Altair merasa suara itu berasal dari pasukan ksatria yang tengah berlatih menoleh. Altair yang melihat ke arah bendera dengan lambang keluarga Duke Onder de sedang berkibar di atas benteng yang tinggi terlihat sama dengan yang dia lihat sebelumnya di kamar mandi.
Di atas benteng terdapat pos penjaga yang dijaga oleh beberapa orang, lengkap dengan baju zirah dan senjata yang mereka bawa seperti pedang, serta busur dan tombak.
Mary dan Altair berusaha tidak mendengarkan teriakan tersebut dan mulai berjalan kembali meninggalkan mereka, lalu terdengar kembali suara itu dari sana.
“Setidaknya status seorang anak haram sangat cocok berpasangan dengan seorang pelayan.” ucap seseorang dengan tubuh besar dan kepala plontos terlihat dia komandan pasukan di sana.
Orang-orang mulai tertawa terbahak-bahak mendengar komandan mereka berbicara seperti itu.
“Tidak disangka selera memang akan mengikuti sesuai jalur keturunan.” ucap yang lain.
Altair berjalan menghampiri mereka. Entah insting apa yang membuatnya tiba-tiba marah dan ingin mengajak mereka berduel. Apa karena sebab rasa benci laki-laki atau karena memang pemilik tubuh ini tidak terima karena dihina, berjalan dengan yakin bahwa dirinya pasti bisa mengalahkan mereka semua.
Altair mengambil sebuah pedang besi sungguhan dan bukan pedang kayu yang biasa digunakan untuk berlatih pedang, secara acak Altair mengambil yang terletak di atas meja.
Di sana juga terdapat beberapa senjata lainnya seperti panah, busur, tameng, baju besi dan masih banyak lagi. Mary yang tidak beranjak dari tempat di mana dia berdiri hanya melihat Altair dari jauh.
Berharap sepupunya tidak mengalami sesuatu yang mengerikan.
“Laki-laki jantan menyelesaikan sesuatu dengan pedang, bukan dengan adu mulut.” kata Altair membalikkan badannya melihat ke arah komandan pasukan.
Alasan lain Altair mengajak orang yang berada di hadapannya untuk berduel, karena Claretta ingin melihat reaksi bagaimana tubuh laki-laki dalam menyelesaikan sesuatu dalam keadaan emosi.
Memanfaatkan tubuh laki-laki yang menjijikkan namun, ada rasa iba yang tiba-tiba muncul dalam benaknya perasaan yang lebih memilukan adalah Altair belum pernah sekalipun bertemu dengan ibu yang melahirkannya Claretta mengasihani sosok Altair.
Di dalam novel Altair adalah tokoh yang dikenal suka bermain dengan banyak wanita cantik, baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat biasa di Kerajaan Rhodes.
Yang mengherankan semua wanita yang dia tiduri tidak ada sekalipun kasus yang memprotes atau menuntutnya hingga Claretta mengetahui alasannya sudah ditemukan tadi pagi.
“Seseorang yang hanya menjadi beban dan beruntung lahir di keluarga terhormat mengajak duel komandan pasukan ksatria penyihir, sedangkan mereka tidak akan sekalipun peduli dengan kematiannya.” kata komandan tersebut sambil merentangkan kedua tangan seakan-akan semua orang yang berada di sana mendengarkan setiap ucapan.
“Baiklah, ayo kita mulai.” tambahnya lagi dengan yakin.
Komandan berjalan menghampiri meja dimana Altair mengambil pedang. Berjalan dengan angkuh dan memutar-mutarkan pedang seakan pedang itu hanyalah mainan anak-anak.
Altair sedang berdiri dengan siap diri.
Matahari terasa terik membuat kedua orang yang berada di tengah tanah lapang untuk berduel mulai mengeluarkan teringat.
Orang-orang yang tidak ikut di dalam pertarungan mencari tempat untuk berteduh dan melihat jalannya pertandingan.
“Peraturannya adalah siapa yang dulu mengenai lawan hingga terluka dia adalah pemenangnya.” ujar komandan tersebut.
Altair menjawabnya dengan senyuman di bibir.
Mereka berlari saling mendekati untuk menyerang, Altair mengarahkan pada bagian kanan pelipis lawan mulai mengayunkan pedang yang berada di tangannya serangan dari Altair dapat dibaca dan dihindari dengan mudah. Pengalaman sebagai komandan pasukan membuatnya tidak mudah untuk dikalahkan.
Komandan pasukan juga meremehkan kekuatan Altair yang lemah dan tidak bertenaga. Altair yang masih muda tidak pernah menggunakan pedang untuk bertarung dan sekarang sedang berduel dengan komandan pasukan ksatria.
Komandan juga berusaha menyerangnya dengan membabi buta menyerang di bagian dada Altair. Altair juga menghindari serangan pedang komandan dengan mudah dan melompat ke arah belakang punggung komandan.
