Share

BAB 3: Ibu yang Buruk

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-17 21:32:41

“Alice, apa ada sesuatu yang ingin kau lakukan sebelum pulang ke rumah?” tanya Damian yang duduk di hadapan Alice.

Wajah Alice sedikit terangkat, gadis itu menggeleng dengan canggung, tidak terbiasa dengan tatapan hangat penuh kelembutan dari seseorang. “Tidak ada, Tuan.”

“Mulai sekarang, panggil aku ayah. Sekarang kau bagian dari keluargaku.”

“Baik, Ayah,” ucap Alice terbata.

Damian tersenyum sendu diselimuti rasa kasihan, dari sekian banyak tamu undangan, tidak ada yang benar-benar memperlakukan Alice dengan baik, terutama kedua orang tua Alice sendiri yang tidak peduli dengan putrinya.

“Aku minta maaf, Ivana tidak datang karena tengah sakit, dia juga memiliki gangguan dengan penglihatannya, tolong jangan kecewa, kalian bisa berkenalan di rumah,” ucap Damian.

“Tidak apa-apa Ayah, saya mengerti dengan keadaan nyonya Ivana.”

“Mulai sekarang kau harus belajar memanggilnya ibu juga.”

“Baik, Ayah.”

“Nona, ibu Anda ingin berbicara,” ucap Inara yang berdiri di belakang Alice untuk memberitahu.

Damian melihat ke belakang, melihat Giselle yang sudah pergi keluar ruangan seorang diri.

Sejak datang, Giselle dan Xavier hanya menemuinya sebentar, itupun hanya untuk meminta bayaran pelunasan uang atas konpensasi Damian yang membawa Alice.

“Saya permisi dulu Ayah,” ucap Alice beranjak.

“Kau mau aku ditemani?”

Mata Alice bergetar, dia sungguh ingin ditemani namun disisi lain dia tidak terbiasa menunjukan seberapa gelap kehidupannya yang sebenarnya.

“Tidak perlu, saya baik-baik saja,” jawab Alice tidak yakin. Alice akhirnya pergi bersama dengan Inara, assistant Giselle.

Sekali lagi Damian melihat ke belakang, memperhatikan kepergian Alice dan memperhatikan keberadaan putranya yang asyik sendiri bersama dengan Bella dan teman-temannya yang lain.

Damian tahu pernikahan ini sangat dibenci oleh Hayes dan ditentang keras oleh Ivana isterinya, namun mereka berdua tidak memiliki kekuasaan untuk menolak permintaan Damian ketika Damian mengancam tidak akan mewariskan sepeserpun hartanya kepada Hayes jika putranya tidak mau menikahi Alice.

Damian sangat ngotot menjadikan Alice menantunya meski dia tahu ada lebih banyak calon menantu yang jauh lebih sempurna di luar sana.

Ada banyak alasan kuat yang Damian miliki hingga akhirnya dia memutuskan untuk menjadikan Alice sebagai menantunya, Damian ingin bertanggung jawab atas kehidupan Alice setelah kesalahan besar yang dia lakukan di masa lalu kepada Giselle.

Hari ini Alice sudah resmi menjadi menantunya, Damian tahu mungkin kedatangannya ke rumah tidak akan disambut dengan baik, namun Damian akan memastikan jika Alice akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dibandingkan hidup di rumah ibu kandungnya sendiri.

***

Di sebuah gudang penyimpanan barang-barang Alice berhadapan dengan Giselle yang kini berdiri menunggu sambil menghisap rokoknya, sementara di balik pintu terdapat Inara yang tengah menunggu.

Alice tertunduk menatap lantai berusaha untuk tidak bertatapan mata dengan Giselle.

Ada banyak tekanan yang Alice terima setiap kali berhadapan dengan Giselle. Tatapan jijik dan kata-kata kotor Giselle selalu membuat Alice merasa tidak berharga dan bertanya-tanya, apa alasan dirinya hidup?

Sekarang, entah untuk apa Giselle meminta bertemu, Alice segan untuk bertanya karena takut dimarahi.

Kepulan asap rokok bergerak di depan Alice, gadis itu hanya bisa menahan napasnya beberapa kali karena baunya yang tidak mengenakan.

