Share

Dua - Awal Kebohongan

Tasya menghentikan langkahnya saat sampai dipinggir lapangan, membuat langkah Rafa ikut terhenti. Rafa menoleh ke samping, menatap wajah adiknya yang sangat ketakutan.

“Gak usah takut, Sya.”

“Ramai banget, Bang.” ucap Tasya pelan

Rafa memegang kedua bahu Tasya, lalu menatap lekat mata Tasya, “Ini sekolah favorit, tentu saja peminatnya banyak.”

“Tasya gak perlu takut, disini ada Abang. Lo cuma perlu beradaptasi dengan lingkungan baru, gue yakin sebentar lagi lo dapat teman. Sekarang gue antar lo sampai lapangan, gue gak bisa terlalu lama. Gue juga harus lihat mading, gue masuk ke kelas mana.” Tasya mengangguk pasrah

Rafa mengambil nametag yang terbuat dari kardus dari dalam tas Tasya, kemudian mengalungkan di leher Tasya, lalu kembali menggenggam tangan Tasya dan membawa Tasya hingga tengah lapangan.

Sesampainya di tengah lapangan, Rafa melepaskan tangannya dari Tasya yang sedari tadi menyatu, kemudian mengusap pelan pucuk rambut Tasya, “Gue tinggal ya?”

Tasya menggeleng cepat sedangkan Rafa tersenyum, “Telepon gue kalau ada apa-apa,” Setelah itu Rafa berjalan menjauhi Tasya

“Abang!” panggil Tasya

Rafa menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang. Merasa tidak tega dengan Tasya, Rafa berjalan kembali mendekati Tasya, “Kenapa, Sya?”

Tasya menundukkan kepalanya, “Gimana caranya gue telepon lo kalau gue gak punya handphone?”

Rafa menelan salivanya dengan susah payah, dengan cepat Rafa memegang kedua pipi Tasya hingga mata mereka bertemu, “Gue kasih hadiah handphone kalau lo mulai kurangin kebiasaan lo untuk bergantung sama gue. Nah, dimulai dari lo jangan cari gue dari awal kegiatan sampai akhir, pokoknya lo harus fokus dengan kegiatan hari ini.”

“Kok gitu?” tanya Tasya

Rafa tersenyum, menurunkan tangannya dari pipi Tasya, “Lo harus mulai terbiasa mandiri, Sya.”

“Uang dari mana, Bang?” Tanpa menjawab pertanyaan Tasya, Rafa langsung melenggang pergi

Bibir Tasya melengkung ke bawah, ia benar-benar ingin Rafa selalu disampingnya. Matanya yang sudah berkaca-kaca membuat Tasya mendongakkan kepalanya ke atas, tidak ingin air matanya jatuh apalagi jika ada orang lain yang melihatnya.

“Gue harus jadi Tasya yang dewasa, gak boleh ngerepotin Abang terus.” Monolognya pelan meyakinkan diri sendiri

Tasya berjalan mendekati barisan yang ada disampingnya, Tasya merasa bingung karena ada beberapa barisan dengan papan yang berbeda warna didepan barisan masing-masing. 

“Lo kenapa?”

Suara itu menyadarkan Tasya dari kebingungannya. Tasya menoleh ke samping, mendapati seorang wanita yang berpenampilan sama dengan dirinya.

Tasya hanya diam, bahkan tangannya sudah berkeringat dingin.

Wanita disampingnya tersenyum, “Lo lagi cari barisan ya?” Tasya mengangguk pelan

"Gue Disha, kalau lo?"

"Tasya,"

“Yaudah ayo, ikut gue!” ajaknya sambil menarik tangan Tasya membuat Tasya sedikit kaget tapi tidak ada penolakan dari Tasya

Wanita itu mendekati salah satu anggota OSIS, “Kak mau tanya barisan,”

OSIS berparas cantik itu menoleh dan tersenyum. “Nama kamu siapa?”

“Ayudisha Fredella, Kak.”