Suara gesekan pedang berbunyi nyaring membuat pasukan ksatria semakin bersorak-sorak ada beberapa pelayan berhenti melakukan tugas mereka untuk menonton pertandingan itu.
Selama pertarungan Altair hanya berusaha menghindar, menjaga jarak dan memperhatikan setiap gerakan serangan lawan.
“Bocah! Jika kau hanya ingin lari maka larilah dan aku akan dengan senang hati menebas kakimu supaya kau tidak bisa datang kesini lagi dengan mudah.” teriak sang komandan pasukan.
Altair berusaha tidak ikut termakan ucapan provokasi lawannya. Altair merasa tubuhnya panas, napas pun mulai tersengal-sengal. Apa karena sinar matahari yang terik?
“Ada apa dengan tubuhku? Terasa panas ini bukan karena sinar matahari,” ucap batin Altair yang masih berusaha menyerang komandan pasukan.
Altair mulai sedikit kewalahan sedangkan komandan pasukan sangat bersemangat dengan duel tersebut karena dari pertandingan wajahnya memperlihatkan senyuman ingin menebas tubuh Altair. Gerakan kaki yang cepat membuat debu-debu berterbangan di belakang tubuhnya.
Altair berusaha menyerang kembali lawannya dan sekali lagi gerakan Altair dapat mudah dibaca lawan mereka berlari dari satu sisi ke sisi yang lain.
Serangan Altair hanya terfokus untuk menyerang bagian vital seperti leher, kepala atau perut.
Melihat gerakan serangan Altair yang mengarahkan pada bagian vital komandan pasukan juga berusaha menghindari dan komandan pasukan menikmati duel diantara mereka.
Mereka berhenti menghela napas jarak mereka hanya sekitar gerakan satu ayunan pedang tatapan seolah tidak ingin ada yang mengalah karena belum ada yang terluka diantara mereka.
Orang-orang yang melihat pertandingan itu melihat dengan sangat cermat, diiringi suara teriakan yang tidak ada habisnya. Duke Leon memperhatikan mereka yang tengah bertarung di lapangan dari tempat menara sihir.
Beberapa menit mereka berhenti untuk menghela nafas Altair dan lawannya mulai berlari melakukan serangan lagi ketika pedang mereka saling bersilangan di udara mengeluarkan suara gesekan besi.
SRIING...
SRIING...
Percikan api kecil juga keluar dari kedua pedang milik mereka. Altair menekan keras dan mendorongnya ke depan dengan sekuat tenaga.
Altair melompat ke belakang, setelah lompatannya itu Altair berlari kembali mendekati lawan dengan cepat, sayangnya kaki Altair tergelincir mengenai batu kecil rasa sakit di kaki membuat akhirnya Altair terjatuh karena tidak seimbang.
Komandan yang melihat kesempatan itu dengan cepat mendekati Altair dan menargetkan kaki lawannya yang sedang berusaha berdiri. Altair yang berusaha berdiri dengan sanggahan pedang di tangan kiri melihat datangnya serangan komandan mendekat.
Mary yang melihat dari kejauhan terkejut menahan nafas membuatnya menutup mulut dengan kedua tangan.
Orang-orang di pasukkan berteriak lebih keras seakan mereka sangat menikmati pertarungan duel yang terjadi di depan mereka. Altair melihat bahwa kakinya benar-benar akan di tebas. Habislah sudah.
PANG!!
Sebuah lingkaran pelindung sihir mengelilingi Altair yang tertunduk berusaha untuk berdiri. Pedang yang berusaha menebus lingkaran sihir pelindung itu berkali-kali menebas dengan sangat kuat.
Berkali-kali pedang komandan tidak bisa menebas dan terpental bahkan untuk menembus lingkaran sihir perisai di depannya. Lingkaran sihir yang mengelilingi Altair memiliki warna pelangi tipis melindungi Altair.
Semua orang terkejut dan bertanya dari mana munculnya perisai. Altair pun tersenyum. Dia tahu bahwa sejak usia 10 tahun, calon penerus 5 penyegel Mana harus memiliki kekuatan dasar yang diturunkan oleh kakek-kakek mereka.
Kekuatan Mana hanya bisa mereka gunakan untuk melindungi mereka dari serangan manusia, maupun makhluk magis dan monster.
Komandan mengambil jarak yang cukup aman setelah melihat lingkaran sihir yang berada di depannya.
Mengetahui hal itu, dia juga mengeluarkan Mana untuk melapisi seluruh pedang miliknya berwarna Mana merah seperti asap api yang membara.
Terlihat tatapan komandan dengan menyeringai dengan senang.
Serangan dimulai kembali, Altair yang sudah berdiri kembali menyerang komandan pasukan.