“Aku mendapatkan dua juta dollar dengan menjualmu, aku tidak menyangka jika sampah menjijikan sepertimu memiliki harga juga,” ucap Giselle dengan santai seakan semua kata-kata kasar seperti ini sudah biasa untuk dia ucapkan kepada Alice.

“Apa sekarang kau senang keluar dari rumahku?” tanya Giselle dingin.

Alice tidak sanggup berbicara, dia sendiri tidak tahu harus takut atau senang akhirnya keluar dari rumah Giselle, satu hal yang pasti, Alice berharap dia bisa menjalani hari-hari terakhirnya dengan sedikit lebih baik.

Giselle tersenyum sinis melihat keterdiaman Alice.

“Jika kau merasa senang, aku juga senang karena mulai detik ini tidak melihat wajah bajingan sepertimu di rumahku lagi, aku tidak perlu membagi makanan anjing kesayanganku kepadamu, dan aku juga tidak perlu menutup hidung karena bau bangkai di sekitarku yang selalu membuatku mual.”

Bibir Alice menekan membentuk garis, menahan sakit hati yang tidak pernah berubah meski dia sudah sering mendengar kata-kata buruk seperti itu lebih dari ratusan kali.

Hari demi hari yang dia jalani selalu dipupuk oleh rasa sakit hingga luka dihatinya menggunung dan tidak bisa diukur dengan apapun. Alice sampai tidak tahu, apakah sebelum dia meninggal, dia mampu mengobati seluruh luka di dalam hatinya atau tidak.

“Syukurlah jika Anda senang,” jawab Alice dengan suara bergetar.

“Rasa senangku akan sempurna jika kau segera mati.”

Napas Alice tertahan di dada, dia tahu bahwa dia adalah anak yang tidak diharapkan siapapun, keberadaannya tidak dinginkan, meskipun begitu, apakah semua ini salah Alice?

Alice kian tertunduk, gadis itu mengusap siku tangannya dan tersenyum pahit. “Saya tahu, keberadaan saya tidak pernah Anda harapkan, tapi salahkah jika saya juga ingin hidup?” tanya Alice getir.

Giselle tertawa kesal, rokok di tangannya bergerak cepat, ujungnya yang masih menyala mendarat di lengan baju pengantinnya hingga serat pakaian pengantin Alice terbakar dan menembus kulitnya.

Alice meringis gemetar merasakan panas ujung rokok yang membakar kulitnya dan cengkraman kuat Giselle yang menahan pergerakannya.

“Pantaskah bajingan yang membawa derita sepertimu ingin hidup? Dasar tidak tahu diri!” geram Giselle seraya mendorong kasar Alice.

Alice sedikit mundur seraya mengusap sisi lengannya yang berdenyut sakit.

“Sekarang kau sudah menikah, mulai detik ini aku tidak mengizinkanmu datang apalagi menginjakan kakimu di rumahku. Jangan pernah lagi menunjukan wajah buruk rupamu di hadapanku sampai kau mati, apa kau mengerti?” peringat Giselle.

“Saya mengerti,” bisik Alice yaris tidak terdengar.

“Pergilah!” usir Giselle dengan kibasan di tangannya.

Alice berbalik dan pergi keluar dari gudang, di ambang pintu terdapat Inara juga Athur yang baru datang. Athur dan Alice sempat saling melihat, Athur yang sempat ingin mengajak berbicara segera menahan diri begitu Alice melangkah cepat menjauh dari keberadaannya.

Dalam langkahnya yang lebar, Alice melihat telapak tangannya yang gemetar dan berkeringat dingin.

“Hari ini, aku selamat,” bisik Alice gemetar. Jarang sekali dia terlibat percakapan bersama Giselle sedekat tadi, biasanya Giselle akan langsung menghukumnya jika Alice menjawab perkataannya.

To Be Continued...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yuniarti Tadjotallo
semoga dia tidak di benci lagi.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Esktra Part 14

    Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Esktra Part 13

    Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Ekstra Part 12

    Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Ekstra Part 11

    “Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Ekstra Part 10

    Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Ekstra Part 9

    “Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status