OSIS tersebut mulai mencari nama di kertas yang ia genggam, Dhisa melirik nametag yang ada di jas OSIS tersebut, “Oh, namanya Angel.” Batinnya

“Kamu masuk barisan biru ya,” ucap Angel kemudian beralih melihat Tasya

“Kamu juga lagi cari barisan ya? Nama kamu siapa?”

“Tasya Arrabella Putri,”

“Oke, tunggu ya.” Dengan cepat Angel mencarikan nama Tasya

“Kamu masuk barisan kuning ya. Kalau gitu kalian langsung masuk barisan, sebentar lagi kegiatan akan dimulai.”

Tasya mengangguk dan tersenyum kecil, sedangkan Dhisa tersenyum lebar, ia merasa senang dengan sikap Angel yang membantunya dengan ramah, “Makasih, Kak Angel.”

“Haha.. sama-sama. Kamu udah tau nama aku, salam kenal ya dan semoga nyaman di sekolah ini.” Dhisa mengangguk antusias, “Sekali lagi makasih banyak, Kak Angel.”

Angel mengangguk dan tersenyum, setelah itu Tasya dan Dhisa berjalan menuju barisan masing-masing.

…..

Semua anggota OSIS mulai bergabung didepan semua siswa dan siswi yang akan mengikuti kegiatan MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Terlebih pesona ketua OSIS yang berada di tengah-tengah anggota OSIS mampu menarik perhatian para siswi.

“Selamat pagi semuanya!” salam dari ketua OSIS memulai kegiatan yang akan berlangsung

“Selamat pagi, Kak!” Kompak seluruh siswa dan siswi

“Perkenalkan nama saya Rarendra Pranata, biasa dipanggil Rendra. Pertama-tama saya mengucap Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatnya kita bisa berkumpul di sekolah ini dengan keadaan sehat. Saya selaku ketua OSIS serta mewakili teman-teman OSIS mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena Adik-adik sudah datang dengan tepat waktu dan dengan antusias yang tinggi. Tanpa lama-lama lagi, ketua OSIS angkatan tahun lalu akan memberikan sedikit kata untuk kalian dan juga membuka kegiatan MPLS pada hari ini.”

Suara tepuk tangan menggelenggar di lapangan sekolah, bersamaan dengan itu ketua OSIS angkatan tahun lalu mengambil alih posisi untuk berbicara. Siapa sangka bahwa pesonanya membuat hampir semua siswi terpikat dalam sekejap.

“Selamat pagi, Adik-adik!”

“Selamat pagi, Kak!”

“Perkenalkan nama saya Aksara Gilang Mahatama, biasa dipanggil Gilang. Saya secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada Adik-adik atas kedisiplinan dan juga semangatnya, apalagi Adik-adik perempuan semangatnya sampai membara,” ucapan Gilang yang diakhiri senyuman membuat siswi-siswi berteriak dan salah tingkah

Gilang menoleh ke arah anggota OSIS, “Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh anggota OSIS tahun ini yang sudah dengan sangat maksimal berusaha agar kegiatan ini terlaksana dengan baik, dan semoga kegiatan ini sukses sampai besok saat penutupan.”

Anggota OSIS secara bersamaan mengangkat kedua jempolnya masing-masing.

“Saya berharap semoga kedepannya Adik-adik bisa saling berteman dengan baik, dan juga selalu semangat dalam hal belajar. Dengan ini saya sampaikan bahwa kegiatan MPLS pada hari ini resmi dibuka. Dengan begitu Adik-adik sudah menjadi bagian dari keluarga besar SMA Garuda Raya. ”

Gilang, semua anggota OSIS, serta siswa dan siswi bertepuk tangan dengan meriah. SMA Garuda Raya, sekolah swasta umum menengah atas bergengsi tinggi, siapapun ingin masuk menjadi bagian besar di dalamnya. Sekolah favorit dengan fasilitas serta kualitas yang terbaik selalu menjadi nomor satu untuk kenyamanan serta keselamatan murid dan guru.

Tapi siapa sangka, salah satu siswi yang berada di belakang barisan menatap tidak percaya. Seseorang yang belum lama ia kenal ternyata mempunyai peran penting di sekolah barunya.