Pedang Mana yang digunakan komandan untuk menembus perisai membuat lingkaran sihir pelindung menjadi bergelombang tidak stabil
Serangan pedang yang diayunkan menjadi lebih kuat dan cepat 2x lipat dari sebelumnya.
Ayunan pedang Mana kali ini, mulai terfokus untuk menebas leher Altair. Altair yang melihat hal tersebut mulai berusaha berlari menjauh untuk menghindar.
Melompat dan menghindari serangan dengan cepat, komandan hampir saja menyerang Altair dari belakang yang hampir kehilangan konsentrasi, Altair berbalik untuk menangkis pedang dengan kedua tangan.
Komandan yang tiba-tiba menghilang dari pandangan, mengarahkan pedang di atas leher Altair.
Ujung pedang mengenai leher Altair dan tergores mengeluarkan darah, pedang yang berada di genggaman komandan itu langsung berhenti tidak bisa bergerak.
Lingkaran sihir menghentikan gerakkan pedang dan menekan kekuatan Mana milik komandan dan akhirnya memotong pedang besi yang terapit diantara celah hingga patah.
Melihat pedangnya sudah tidak bisa digerakkan komandan akhirnya melepaskan pedang yang berada di tangannya.
Suara pedang terjatuh terdengar, orang-orang yang berada di sekitar mulai terdiam tanpa ada suara.
Mary hanya bisa menahan napas, air matanya mulai mengalir membasahi kedua tangannya.
Pertarungan yang sengit itu berhenti setelah komandan menjatuhkan pedang. Altair menahan luka di leher dengan tangan darah segar mulai mengalir di sela-sela tangan. Altair terduduk tersungkur dengan kedua lututnya menandakan bahwa dirinya sudah kalah dalam pertarungan. Komandan pergi ke pasukan dan mereka meneriaki kedatangannya. Mary lari menghampiri dan melihat luka di leher Altair. “Aku tidak apa-apa. Lukaku hanya tergores.” jawab Altair sebelum Mary menanyakan kondisinya. Mary mengeluarkan sapu tangan miliknya dan memoleskan obat cair di atasnya memberikan sapu tangan itu kepadanya. Altair menerima dan mengikat sapu tangan di lehernya. Altair tau mengapa dirinya sampai jatuh terduduk karena lingkaran sihir Mana menyerap tenaga lebih banyak sehingga membuatnya lemas. Tangan Altair mulai bergetar untuk menghilangkan gemetar diseluruh
Di tanah kerajaan Rhodes sebelum terbentuk, terlihat orang-orang berkumpul untuk berkemah dari beberapa penjuru negara. Mereka beristirahat di tanah itu. Pemimpin pasukan dari masing-masing rombongan juga tengah mempersiapkan kebutuhan untuk menginap. Ada yang sudah menginap dan berkemah di sana, sebelum rombongan yang lain tiba. Salah satunya adalah keluarga Onder de. Dia bersama keluarga dan saudara-saudaranya tengah melakukan persiapan untuk berburu.
Onder de mulai memegang dua belati di tangannya dan sisa belati miliknya melayang menyerang salah satu kepala naga. Belatih yang berterbangan menyerang salah satu kepala naga membuat naga kelelahan dan kebingungan. Belati-belati yang terbang dikendalikan Mana Onder de seperti tali berwarna hijau muda keemasan jika terkena sinar bulan di malam hari. Salah satu belatih yang melayang tergigit oleh naga sisanya berusaha berputar kembali berusaha menusuk kepala naga dan Onder de berusaha lari mendekati sayap naga. Kepakan sayap dari naga mengeluarkan hembusan angin besar membuat pergerakan mereka sedikit terhambat. Setelah diam-diam menyusup di belakang naga terlihat dua sayap yang sibuk mengepakkan untuk membuat hembusan angin yang kuat. Belati yang dipegang dengan kedua tangannya dicengkram dengan kuat. Onder de memusatkan kembali Mana kepada semua belati miliknya. Mana yang melapisi belati-belati membuat ukuran mereka 3x lebih besar dari sebelum
Setelah Altair membaca buku sejarah berdirinya kekaisaran Rhodes dan bagaimana kerajaan ini muncul. Altair merasa takjub dan terpesona dengan kisah heroik, Altair adalah salah satu keturunan dari lima pahlawan yang sangat berjasa. Dalam buku sejarah yang lain 500 tahun yang lalu setelah keluarga Onder de menyegel Mana karena Mana harus disegel setiap 100 tahun sekali sesuai setelah anak laki-laki keturunan sampai puncak kedewasaan. Mereka akan mengembara dan melakukan tugas tersebut. Keturunan Onder de kembali dari misi penyegelan. Ayahnya yang sebagai penerus mutlak membantu penyegelan di altar khusus yang disaksikan oleh Raja mereka dan beberapa orang lainnya. Setelah selesai penyegelan mereka mendengar bahwa pamannya dihukum gantung oleh pihak istana, karena memiliki tanda-tanda akan melakukan kudeta dengan beberapa pengikutnya. Pemuda tersebut lari menemui pamannya dia tidak tahu masalah yang terjadi selama dia meninggalkan kampung halaman dan apa
