengan mudah ditemukan oleh orang sepertimu,” “Dia hanya bisa berbicara jika itu berhubungan dengan wahyu dewa atau yang semisalnya karena Saintess membangun lingkaran sihir untuk menyembunyikan dirinya
Altair masih berdiri di posisi yang sama sejauh yang dia lihat hanya sebuah tembok putih tanpa ada sesuatu setelah Altair menyesuaikan pandangan dengan sekitar, Altair mulai berjalan menyusuri tempat. Kosong dan aneh berada saat berada di dimensi lain Saintess sudah menunggu di bangku duduk yang luas melihat ke arah Altair yang berjalan mendekatinya. “Terima kasih banyak sudah mau menolongku untuk bertemu dengan dewa,” ucap Altair yang tiba dan berdiri di hadapan Saintess. Saintess kemudian berdiri tanpa mengucapkan sesuatu, setelah berjalan beberapa langkah dia merentangkan kedua tanganya ke atas langit dan mengucapkan doa. Altair melihat dari dekat apa yang Saintess lakukan lalu muncul cahaya besar yang sangat menyilaukan mata. Ukuran cahaya sangat besar seperti matahari namun, tidak panas terasa sejuk dan dingin. Perasaan damai yang menyelimuti cahaya berada di depan mereka membuat Altair tidak ingin kembali ke dunia manusia. Saintess terli
“Bagaimana mereka bisa sampai ke sini?” tanya Altair dengan penasaran. Pino Pun menjawab,”Entahlah, mereka mengikutimu sangat gigih,” “Apa kau punya musuh sebelumnya?” tanya Pino balik. “Aku tidak tahu, tapi kalau Altair...” ucapan Altair terpotong karena tiba-tiba seseorang sudah berada di atas kepala Altair untuk menyerangnya. Sedari tadi orang itu sudah berada di atas pohon sebagai pemandu dari atas, melihat Altair yang hendak naik ke atas pohon yang sama, bandit itu bersembunyi ke arah pohon yang lebih tinggi lagi. Bandit yang menerjang dari atas sedang memegang sebuah belati di tangan kirinya dengan tangan yang lain hendak mencengkram badan Altair. Melihat gerakan bandit Altair menghindari serangannya. Di bawah sudah banyak bandit yang sedang menunggunya untuk jatuh. Altair berdiri di ujung dahan pohon dengan keadaan terdesak dari bawah beberapa orang sedang memanahinya dengan anak panah dan tombak. Altair harus berk
Suara bising orang-orang sedang berbicara Altair yang sudah sadar mendengarkan suara mereka meringkuk di sebuah peti kayu dengan ukuran yang tidak besar dan membuat badan Altair terhimpit. “Kapan dia akan datang?” tanya seorang anggota bandit yang tengah mengacungkan tombak ke arah Altair berjaga agar supaya dia tidak lari. “Mereka masih di jalan.” jawab yang lain. Altair berusaha pelan-pelan melepaskan ikatan tangannya yang berada di belakang benda yang mengikat tangan Altair terasa dingin meraba pola dan lubang kunci. Altair mencoba mengeluarkan Mana untuk membuka besi tebal yang berisikan manik-manik dengan memusatkan Mana di seluruh tangan untuk membuka celah pola di lubang namun, usahanya sia-sia. Manik yang mengikat tangannya menyerap sedikit demi sedikit Mana miliknya. Terdengar suara orang-orang dan pintu besi digerakkan. Altair gelisah karena orang yang masih menghunuskan tombaknya tidak bergerak sedikitpun dari sana.
Suasana di dalam rumah kaca terasa kaku hanya terdengar suara alat makan serta aroma hidangan mereka. Semua orang menatap dengan risih ke arah mereka. Suara bangsawan itu memecahkan keheningan di meja tamu,” Duchess Margaretha, tidakkah anda nanti merasa tidak nyaman jika kami bertransaksi dengan Duke Leon?” tanyanya. “Tentu saja tidak Viscount Igor.” jawab Duchess Margaretha sambil minum teh dengan tenang. Viscount Igor hanya tersenyum melihat respon yang tidak biasa dari Duchess Margaretha Duchess Margaretta masih belum tahu apa maksud kedatangan Viscount Igor sendiri. Setelah menunggu beberapa lama Duke Leon datang beserta pelayan yang memanggilnya tadi dengan menggunakan jubah bertudung hijau keemasan menandakan Duke Leon sedang melakukan eksperimen serta menciptakan mantra sihir. Kedatangan Viscount Igor membuat Duke Leon terganggu namun, mengingat pelayan yang memanggilnya mengatakan itu adalah negosiasi yang sangat penting, dia tidak bi
Altair mengikuti ayahnya di belakang usai dengan urusan negosiasi yang tidak penting Duke Leon tidak mengatakan apapun kepada Altair. Saat berjalan di dalam lorong mansion Duke Leon berbalik ke arah Altair,“Kemarikan tanganmu,” ujarnya sambil membalikkan badan dan menjulurkan tangan kanannya. Altair ragu untuk menyentuh tangan ayahnya namun, tidak mungkin Altair menolak uluran tangan itu yang sudah membantunya lolos dari masalah. Perlahan Altair menjulurkan tangan kirinya, Duke Leon saat itu yang melihat tangan kiri Altair sedang di balut perban menatap dengan tajam, akan tetapi Duke Leon tidak mengatakan apapun. Sebuah lingkaran portal berwarna putih menyelubungi mereka berdua, cahaya portal itu sangat bersinar terang dan mereka masuk sudah berada di dalam menara tinggi di mana ayah Altair bekerja. Setelah sampai ke tujuan Duke Leon melepaskan tangan Altair dia pergi menuju ke arah pintu untuk menguncinya. Ruangan yang terlihat sempit tiba-ti