…..

Selama hampir 3 jam semua siswa dan siswi baru mengikuti serangkaian kegiatan MPLS dengan tertib dan teratur. Mulai dari keliling sekolah untuk memperkenalkan sarana dan prasarana sekolah, menjelaskan strategi dan tata cara pembelajaran di sekolah. Tidak lupa dengan perkenalan sesama murid, murid dan guru, serta tenaga pendidikan.

“Baiklah kegiatan MPLS pada hari ini sudah selesai dan akan kita lanjutkan kembali pada besok, semoga kegiatan hari ini bisa membantu Adik-adik lebih mudah beradaptasi di SMA Garuda Raya. Besok jangan lupa datang lagi dengan tepat waktu karena acara besok gak kalah seru dari hari ini. “

“Mungkin ada yang udah lirik-lirik salah satu anggota OSIS, acara besok siapa tau bisa bantu untuk pendekatan,” ucap Rendra diakhiri dengan kekehan kecil, diikuti dengan tawaan dari beberapa siswa dan siswi serta anggota OSIS

Angel berjalan mendekati Rendra, kemudian membisikkan sesuatu dan diangguki oleh Rendra. “Informasi tambahan untuk Adik-adik, sebelum pulang kalian catat nomor telepon yang terhubung dengan W******p ya, nanti kertasnya akan dibagikan ke Adik-adik, setelah selesai kalian bisa langsung kasih ke Kak Angel.” ucap Rendra kemudian menunjuk Angel

Setelah beberapa anggota OSIS selesai membagikan kertas kecil dan menunggu semua siswa dan siswi selesai mencatat nomornya masing-masing, Rendra mengakhiri acara ini dengan berdoa sebelum pulang.

“Baiklah, kalau gitu sebelum pulang kita berdoa dulu. Berterimakasih kepada Tuhan karena kegiatan hari ini lancar dan semoga semuanya sampai dirumah dengan selamat. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing dimulai.” Semua orang yang berada dilapangan langsung mengikuti perintah Rendra untuk berdoa sebelum pulang

Tidak butuh waktu yang lama, setelah dirasa cukup Rendra langsung menyudahi, “Berdoa selesai.”

“Baris satu persatu untuk kumpulin kertasnya ke Kak Angel, jalannya pelan-pelan aja. Setelah itu kalian bisa langsung pulang. Pulang ke rumah ya, jangan mampir kemana-mana.”

Semua siswa dan siswi mengangguk patuh dan mulai mengumpulkan kertasnya. Kini giliran Tasya yang harus mengumpulkan kertasnya. Angel yang ada di depannya bingung dengan Tasya yang tidak kunjung memasukkan kertasnya ke dalam kotak yang ia pegang.

“Tasya, ayo masukkan kertasnya, dibelakang banyak yang nungguin kamu loh.”

Tangan Tasya berkeringat dingin, dan kepalanya menunduk. “Kak, ma-af. Aku gak punya..” ucapannya menggantung

Angel sedikit mendekatkan wajahnya dengan wajah Tasya, “Gak punya apa?”

“Gak punya handphone, Kak.” lirihnya pelan  

Angel sedikit terkejut, ia merasa tidak enak hati dengan Tasya. Namun seorang pria yang baru saja datang menyodorkan sebuah handphone ke arah Tasya. “Rafa titip ini untuk lo,”

Tasya mendongakkan kepalanya, melihat siapa yang datang. Kalau memang dari Rafa, kenapa bukan Rafa yang memberikannya secara langsung?

Tasya tidak kunjung menerima handphone tersebut, membuat pria yang disampingnya langsung memasukkan kertas ke dalam kotak yang dipegang Angel.

“Itu nomornya udah gue catat,” Angel menatap tidak percaya

Angel ingin bertanya banyak hal pada pria yang didepannya, namun panggilan dari Rendra membuatnya harus menoleh ke samping, “Angel, buruan! Kasian mereka nunggu kelamaan,”

Angel kembali menoleh ke depannya, namun seseorang yang di depannya sudah berbeda. “Mereka kemana?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status