Setelah melewati banyak tembok, Altair berdiri di pintu masuk hanya terlihat tembok biasa dengan lubang seukuran jari tangan Altair memasukkan jari tangannya namun, tidak ada respon. Altair mencoba cara lain dengan dia mengalirkan Mana yang membalut tubuh dan memusatkan semua di jari tangan. Mana mengalir melewati lubang jari menuju celah-celah dinding batu. Mana biru merambat ke berbagai celah dinding lalu bertemu dan terfokus dalam satu titik di hadapan Altair. Pintu tembok tersebut menghilang perlahan dan terlihat lemari besar dengan rak-rak pembatas, di sana terdapat barang-barang kuno yang sudah ada di zaman awal terbentuknya kerajaan termasuk batu keras milik Onder de kakek ke 1000 tahun. Altair melihat cawan berwarna merah gelap, di sekelilingnya terdapat mata batu berwarna hitam berukuran kecil. Altair bergegas mengambil cawan yang ingin segera keluar sebelum ayahnya kembali masuk kesana yang akan membuatnya terjebak entah sampai berapa lama.
Altair berjalan ke ibu kota Rhodes melihat lingkungan di luar mansion terlihat sangat ramai banyak orang yang berkeliaran. Altair memutuskan untuk keluar dari mansion untuk beberapa hari, setelah mandi Altair bersiap melengkapi barang-barang yang akan dibawa untuk pergi malam itu. Altair memilih untuk keluar kabur dari keluarganya karena jika dia meminta izin terlebih dahulu sangat dipastikan ayahnya tidak akan memberi izin meninggalkan mansion. Altair juga sudah memberikan selembar kertas ke ayahnya jika di akan pergi beberapa hari untuk mengunjungi kota ibunya dulu. Altair berharap jika dirinya terlibat masalah selama diluar ayahnya bisa memakluminya. Meskipun Altair tidak berharap ayahnya tidak dapat membela atau membantunya nanti. Setelah memastikan semua orang tidak terlihat berkeliaran di sekitar mansion Altair pergi melalui jendela di dalam kamarnya. Memakai jubah hitam menutupi wajahnya dan menyandang tas kecil yang berisikan beberapa koin emas
Altair pergi ke suatu tempat di sana terdapat banyak orang sedang berkumpul melihat sesuatu. Matahari sudah mulai menyambut pagi seorang pria paruh baya duduk bersama dengan orang yang sedang melakukan judi jalanan dengan dikelilingi orang yang sedang melihat permainan mereka. “Coba tebak,” ucap si pria yang terlihat seperti pemilik judi. “Kali ini jika kau menang aku pasti akan melipat gandakan taruhan mu,”ucapnya lagi sembari menggigit tusuk gigi. Pria yang berada di hadapannya itu terlihat seperti orang yang cukup kaya lalu dia mengeluarkan beberapa koin emas di dalam kantongnya meletakkan koin di atas kartu yang dipilihnya dengan gugup. “Kali ini kau harus membayarku lebih,” ucapnya sambil meletakkan koin tersebut di sebelah kanan. “Tenang saja,” jawabnya dengan santai. Altair yang sudah berdiri di samping pria yang bertaruh sedang memperhatikan jalannya permainan. Si Bandar membuka kartu pilihan lawannya dengan kartu 3 hat
Pagi Pun tiba, Altair tengah bersiap-siap untuk pergi dari penginapannya semalam. Setelah kembali dari kasino Altair langsung masuk ke dalam penginapan dan segera dia mengumpulkan darah ke dalam cawan. Cawan itu terisi penuh oleh darah Altair dan langsung membuatnya lemas lalu tertidur. Sekarang Altair bangun dengan keadaan segar bugar setelah semua siap, Altair melihat ke arah cincin di jari telunjuknya. Di tengah lingkaran sudah terlihat berwarna merah penuh dengan darah Altair. Merubah lagi menjadi sosok orang lain dengan kekuatan Mana di kalung lehernya. “Sekarang waktunya,” ujar Altair dengan semangat. “Semoga makhluk yang agung ini bisa membantuku keluar dari dunia ini,” ucap Altair sembari mencium cincin. Altair pergi menuruni tangga penginapan, memesan makanan dan pergi ke pasar. Altair pergi ke pasar untuk membeli bubuk batu Mana dan bubuk peri emas. Selama Altair berada di ibu kota, dia melihat sendiri bagaimana rakya